Sunday, June 11, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 12



Raja dan Nadhifa semakin hari semakin dekat, mereka sering jalan bareng, nonton, makan, bahkan tiap hari liburpun Raja ataupun Nadhifa bergantian main ke rumah masing-masing. Kini senyuman dan kebahagiaan yang hanya bisa dibuat oleh Ayahnya Raja dan juga David telah berhasil turun ke Nadhifa.

Tanpa sadar Nadhifa sudah jatuh hati pada Raja. Austin beberapa kali sempat menyatakan perasaannya pada Nadhifa tapi berulang kali juga Nadhifa menolaknya. Namun, ada rasa sedikit kegelisahan di hati Nadhifa. Jujur saja, dia sebenarnya masih memiliki rasa sama Austin, bisa dibilang mungkin lebih besar perasaannya pada Austin dibandingkan dengan Raja. Dan tentu saja hal itu menjadikan sedikit konflik didalam hatinya. Yansen sebagai sahabat dekatnya mendukung penuh keputusan Nadhifa apapun itu. Malam hari mereka sedang jalan-jalan di mall, karena Nadhifa meminta Raja untuk menemaninya berbelanja.

“Jadi, selanjutnya kemana kita?” Tanya Raja sambil memegang erat tangan Nadhifa.

“Makan yuk, laper nih.” Ajak Nadhifa.

“Hee? Disini?” Tanya Raja.

“Iya. Memangnya kenapa?” Tanya Nadhifa.

“Kamu tau, aku kan tidak terlalu suka dengan menu makanan di mall.” Ucap Raja. Nadhifa memasang ekspresi cemberut.

“Yahhh.” Keluh Nadhifa.

“Kalau memang kamu mau makan disini, yaudah ayuk. Tapi aku Cuma nemenin doang yah. Ga selera soalnya.” Ucap Raja.

“Ga enak dong Raja!!” Ucap Nadhifa.

“Ya terus?” Tanya Raja. Dari jauh, Raja melihat orang yang mirip dengan David sedang berjalan mendekatinya.

“Kenapa?” Tanya Nadhifa sambil melihat kearah Raja lihat.

“Dia.” Ucap Raja pelan.

“Lohh itu kan David? Kok bisa?” Ucap Nadhifa yang bertanya-tanya. Mereka bertiga berpapasan.

“Kau orang yang di pemakaman itu.” Ucap Surya.

“Ya. Sedang apa kau disini?” Ucap Raja sinis.

“Jangan bicara dengan nada tidak suka begitu.” Ucap Surya.

“Ada apa?” Tanya Raja. Nadhifa menatap lekat orang itu.

“Sebelumnya perkenalkan. Aku Surya, adik kandungnya David.” Ucap Surya.

“Siapa peduli. Cepatlah katakan, apa maumu?” Tanya Raja.

“Jangan disini. Bagaimana kalau diluar.” Ajak Surya.

“Tentu.” Ucap Raja.

Kebetulan didekat mall itu ada sebuah taman kecil yang terdapat satu bangku panjang kosong yang sekitarnya dihiasi rumput dan juga pepohonan yang tidak terlalu tinggi.

“Ada apa? Cepat katakan.” Tanya Raja to the point.

“Aku hanya ingin mengenal lebih jauh tentang kakakku.” Ucap Surya.

“Apa maksudmu?” Tanya Raja yang masih sulit mencerna kata-kata Surya.

“Aku tau dari Ayah kalau kau adalah sahabat terdekatnya. Sangat dekat. Tolong ceritakan padaku tentang kehidupan kakakku sebelum dia meninggal.” Pinta Surya.

“Dasar!! Sebelumnya kau tau dari mana kalau aku ada ditempat ini?” Tanya Raja.

“Sebelum kesini tentunya aku berkunjung kerumahmu. Tapi kau tidak ada disana dan ibumu memberitahuku kalau kau sedang berada disini.” Ucap Surya.

“Begitu.” Ucap Raja.

“Jadi? Mau menceritakannya padaku?” Tanya Surya yang masih berharap.

“Kau.. setelah kau tau mengenai kakakmu. Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Tanya Raja.

“Soal itu. Aku masih memikirkannya.” Jawab Surya.

“Apa maksudmu.” Tanya Raja lagi.

“Aku tidak berencana untuk tinggal lama disini. Lusa aku akan kembali ke Jepang. Jadi sebelum aku pergi, aku ingin mengetahui siapa kakakku dan bagaimana sikapnya. Bahkan bumi pun tidak mengijinkan kita untuk bertemu satu sama lain. Kumohon!” Ucap Surya. Raja sedikit menunduk dan memikirkannya. Semua keputusannya berada ditangannya sendiri.

“Baiklah. Akan kuceritakan semua yang kutau tentang David. Aku harap ini bisa menjawab rasa penasaranmu.” Ucap Raja. Surya tersenyum lebar. Begitu juga dengan Nadhifa.

