Tuesday, June 6, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 10



Raja menekan bel yang berada didepan gerbang rumah itu beberapa kali. Orang dalam rumah pun mendengarkan suara bel itu.

“Ada tamu?” Tanya Austin.

“Iyalah, lu pikir siapa emang?” Ucap Rangga.

Bi Siti seorang asisten rumah tangga disana kemudian berjalan cepat menuju gerbang dan membukakan pintu gerbangnya.

“Permisi bu. Apa benar ini rumahnya Nadhifa Salsabilla?” Tanya Raja dengan sopan.

“Iya. Ada perlu apa dengan Nadhifa?” Tanya Bi Siti.

“Perkenalkan, saya Raja Darmawan. Temannya Nadhifa mau ngabarin sesuatu.” Ucap Raja sambil menjabat tangan Bi Siti.

Nadhifa dan Yansen yang tergopoh gopoh turun dari lantai 2 langsung menuju gerbang. Melihat itu Austin dan kedua temannya penasaran. Siapa yang bisa membuat seorang Nadhifa Salsabilla bisa tergesa gesa seperti itu. Mereka bertiga memutuskan untuk melihatnya sendiri, siapa sebenarnya tamu yang datang.

“Kalo gitu tunggu sebentar ya de. Saya panggil non Nadhifa nya dulu.” Ucap Bi Siti yang berencana untuk memanggil Nadhifa didalam rumah tapi Nadhifanya sendiri sudah berada disana.

“Ehh non. Ada tamu. Katanya temen non.” Ucap Bi Siti.

“Iya bi. Dia emang teman aku.” Ucap Nadhifa.

“Kalo gitu saya masuk kedalam dulu non.” Ucap Bi Siti.

“Iya Bi.” Ucap Nadhifa. Setelah Bi Siti masuk kedalam, Nadhifa menatap Raja dengan tatapan yang tidak bisa dipahami. Yansen juga menyadarinya sedari tadi.

“Hai.” Sapa Raja membuka percakapan.

“Ehh Hai. Masuk dulu yuk. Panas disini.” Ucap Nadhifa.

“Ga usah, aku sebentar kok.” Ucap Raja.

“Loh kok gitu. Emang lagi buru buru ya.?” Tanya Nadhifa.

Tiba-tiba Austin dan kedua temannya datang.

“Si Cyborg itu.” Ucap Rangga.

“Ohh berani juga dia datang kesini.” Ucap Austin. Raja kemudian melihat Austin dan kedua temannya.

“Sepertinya sedang ada tamu. Maaf kalo aku ganggu.” Ucap Raja.

“Ngga.. Ngga apa apa kok.” Ucap Nadhifa.

“Niatku kesini sih sebenernya Cuma mau ngasih tau kalo Shania Gracia sudah sadar dan kondisinya membaik.” Ucap Raja.

“Benarkah? Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Ucap Nadhifa tersenyum.

“Tadinya aku mau mengajak kamu untuk menjenguknya ke rumah sakit. Tapi karena lagi banyak tamu jadi ga enak. Mungkin lain waktu saja.” Ucap Raja sedikit menunduk.

“Gitu ya. Maaf Raja.” Ucap Nadhifa.

“Tidak. Seharusnya aku yang minta maaf karena mengganggu waktu kalian.” Ucap Raja.

“Ihh Ngga apa apa juga.” Ucap Nadhifa.

“Sejujurnya lu emang udah ganggu waktu gue sama Nadhifa hari ini.” Ucap Austin yang berjalan mendekati Raja.

“Maaf.” Ucap Raja sambil menunduk.

“Menurut gue permintaan maaf lu doang sepertinya ngga cukup untuk mengganti waktu yang udah lu buang sia sia ini.” Ucap Austin.

“Austin apa maksudnya!!” Ucap Nadhifa sedikit kesal.

“Lu diem. Ini urusan gue sama dia ngerti?” Ucap Austin.

“Urusan apaan sih.” Ucap Nadhifa.

“Pegangin dia.” Ucap Austin. Rangga kemudian memegangi Nadhifa agar tidak berbuat macam macam.

“Sekarang gue ga mau tau lu harus bayar kesalahan lu karena udah ganggu waktu gue disini.” Ucap Austin. Raja hanya berpaling, dia tidak berkata apapun.

“Kalo gitu keputusannya terserah gue sekarang.” Ucap Austin.

“Austin!! Denger ya. Kalo lu berbuat macam macam sama dia, gue ga bakal mau temenan sama lo lagi!!” Ancam Nadhifa.

“Jaket lu bagus. Sini!!” Ucap Austin. Raja tidak merespon apapun perkataan Austin.

“Lu budek? Siniin gue bilang jaket lu.” Ucap Austin dengan nada keras. Perlahan Raja mulai membuka jaket miliknya kemudian menyerahkannya.

“Bagus juga.” Ucap Austin sambil melihat-lihat jaketnya.

“Ada gunting?” Tanya Austin

“Ada, bentar.” Ucap Rangga.

“Apa yang mau kamu lakukan?” Tanya Raja sedikit memaksa untuk mengambil kembali jaketnya.

