Raja menekan bel yang berada didepan gerbang rumah itu
beberapa kali. Orang dalam rumah pun mendengarkan suara bel itu.
“Ada tamu?” Tanya Austin.
“Iyalah, lu pikir siapa emang?” Ucap Rangga.
Bi Siti seorang asisten rumah tangga disana kemudian
berjalan cepat menuju gerbang dan membukakan pintu gerbangnya.
“Permisi bu. Apa benar ini rumahnya Nadhifa Salsabilla?”
Tanya Raja dengan sopan.
“Iya. Ada perlu apa dengan Nadhifa?” Tanya Bi Siti.
“Perkenalkan, saya Raja Darmawan. Temannya Nadhifa mau
ngabarin sesuatu.” Ucap Raja sambil menjabat tangan Bi Siti.
Nadhifa dan Yansen yang tergopoh gopoh turun dari lantai
2 langsung menuju gerbang. Melihat itu Austin dan kedua temannya penasaran.
Siapa yang bisa membuat seorang Nadhifa Salsabilla bisa tergesa gesa seperti
itu. Mereka bertiga memutuskan untuk melihatnya sendiri, siapa sebenarnya tamu
yang datang.
“Kalo gitu tunggu sebentar ya de. Saya panggil non
Nadhifa nya dulu.” Ucap Bi Siti yang berencana untuk memanggil Nadhifa didalam
rumah tapi Nadhifanya sendiri sudah berada disana.
“Ehh non. Ada tamu. Katanya temen non.” Ucap Bi Siti.
“Iya bi. Dia emang teman aku.” Ucap Nadhifa.
“Kalo gitu saya masuk kedalam dulu non.” Ucap Bi Siti.
“Iya Bi.” Ucap Nadhifa. Setelah Bi Siti masuk kedalam,
Nadhifa menatap Raja dengan tatapan yang tidak bisa dipahami. Yansen juga
menyadarinya sedari tadi.
“Hai.” Sapa Raja membuka percakapan.
“Ehh Hai. Masuk dulu yuk. Panas disini.” Ucap Nadhifa.
“Ga usah, aku sebentar kok.” Ucap Raja.
“Loh kok gitu. Emang lagi buru buru ya.?” Tanya Nadhifa.
Tiba-tiba Austin dan kedua temannya datang.
“Si Cyborg itu.” Ucap Rangga.
“Ohh berani juga dia datang kesini.” Ucap Austin. Raja
kemudian melihat Austin dan kedua temannya.
“Sepertinya sedang ada tamu. Maaf kalo aku ganggu.” Ucap
Raja.
“Ngga.. Ngga apa apa kok.” Ucap Nadhifa.
“Niatku kesini sih sebenernya Cuma mau ngasih tau kalo Shania
Gracia sudah sadar dan kondisinya membaik.” Ucap Raja.
“Benarkah? Syukurlah. Aku ikut senang mendengarnya.” Ucap
Nadhifa tersenyum.
“Tadinya aku mau mengajak kamu untuk menjenguknya ke
rumah sakit. Tapi karena lagi banyak tamu jadi ga enak. Mungkin lain waktu
saja.” Ucap Raja sedikit menunduk.
“Gitu ya. Maaf Raja.” Ucap Nadhifa.
“Tidak. Seharusnya aku yang minta maaf karena mengganggu
waktu kalian.” Ucap Raja.
“Ihh Ngga apa apa juga.” Ucap Nadhifa.
“Sejujurnya lu emang udah ganggu waktu gue sama Nadhifa
hari ini.” Ucap Austin yang berjalan mendekati Raja.
“Maaf.” Ucap Raja sambil menunduk.
“Menurut gue permintaan maaf lu doang sepertinya ngga
cukup untuk mengganti waktu yang udah lu buang sia sia ini.” Ucap Austin.
“Austin apa maksudnya!!” Ucap Nadhifa sedikit kesal.