“Terimakasih.” Ucap Surya sambil sedikit membungkuk.

Raja menceritakan semua yang dia ketahui mengenai David kepada Surya. Mulai dari awal dia bertemu sampai sebelum dia wafat. Surya mendengarkan dengan seksama dan sangat antusias bisa mengenal sosok kakaknya lebih jauh lagi.

“Pokoknya. Dia adalah seorang sahabat yang tidak tergantikan. Selalu membantuku saat keadaan sulit, dan selalu menemaniku saat aku merasa kesepian. Sepertinya tidak akan ada orang seperti dia lagi didunia ini.” Ucap Raja.

“Lalu, mengenai pacar kakakku. Bisa kau ceritakan lebih detail mengenai Shania Gracia.” Pintanya. Raja menoleh dengan tatapan bertanya-tanya.

“Kenapa kau ingin tau tentangnya?” Tanya Raja.

“Rencananya sebelum aku pergi, aku ingin menemuinya.” Ucap Surya.

“Jangan bercanda!!! Kau tau kan perasaan dia sedang tidak stabil. Kenapa kau ingin menemuinya saat dia sedang berusaha untuk melupakan sosok wajah kakakmu yang saat ini melekat pada dirimu.” Ucap Raja sambil berjalan mendekatinya.

“Aku tau!! Justru karena hal itu aku ingin menemuinya.” Ucap Surya.

“Apa yang kau bicarakan bodoh?” Tanya Raja.

“Aku ingin bertemu dengannya karena ingin menjelaskan tentang keberadaanku disini. Dan juga agar dia bisa menerima kenyataan bahwa kakakku memang sudah tiada, Dan yang ada disini sekarang adalah orang yang berbeda. Aku hanya ingin dia sadar dan bisa menerima keberaadaanku sebagai Surya, bukan David.” Ucap Surya.

“Kalau soal itu biar aku yang berbicara padanya.!!” Usul Raja.

“Tidak. Aku akan menemuinya sendiri.” Ucap Surya.

“Jangan melakukan hal yang bodoh!!!” Ucap Raja dengan sedikit emosi.

“Kalau terus dibiarkan. Dia akan terbebani pikiran yang berat dan justru akan semakin mengancam jiwanya. Aku akan menjelaskan semuanya sendiri.” Ucap Surya.

“Kau benar-benar keras kepala.” Ucap Raja.

“Kau pikir aku adiknya siapa?” Tanya Surya sambil tersenyum. Raja menatap sekilas Surya, sekejap dia melihat sosok David disana. Sifatnya yang memang sama keras kepalanya dengan sang kakak membuat Raja berhalusinasi tentang David.

“Kalau begitu besok aku ikut denganmu.” Ucap Raja.

“Ha? Kau tidak perlu....” Ucap Surya.

“Aku hanya akan mengawasimu agar tidak melakukan tindakan bodoh.” Ucap Raja. Surya sedikit tersenyum.

“Baiklah. Besok, jam 10 pagi.” Ucap Surya.

“Ya.” Balas Raja kemudian berjalan kearah Nadhifa yang sedang duduk manis dikursi panjang.

“Pulang?” Tanya Raja. Nadhifa hanya mengangguk dan sedikit tersenyum kemudian berdiri.

Didalam mobil saat perjalanan pulang, baik Nadhifa maupun Raja saling membisu. Tidak ada yang memulai percakapan sehingga membuat perasaan canggung keduanya.

“Raja.” Ucap Nadhifa membuka percakapan.

“Ya?” Tanya Raja. Nadhifa seperti ragu untuk mengatakan sesuatu.

“Tidak.” Ucapnya sambil tersenyum. Raja merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Tapi bagaimanapun itu haknya Nadhifa mau berbicara atau tidak.

Esok paginya jam 10 tepat Surya dan Raja sudah berada di rumah sakit ditemani oleh Ayahnya David. Mereka bertemu dengan kedua orang tua Gracia terlebih dulu. Tentu saja mereka sangat terkejut melihat ada orang yang sangat mirip dengan David. Tapi ayahnya David menjelaskan semuanya.

Mereka semua berada diluar ruangan karena hari ini didalam ada pemeriksaan dokter. Tidak lama kemudian Raja melihat Anin yang baru datang. Sepertinya dia datang untuk menjenguk, sama halnya seperti yang lainnya. Anin dengan ekspresi terkejut dan penuh tanya melihat Surya dengan lekat.

“David.” Ucap Anin pelan. Raja tersenyum dan menghampirinya.

“Kau pasti mengira dia David ya kan?” Tanya Raja. Anin menatapnya dan sedikit mengangguk.

“Pertama kali aku melihatnya aku juga sempat mengira hal yang sama denganmu. Tidak, mungkin dengan semua orang yang ditemuinya.” Ucap Raja. Anin terlihat bingung dengan penjelasan Raja.

“Apa maksudnya?” Tanya Anin.