“Udah diem aja kenapa sih.” Ucap Austin.

“Austin!!” Sentak Nadhifa.

“Austin. Lo gausah sejauh ini juga kali.” Ucap Yansen.

“Nih.” Ucap Rangga sambil menyodorkan gunting yang diminta.

“Ehh jangan.” Ucap Raja. Dengan cepat Austin

“Diem lu, ini jaket udah bagus. Gue Cuma mau memperbagus doang santai aja.” Ucap Austin yang dengan cepat menggunting acak jaket Raja kemudian melemparnya ke muka Raja.

Austin tertawa sangat puas diikuti dengan Rangga. Nadhifa terlihat sangat menyesal melihatnya. Dia takut dengan kejadian ini akan membuat hubungannya dengan Raja semakin renggang. Sementara Howard hanya melihat saja kejadian itu, dia tidak bereaksi sedikitpun.

“Austin!!! Lo tuh apa apaan sih.” Ucap Nadhifa kesal.

“Gue ngelakuin itu biar dia kapok ngga ngedeketin lo terus tau ga? Gue ngelakuin ini semua demi lo juga Nad.” Ucap Austin.

“Ya tapi ga usah segitunya juga kali.” Ucap Yansen. Tidak peduli dengan ucapan Yansen Austin lalu beranjak masuk ke rumah Nadhifa diikuti oleh Rangga dan Howard. Raja terlihat sangat syok dan sedih melihat jaket kesayangannya terbakar api yang masih menyala. Melihat itu membuat Nadhifa jadi semakin khawatir dengan kondisi Raja.

“Raja, aku minta maaf. Gara gara aku jaketnya....” Ucap Nadhifa.

“Tidak apa-apa. Cuma jaket ini.” Ucap Raja sambil berusaha tersenyum dan menggenggam erat jaket miliknya.

“Maafin sikap temen gue yah.” Ucap Yansen.

“Tidak apa-apa. Kalo gitu langsung saja, aku pamit pulang dulu. Terimakasih.” Ucap Raja lalu berjalan pergi menuju motornya. Ingin rasanya Nadhifa memanggil namanya dan berusaha untuk menenangkannya tapi dirinya dihinggapi rasa bersalah sehingga membuat niatnya itu hanyalah sekedar niat belaka.

Dengan kejadian itu tidak membuat Raja menyerah begitu saja untuk mendekati Nadhifa, dia bahkan semakin yakin dengan wanita pilihannya itu. Beberapa rintangan dalam mendapatkan sesuatu yang berharga memang dibutuhkan untuk mengukur sejauh mana kita serius dengan hal itu.

2 hari sebelumnya. Di negara sakura Jepang disuatu rumah.....

“Kenapa mendadak sekali?” Ucap seorang wanita paruh baya.

“Aku sendiri tidak tahu, tapi aku seperti merasakan rasa sakit yang amat sangat. Seperti ada sesuatu yang terjadi bu.” Ucap seorang pemuda.

“Kalau begitu kita ke rumah sakit ya!” Ajak wanita itu yang ternyata adalah ibunya.

“Tidak, ini bukan seperti sebuah penyakit.. aahhh aku bingung bagaimana menjelaskannya.” Ucap pemuda itu.

“Surya ada apa?” Tanya seorang pria berbadan tegap yang baru datang.

“Sayang, Surya.” Rintih Ibunya Surya.

“Pokoknya aku harus segera pergi dan memastikannya.” Ucap pemuda yang bernama Surya itu.

“Pergi? Kemana?” Tanya Ibunya Surya.

“Indonesia.” Ucap Surya. Mendengar hal itu sontak membuat kedua orang tuanya kaget dan bertanya-tanya.

“Kenapa harus ke Indonesia? Memangnya ada masalah apa?” Tanya Ayahnya Surya.

“Maaf sebelumnya, tapi aku pernah mendengarkan pembicaraan kalian. Ibu mengatakan sesuatu tentang Ayah kandungku dan kemungkinan aku memiliki seorang saudara kembar yang bertempat tinggal di Indonesia.” Ucap Surya.

“Sayang.” Rintih Ibunya Surya.

“Aku hanya ingin bertemu dengan Ayah kandungku sendiri dan juga aku ingin berjumpa dengan saudara kembarku disana.” Ucap Surya sambil tersenyum.

“Maaf karena Ibu sudah menyembunyikannya selama ini.” Ucap Ibunya Surya. Surya menggelengkan kepala.

“Tidak. Ibu tidak salah, aku tau pasti ada alasan yang kuat kenapa ibu tidak pernah memberitahuku soal ini.” Ucap Surya.

“Bagaimana sayang?” Tanya Ibunya Surya kepada suaminya.

“Pergilah. Asal dengan satu syarat!! ingatlah untuk tetap kembali bersama kami.” Ucap Ayah tirinya Surya.

“Terimakasih.” Ucap Surya sambil sedikit membungkukan badannya. Ibunya Surya pergi mengambil sesuatu dilaci kamarnya.

