Sore hari setelah pulang kuliah, Raja bergegas menuju
rumah sakit untuk menepati janjinya kepada Gracia mengantarkannya ke tempat
dimana David dimakamkan. Kini dia tidak menggunakan motor melainkan mobil milik
ibunya, sebelumnya Raja juga sudah meminta ijin kepada sang Ibu tentang
mobilnya yang akan dia pakai untuk mengantar Gracia ke tempat David.
Sampai dipemakaman. Setelah memarkirkan mobil dan
mengambil kursi roda dari bagasi untuk Gracia. Kini Raja sedang berjalan menuju
makam nya David sambil mendorong kursi roda yang diduduki Gracia.
Mereka telah sampai dipusara makam David. Gracia yang
melihat nisan bertuliskan nama kekasihnya itu tidak bisa membendung
kesedihannya. Kini seseorang yang selalu bersama dia, seseorang yang selalu ada
saat dia sedang mengalami hal yang buruk maupun baik sudah tiada.
Apakah dunia yang akan dia jalani akan berbeda dari
sebelumnya? Atau sama? Atau lebih baik? Atau bahkan lebih buruk dari
sebelumnya? Tidak ada yang tau.
Yang jelas, sesuatu yang seperti itu akan tetap jadi
misteri setiap orang. Tidak perlu memikirkan sesuatu jauh kedepan, cukup jalani
saja apa yang sedang kau jalani saat ini, dan perbaiki diri. Maka kamu akan
mendapatkan sesuatu yang pantas di masa yang akan datang.
Setelah memanjatkan doa dan berusaha menghapus air mata
yang keluar, seseorang yang mengejutkan mereka berdua tiba-tiba datang dan
berdiri mematung sambil menatap lekat pusara makam David.
“Tidak mungkin.” Ucap Raja sangat kaget.
“David.” Ucap Gracia dengan serak.
Ya. Orang yang berdiri tepat didekat pusara itu selain
mereka berdua adalah Surya. Ayahnya juga berada dibelakangnya.
“David.” Ucap Raja sambil tersenyum.
“Menyebalkan.” Ucap Surya.
“Eh?” Ucap Gracia.
“Kalian... Apa aku benar-benar sangat mirip dengannya?”
Tanya Surya.
“Eh? Apa maksudnya? Bukankah kamu itu memang David?” Ucap
Raja. Sambil melirik ke arah Ayahnya David.
“Dia bukan David, Raja. Dia adalah adiknya. Namanya
Surya.” Ucap Ayahnya David.
“Mustahil.” Ucap Gracia sambil menutup mulutnya.
“Lalu kenapa.....?” Tanya Raja.
“Karena kami memang kembar.” Ucap Surya.
“Benarkah?” Tanya Raja.
“Ya.” Ucap Surya lalu berjongkok di dekat nisan David.
“Dia bahkan tidak pernah bercerita kalau dia memiliki
saudara kembar laki-laki.” Ucap Raja pelan.
“Tentu saja dia tidak akan pernah bercerita.” Ucap Surya.
“Apa maksudnya?” Tanya Raja yang mulai bingung.
“Aku dan David, telah berpisah sejak kita berdua lahir
kedunia ini. Ada masalah keluarga yang cukup hebat waktu itu sehingga membuat
kami terpisah walau baru lahir. Aku ikut dengan ibu ke Jepang, sementara David
dengan ayah tinggal disini.” Ucap Surya.
“Sulit dipercaya.” Ucap Raja.
“Aku tidak peduli kau mau percaya atau tidak mengenai apa
yang aku katakan. Sejujurnya, aku juga baru tau kalau aku memiliki saudara
kembar laki-laki dinegara ini. Beberapa hari yang lalu aku mendengar percakapan
ibuku, dan mulai menceritakan tentang masa laluku. Semuanya, bahkan tentang
saudara kembarku yang berada di Indonesia.” Ucap orang itu. Raja dan Gracia
kesulitan mencerna cerita yang disampaikan orang asing itu pada mereka.
Disamping karena wajahnya sangat mirip dengan David sehingga membuat mereka
berdua lekat memperhatikannya.
“Jangan bercanda!!!” Ucap Raja dengan suara keras. Orang
itu hanya memandang lekat Raja.
“Kenapa kau mempermainkan kami seperti ini? Disaat kami
sedang berusaha untuk mengikhlaskannya. Kau tiba-tiba datang dengan polosnya
dan berkata kalau kau adalah saudara kembarnya!! Lelucon macam apa ini!!” Ucap
Raja sedikit kesal. Gracia dari tadi hanya menangis sambil menutup mulutnya.