“Lu diem. Ini urusan gue sama dia ngerti?” Ucap Austin.
“Urusan apaan sih.” Ucap Nadhifa.
“Pegangin dia.” Ucap Austin. Rangga kemudian memegangi
Nadhifa agar tidak berbuat macam macam.
“Sekarang gue ga mau tau lu harus bayar kesalahan lu
karena udah ganggu waktu gue disini.” Ucap Austin. Raja hanya berpaling, dia
tidak berkata apapun.
“Kalo gitu keputusannya terserah gue sekarang.” Ucap
Austin.
“Austin!! Denger ya. Kalo lu berbuat macam macam sama
dia, gue ga bakal mau temenan sama lo lagi!!” Ancam Nadhifa.
“Jaket lu bagus. Sini!!” Ucap Austin. Raja tidak merespon
apapun perkataan Austin.
“Lu budek? Siniin gue bilang jaket lu.” Ucap Austin
dengan nada keras. Perlahan Raja mulai membuka jaket miliknya kemudian
menyerahkannya.
“Bagus juga.” Ucap Austin sambil melihat-lihat jaketnya.
“Ada gunting?” Tanya Austin
“Ada, bentar.” Ucap Rangga.
“Apa yang mau kamu lakukan?” Tanya Raja sedikit memaksa
untuk mengambil kembali jaketnya.
“Udah diem aja kenapa sih.” Ucap Austin.
“Austin!!” Sentak Nadhifa.
“Austin. Lo gausah sejauh ini juga kali.” Ucap Yansen.
“Nih.” Ucap Rangga sambil menyodorkan gunting yang
diminta.
“Ehh jangan.” Ucap Raja. Dengan cepat Austin
“Diem lu, ini jaket udah bagus. Gue Cuma mau memperbagus
doang santai aja.” Ucap Austin yang dengan cepat menggunting acak jaket Raja
kemudian melemparnya ke muka Raja.
Austin tertawa sangat puas diikuti dengan Rangga. Nadhifa
terlihat sangat menyesal melihatnya. Dia takut dengan kejadian ini akan membuat
hubungannya dengan Raja semakin renggang. Sementara Howard hanya melihat saja
kejadian itu, dia tidak bereaksi sedikitpun.
“Austin!!! Lo tuh apa apaan sih.” Ucap Nadhifa kesal.
“Gue ngelakuin itu biar dia kapok ngga ngedeketin lo
terus tau ga? Gue ngelakuin ini semua demi lo juga Nad.” Ucap Austin.
“Ya tapi ga usah segitunya juga kali.” Ucap Yansen. Tidak
peduli dengan ucapan Yansen Austin lalu beranjak masuk ke rumah Nadhifa diikuti
oleh Rangga dan Howard. Raja terlihat sangat syok dan sedih melihat jaket
kesayangannya terbakar api yang masih menyala. Melihat itu membuat Nadhifa jadi
semakin khawatir dengan kondisi Raja.
“Raja, aku minta maaf. Gara gara aku jaketnya....” Ucap
Nadhifa.
“Tidak apa-apa. Cuma jaket ini.” Ucap Raja sambil
berusaha tersenyum dan menggenggam erat jaket miliknya.
“Maafin sikap temen gue yah.” Ucap Yansen.
“Tidak apa-apa. Kalo gitu langsung saja, aku pamit pulang
dulu. Terimakasih.” Ucap Raja lalu berjalan pergi menuju motornya. Ingin
rasanya Nadhifa memanggil namanya dan berusaha untuk menenangkannya tapi
dirinya dihinggapi rasa bersalah sehingga membuat niatnya itu hanyalah sekedar
niat belaka.
Dengan kejadian itu tidak membuat Raja menyerah begitu
saja untuk mendekati Nadhifa, dia bahkan semakin yakin dengan wanita pilihannya
itu. Beberapa rintangan dalam mendapatkan sesuatu yang berharga memang
dibutuhkan untuk mengukur sejauh mana kita serius dengan hal itu.