“Ini, ibu sengaja menyimpan alamat ini karena tau sewaktu-waktu mungkin kamu akan bertanya mengenai tempat tinggal ayah kandungmu. Sudah lebih dari 20 tahun ibu tidak pernah berkomunikasi dengannya. Semoga rumah itu masih ada.” Ucap Ibunya Surya.

“Terimakasih Ibu.” Ucap Surya sambil mengambil sebuah kertas yang berisikan alamat lengkap ayah kandungnya.

Besok pagi, Surya langsung berangkat menuju Indonesia. Setelah sampai dia langsung menuju alamat rumah yang tertulis di kertas yang sudah diberikan ibunya. Berselang 1 jam akhirnya dia sampai di alamat tersebut.

“Ini tidak salah lagi.” Ucap Surya. “Permisi.” Lanjut Surya sedikit berteriak.

“Ya.” Ucap salah seorang dari dalam rumah yang kemudian membuka pintu.

“Anuu.. Apa benar ini kediamannya bapak Kessler?” Tanya Surya sopan. Dia tidak tau kalau orang yang sedang berdiri mematung didepannya adalah orang yang dia maksud, Bapak Kessler atau dengan kata lain Ayah kandungnya sendiri.

“Maaf?” Ucap Surya pelan.

“Kau.. Mustahil.” Ucap Ayahnya David.

“Eh?” Ucap Surya kebingungan. Sontak Tuan Kessler langsung memeluk Surya. Dia masih tidak percaya dengan kejadian ini.

“Eehh?” Ucap Surya yang sedikit kaget dan berusaha melepaskan pelukan orang yang tidak dikenalnya itu.

“Anakku. Surya.” Ucap pelan tuan Kessler yang sangat sedih dan terharu. Mendengar itu Surya sedikit melunak dan rela dipeluk karena dia adalah ayah kandung yang sedang ia cari.

Setelah situasi mulai sedikit tenang dan juga terkontrol. Surya dan Ayah Kandungnya mengobrol diruang tamu.

“Ayah benar-benar tidak percaya. Ternyata kamu sehat-sehat saja.” Ucap Ayah kandungnya dengan sangat senang.

“Maaf karena sebelumnya tidak memberi kabar apapun. Dan aku juga mendadak datang kesini.” Ucap Surya.

“Ahh tidak-tidak, kamu datang kemari sungguh membuat Ayah sangat senang.” Ucap Ayahnya.

“Terimakasih.” Ucap Surya. Ayahnya tersenyum bahagia, setelah kepergian David kini anak yang lainnya datang untuk berkunjung kekediamannya. Sebuah obat yang sangat manjur tentunya.

“Ohh iya. Ada perlu apa kamu jauh jauh datang kemari?” Tanya Ayahnya.

“Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan. Salah satunya adalah, Ayah tau namaku?” Tanya Surya.

“Tentu saja Ayah tau.” Ucap Ayahnya.

“Tapikan, ibu membawaku tepat setelah aku lahir.” Ucap Surya.

“Memang ibumu membawamu pergi setelah kau baru lahir. Padahal kondisinya sendiri tidak begitu stabil, tapi karena dia tidak memperdulikannya dia melanjutkan niatnya itu. Soal namamu aku tau karena sebelumnya. Ketika hubungan kami baik-baik saja, kami berjanji jika mendapatkan sepasang anak kembar laki-laki akan memberikan nama David dan Surya. Ibumu adalah seseorang yang selalu menepati janjinya. Jadi ketika tadi aku melihat wajahmu sangat mirip dengan David, aku sudah tidak memiliki keraguan kalau kau adalah Surya. Anakku juga.” Ucap Ayahnya.

“Apa aku benar-benar mirip dengannya? Maksudku David?” Tanya Surya. Ayahnya kemudian beranjak dan mengambilkan bingkai foto dirinya ketika berfoto berdua bersama dengan David.

“Lihatlah.” Ucapnya sambil memberikan bingkai itu.

“Ini.” Ucap Surya yang kali ini benar-benar percaya.

“David lahir 10 menit lebih awal darimu.” Ucap Ayahnya.

“Lalu dimana dia? David?” Tanya Surya sambil melihat sekitar. Ayahnya mulai menunduk.

“Kenapa?” Tanya Surya penasaran.

“Dia sudah tenang disana. Seminggu yang lalu dia mengalami kecelakaan hebat, dia sudah dibawa kerumah sakit secepat mungkin. Tapi nyawanya tidak tertolong.” Ucap Ayahnya sambil menahan tangisnya.

‘Bohongkan?’ Batin Surya. Jadi rasa sakit yang selama ini dia rasakan karena saudara kembarnya mengalami kecelakaan hebat dan akhirnya meninggal. Pantas saja perasaannya benar-benar tidak mengenakan sama sekali.

“Aku turut berduka.” Ucap Surya.

“Terimakasih.” Ucap Ayahnya.

“Besok sore bisa Ayah antar aku ke makamnya?” Tanya Surya.

“Tentu.” Ucap Ayahnya sambil mengelap air mata yang sedikit keluar.

No comments:

Post a Comment