“Bukankah sudah kubilang. Aku tidak peduli kau mau
percaya perkataanku atau tidak.” Ucap Surya kemudian kembali menatap nisan
David.
“Kita pulang Gre.” Ucap Raja sambil mendorong kursi roda
Gracia. Surya kemudian berdiri dan menatap kepergian Raja dan Gracia.
“Maaf, kalau kedatanganku membuat kalian kembali
mengingat David.” Ucap Surya dengan suara sedikit keras. Raja tentu
mendengarnya, tapi langkahnya tidak berhenti.
“Dia memiliki teman-teman yang baik.” Ucap Surya kemudian
duduk disamping pusara makam David. Ayahnya pun juga ikut duduk disampingnya.
“Ya, karena David juga orang yang baik.” Ucap Ayahnya.
Raja dan Gracia sedang dalam perjalanan kembali kerumah
sakit. Dijalan mereka tidak mengatakan sepatah kata pun, dari dalam diri mereka
sangat jelas terlihat kebingungan dan juga keheranan yang terjadi saat itu.
Pikiran mereka sulit mencerna baik-baik kejadian yang sangat mengagetkan mereka
berdua itu.
Setelah sampai dirumah sakit dan diantar oleh Raja
keruangannya, Gracia benar-benar membutuhkan istirahat untuk memulihkan kondisi
tubuhnya. Kedua orang tua Gracia masih tetap disana menunggu anaknya. Sambil
berbaring Gracia perlahan menutup matanya untuk mengistirahatkan sejenak
pikiran yang absurd tadi.
“Kalo gitu, Raja pulang dulu om, tante.” Ucap Raja pada
kedua orang tua Gracia.
“Eh? Mau langsung pulang?” Tanya Ibunya Gracia.
“Iya, sedikit kurang enak badan. Jadi mau buru buru
istirahat aja dirumah.” Ucap Raja.
“Yasudah. Istirahat yang cukup yah, jangan sampe sakit.”
Ucap Ibunya Gracia.
“Iya tante. Kalo gitu Raja permisi.” Ucap Raja sambil
sedikit membungkukkan badannya kemudian berjalan pergi.
Pagi hari yang sedikit mendung menghiasi kota yang penuh
sesak ini. Raja sedang dalam perjalanan untuk mengantar adiknya pergi sekolah,
didalam pikirannya masih terngiang wajah dan juga suara dari orang yang mirip
dengan David. Meskipun Raja berusaha menyangkalnya dan menganggap kalau orang
itu tidak berkata yang sebenarnya, tetap saja tidak mungkin. Tidak mungkin ada
orang yang sebodoh itu mempermainkan kematian seseorang.
Tiba di sekolah Yuriva, Raja berhenti ditepi jalan.
Yuriva turun dari motor dan ada di posisi ingin menyalami Raja. Tapi Raja malah
melamun tidak sadar kalau adiknya menunggu sedari tadi.
“Kak!” Ucap Yuriva sedikit keras.
“Ahh iya.” Ucap Raja yang terhenyak dengan sapaan Yuriva.
“Salim.” Ucap Yuriva sambil mengulurkan tangan kanannya.
“Ahh iya, maaf.” Ucap Raja sambil menjabat tangan Yuriva
lalu mengarahkannya ke kening Yuriva.
“Sepertinya ada masalah?” Tanya Yuriva.
“Entahlah, kakak tidak tau ini sebuah masalah atau
bukan.” Ucap Raja. Yuriva hanya mengangguk sedikit.
“Yaudah cepetan masuk! Ngapain masih disini?” Tanya Raja.
Yuriva hanya senyum cengengesan, Raja tau pasti ada maunya.
“Ada apa? Ngga biasanya kamu senyum gitu ke kakak sendiri.
Pasti ada maunya kan?” Tanya Raja penuh selidik.
“Hehehehe, jadi gini kak. Hari ini tuh sebenernya hari
terakhir pembayaran foto booklet yang pernah aku ceritain itu.” Ucap Yuriva.
“Terus?” Tanya Raja.
“Uangnya.” Ucap Yuriva sambil menengadahkan tangan
kanannya.
“Kamu ini! Memangnya ngga minta sama mama?” Tanya Raja.
“Ihh udahh, seminggu yang lalu, cuman ya...” Ucap Yuriva
ragu.
“Cuman apa? Dipake?” Ucap Raja. Yuriva hanya cengingisan.
“Dasar.. Masih SMA udah berani korupsi.” Ucap Raja sambil
merogoh dompet yang berada disakunya.
“Habisnya ada keperluan mendadak waktu itu.” Ucap Yuriva
membela diri.
“Nih.” Ucap Raja sambil memberikan uang ke Yuriva.