2 hari sebelumnya. Di negara sakura Jepang disuatu
rumah.....
“Kenapa mendadak sekali?” Ucap seorang wanita paruh baya.
“Aku sendiri tidak tahu, tapi aku seperti merasakan rasa
sakit yang amat sangat. Seperti ada sesuatu yang terjadi bu.” Ucap seorang
pemuda.
“Kalau begitu kita ke rumah sakit ya!” Ajak wanita itu
yang ternyata adalah ibunya.
“Tidak, ini bukan seperti sebuah penyakit.. aahhh aku
bingung bagaimana menjelaskannya.” Ucap pemuda itu.
“Surya ada apa?” Tanya seorang pria berbadan tegap yang
baru datang.
“Sayang, Surya.” Rintih Ibunya Surya.
“Pokoknya aku harus segera pergi dan memastikannya.” Ucap
pemuda yang bernama Surya itu.
“Pergi? Kemana?” Tanya Ibunya Surya.
“Indonesia.” Ucap Surya. Mendengar hal itu sontak membuat
kedua orang tuanya kaget dan bertanya-tanya.
“Kenapa harus ke Indonesia? Memangnya ada masalah apa?”
Tanya Ayahnya Surya.
“Maaf sebelumnya, tapi aku pernah mendengarkan
pembicaraan kalian. Ibu mengatakan sesuatu tentang Ayah kandungku dan
kemungkinan aku memiliki seorang saudara kembar yang bertempat tinggal di
Indonesia.” Ucap Surya.
“Sayang.” Rintih Ibunya Surya.
“Aku hanya ingin bertemu dengan Ayah kandungku sendiri
dan juga aku ingin berjumpa dengan saudara kembarku disana.” Ucap Surya sambil
tersenyum.
“Maaf karena Ibu sudah menyembunyikannya selama ini.”
Ucap Ibunya Surya. Surya menggelengkan kepala.
“Tidak. Ibu tidak salah, aku tau pasti ada alasan yang
kuat kenapa ibu tidak pernah memberitahuku soal ini.” Ucap Surya.
“Bagaimana sayang?” Tanya Ibunya Surya kepada suaminya.
“Pergilah. Asal dengan satu syarat!! ingatlah untuk tetap
kembali bersama kami.” Ucap Ayah tirinya Surya.
“Terimakasih.” Ucap Surya sambil sedikit membungkukan
badannya. Ibunya Surya pergi mengambil sesuatu dilaci kamarnya.
“Ini, ibu sengaja menyimpan alamat ini karena tau
sewaktu-waktu mungkin kamu akan bertanya mengenai tempat tinggal ayah
kandungmu. Sudah lebih dari 20 tahun ibu tidak pernah berkomunikasi dengannya.
Semoga rumah itu masih ada.” Ucap Ibunya Surya.
“Terimakasih Ibu.” Ucap Surya sambil mengambil sebuah
kertas yang berisikan alamat lengkap ayah kandungnya.
Besok pagi, Surya langsung berangkat menuju Indonesia.
Setelah sampai dia langsung menuju alamat rumah yang tertulis di kertas yang
sudah diberikan ibunya. Berselang 1 jam akhirnya dia sampai di alamat tersebut.
“Ini tidak salah lagi.” Ucap Surya. “Permisi.” Lanjut
Surya sedikit berteriak.
“Ya.” Ucap salah seorang dari dalam rumah yang kemudian membuka
pintu.
“Anuu.. Apa benar ini kediamannya bapak Kessler?” Tanya
Surya sopan. Dia tidak tau kalau orang yang sedang berdiri mematung didepannya
adalah orang yang dia maksud, Bapak Kessler atau dengan kata lain Ayah
kandungnya sendiri.
“Maaf?” Ucap Surya pelan.