“Makasih kak. Kakak ganteng deh.” Ucap Yuriva lalu hendak
masuk kegerbang sekolah.
“Ehh tunggu!!” Ucap Raja memanggil.
“Apa kak?” Tanya Yuriva.
“Kamu belum mengucapkan janji.” Ucap Raja.
“Janji apa?” Tanya Yuriva bingung.
“Asal kamu tau perbuatan ngentit uang pembayaran itu
adalah hal yang tidak bagus. Sekarang karena kakak sudah membantu kamu, kakak
mau kamu berjanji ga akan melakukan hal yang sama lagi kedepannya.” Ucap Raja.
“Iya-iya, aku janji ga akan ngentit lagi uang pembayaran
apapun nanti.” Ucap Yuriva.
“Kalo melakukan lagi mau apa?” Tanya Raja.
“Mau apa?” Tanya balik Yuriva
“Jaminan? Kalo kamu mengulangi kesalahan yang sama apa
yang akan kamu lakukan?” Tanya Raja.
“Ihh kakak ribet banget sih.” Ucap Yuriva.
“Kalau begitu jangan salahkan kakak kalau ibu tau dan
tentunya akan sangat marah besar nantinya sama kamu dan uang jajan kamu paling
dipotong.” Ucap Raja.
“Iya iya.. ahh, ngeselin!” Ucap Yuriva jengkel.
“Jadi?” Tanya Raja.
“Kalo aku melakukan kesalahan yang sama aku bakal nurutin
semua maunya kakak.” Ucap Yuriva.
“Hee? Sungguh? Baguslah.” Ucap Raja sambil tersenyum.
“Iya!! Kalo gitu Yuri berangkat.” Ucap Yuriva kemudian
pergi kedalam sekolah.
“Adik yang pintar.” Ucap Raja langsung menstarter
motornya dan kembali pulang.
Sementara itu dimakamnya David. Orang yang disebut-sebut
sebagai saudara kembarnya David sedang duduk bersila didekat pusara makam David
sambil memanjatkan doa. Howard yang sedari tadi berada di area pemakaman itu
juga memperhatikan saudaranya David.
Setelah berdoa untuk kebahagiaan sang kakak disana, Surya
kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan pemakaman.
“Jadi benar. Kau memang saudaranya David.” Ucap Howard
yang sengaja berpapasan dengannya.
“Kau, sedang apa disini?” Tanya Surya sedikit kesal.
“Bukan apa-apa, Cuma menyambut sahabat yang baru datang
dari Jepang.” Ucap Howard.
“Siapa?” Tanya balik Surya itu.
“Kau.” Ucap Howard. Surya hanya tersenyum sinis sambil
sedikit tertawa.
“Jangan bercanda.” Ucap Surya.
“Ohh ayolah, jangan hanya karena kau kalah bersaing untuk
mendapatkan seorang wanita persahabatan kita jadi kayak gini.” Ucap Howard
sambil berjalan mendekati Surya.
“Itu ngga ada hubungannya, sejak awal memang aku ngga ada
niatan untuk punya sahabat sepertimu.” Ucap Surya kemudian berjalan melewati
Howard.
“Shania Gracia.” Ucap Howard dengan lantang. Surya yang
mendengarnya pun berhenti berjalan.
“Siapa dia?” Tanya Surya masih diposisi sama.
“Pacar David. Atau lebih tepatnya mantan pacar.” Ucap
Howard.
“Lalu? Itu ngga ada hubungannya denganku.” Ucap Surya.
“Benarkah?” Tanya Howard.
“Dia adalah wanita yang sangat dicintai oleh kakakmu.”
Ucap Howard.
“Bukankah sudah kukatakan kalau dia sama sekali ngga ada
hubungannya denganku.” Ucap Surya dengan tegas.
“Baguslah. Kalau begitu sudah diputuskan.” Ucap Howard
sambil berjalan pergi.
Surya bahkan merasa tidak tau siapa Shania Gracia itu.
Pikirannya terus mengulang dan berusaha mengingat setiap kejadian ketika dia
telah tiba di Indonesia. Pernahkah dia bertemu dengan seorang wanita yang
bernama Shania gracia?
‘deg’
Pikirannya berputar waktu kedatangannya ke di makam
David. Waktu itu ada seorang gadis dan temannya. Kalau tidak salah pria itu
sempat memanggil namanya. ‘Gre’? Surya benar-benar bingung. Dia menunda
praduganya terhadap gadis yang menggunakan kursi roda itu adalah Shania Gracia.
“Kenapa aku malah memikirkan gadis itu? Dia Shania Gracia
atau bukan bukanlah urusanku.” Omel Surya sambil melanjutkan jalannya.
No comments:
Post a Comment