“Kau.. Mustahil.” Ucap Ayahnya David.
“Eh?” Ucap Surya kebingungan. Sontak Tuan Kessler
langsung memeluk Surya. Dia masih tidak percaya dengan kejadian ini.
“Eehh?” Ucap Surya yang sedikit kaget dan berusaha
melepaskan pelukan orang yang tidak dikenalnya itu.
“Anakku. Surya.” Ucap pelan tuan Kessler yang sangat
sedih dan terharu. Mendengar itu Surya sedikit melunak dan rela dipeluk karena
dia adalah ayah kandung yang sedang ia cari.
Setelah situasi mulai sedikit tenang dan juga terkontrol.
Surya dan Ayah Kandungnya mengobrol diruang tamu.
“Ayah benar-benar tidak percaya. Ternyata kamu
sehat-sehat saja.” Ucap Ayah kandungnya dengan sangat senang.
“Maaf karena sebelumnya tidak memberi kabar apapun. Dan
aku juga mendadak datang kesini.” Ucap Surya.
“Ahh tidak-tidak, kamu datang kemari sungguh membuat Ayah
sangat senang.” Ucap Ayahnya.
“Terimakasih.” Ucap Surya. Ayahnya tersenyum bahagia,
setelah kepergian David kini anak yang lainnya datang untuk berkunjung
kekediamannya. Sebuah obat yang sangat manjur tentunya.
“Ohh iya. Ada perlu apa kamu jauh jauh datang kemari?”
Tanya Ayahnya.
“Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan. Salah
satunya adalah, Ayah tau namaku?” Tanya Surya.
“Tentu saja Ayah tau.” Ucap Ayahnya.
“Tapikan, ibu membawaku tepat setelah aku lahir.” Ucap
Surya.
“Memang ibumu membawamu pergi setelah kau baru lahir.
Padahal kondisinya sendiri tidak begitu stabil, tapi karena dia tidak
memperdulikannya dia melanjutkan niatnya itu. Soal namamu aku tau karena
sebelumnya. Ketika hubungan kami baik-baik saja, kami berjanji jika mendapatkan
sepasang anak kembar laki-laki akan memberikan nama David dan Surya. Ibumu
adalah seseorang yang selalu menepati janjinya. Jadi ketika tadi aku melihat
wajahmu sangat mirip dengan David, aku sudah tidak memiliki keraguan kalau kau
adalah Surya. Anakku juga.” Ucap Ayahnya.
“Apa aku benar-benar mirip dengannya? Maksudku David?”
Tanya Surya. Ayahnya kemudian beranjak dan mengambilkan bingkai foto dirinya ketika
berfoto berdua bersama dengan David.
“Lihatlah.” Ucapnya sambil memberikan bingkai itu.
“Ini.” Ucap Surya yang kali ini benar-benar percaya.
“David lahir 10 menit lebih awal darimu.” Ucap Ayahnya.
“Lalu dimana dia? David?” Tanya Surya sambil melihat
sekitar. Ayahnya mulai menunduk.
“Kenapa?” Tanya Surya penasaran.
“Dia sudah tenang disana. Seminggu yang lalu dia
mengalami kecelakaan hebat, dia sudah dibawa kerumah sakit secepat mungkin.
Tapi nyawanya tidak tertolong.” Ucap Ayahnya sambil menahan tangisnya.
‘Bohongkan?’ Batin Surya. Jadi rasa sakit yang selama ini
dia rasakan karena saudara kembarnya mengalami kecelakaan hebat dan akhirnya
meninggal. Pantas saja perasaannya benar-benar tidak mengenakan sama sekali.
“Aku turut berduka.” Ucap Surya.
“Terimakasih.” Ucap Ayahnya.
“Besok sore bisa Ayah antar aku ke makamnya?” Tanya
Surya.
“Tentu.” Ucap Ayahnya sambil mengelap air mata yang
sedikit keluar.
No comments:
Post a Comment