“Dia, saudara kembarnya David.” Ucap Raja terus terang.

“Tidak mungkin.” Ucap Anin.

“Aku tau, sulit untuk menerimanya. Tapi kenyataannya dia memanglah saudaranya.” Ucap Raja meyakinkan.

“Lalu Gracia?” Tanya Anin yang sedikit khawatir.

“Gracia pernah bertemu dengannya sekali. Tentu saja perasaannya campur aduk ketika melihat wajah seseorang yang sangat mirip dengan kekasihnya yang sudah tiada.” Ucap Raja.

“Gracia.” Ucap Anin pelan. Raja hanya tersenyum.

“Tetaplah berada disampingnya.” Ucap Raja lalu berjalan mendekati Surya.

Beberapa saat kemudian Dokter keluar dari ruangan Gracia dan menjelaskan semua kondisinya saat ini pada keluarganya. Dan dengan beberapa terapi pelatihan berjalan Gracia akan bisa menggerakan kakinya seperti biasa, tentu saja itu merupakan kabar gembira yang didapat kedua orang tua Gracia dan juga semua orang disana.

“Apa boleh aku masuk sekarang?” Tanya Surya kepada kedua orang tua Gracia. Mereka hanya membalasnya dengan tersenyum sambil mengangguk.

“Ayo.” Ucap Raja. Surya kemudian melihat Raja dan mengangguk lalu mulai berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.

Terlihat Gracia sedang berbaring. Matanya terbuka dan tentunya menyadari kedatangan mereka berdua kedalam kamarnya. Dengan ekspresi yang tersirat tatapan rindu pada David, Gracia melihat Surya begitu dalam.

“Halo.” Sapa Surya. Gracia tebangun dari lamunannya.

“Iya.” Ucapnya dengan lemas

“Gimana keadaanmu?” Tanya Surya basa basi.

“Aku mungkin sudah sedikit baikan.” Jawab Gracia dengan sedikit lemas.

“Boleh aku duduk didekatmu?” Tanya Surya.

“Tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian mengambil kursi dan meletakannya disamping tempat tidur Gracia. Raja hanya memperhatikan mereka didekat pintu.

“Aku datang kesini hanya ingin bertemu denganmu.” Ucap Surya. Mendengar hal itu membuat detak jantung Gracia berdetak cepat, dia merasakan yang berbicara itu David bukan orang lain.

“Benarkah?” Tanyanya sambil terisak tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

“Iya. Aku ingin bertemu dengan pacar kakakku. Dan menjelaskan bahwa aku bukanlah dia.” Ucap Surya. Gracia terdiam.

“Mungkin kedatanganku ke sini bukan diwaktu yang tepat. Tapi setidaknya aku berhasil menjawab rasa penasaranku mengenai Ayah kandungku dan juga saudara kandungku yang berada disini.” Ucap Surya. Mata Gracia perlahan meneteskan air matanya.

“Aku ingin dikenal sebagai Surya, bukan David. Aku sangat menghormati kakakku meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Meski sambil bercanda Ayahku memberitahuku jika ingin bertemu dengan kakakku, cukup lihat cermin dan aku akan melihat kakakku sendiri. Sangat lucu bukan?” Ucap Surya sambil tersenyum.

“Kau tau. Setelah aku mengetahui kepergian kakakku, didalam hatiku aku merasa sangat menyesal. Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu kalau aku memiliki sebuah keluarga disini? Mungkin situasinya akan berbeda jika aku menyadarinya lebih awal. Aku ingin sekali berbagi cerita dengan saudaraku sendiri. Aku suka iri melihat orang lain begitu akrab dengan saudara mereka. Didalam hatiku aku terus merasakan seperti memilikinya. Tapi siapa dan dimana dia aku tidak tau.” Ucap Surya.

“Aku tidak tau ini ada hubungannya atau tidak. Tapi David sempat bercerita padaku kalau dia sangat ingin sekali memiliki seorang adik atau saudara kandung yang mengalir darah keturunan yang sama.” Ucap Raja.

“Benarkah?” Tanya Surya sambil menatap ke arah Raja.

“Aku pikir itu hanya sebuah kiasan, tapi mungkin bisa juga itu sebuah isyarat atau pertanda kalau memang dia memilikinya. Dan sekarang, adik kandungnya sedang berada dihadapanku. Sungguh sebuah realita yang mengejutkan.” Ucap Raja sambil tersenyum.

“Yang paling menyesal adalah aku.” Ucap Gracia sambil berusaha menahan tangisnya.

“Gracia.” Ucap Surya.

“Sebelum kecelakaan itu. Aku bersikap sangat egois padanya, aku hanya merasa kesal karena dia melarangku untuk tidak terlalu mencampuri urusan pribadi Raja. Aku sangat kesal dan marah, aku puasa bicara waktu itu bahkan di mobil sekalipun. Sampai kejadiannya terjadi begitu cepat. Kecelakaan itu..” Ucap Gracia yang terisak sambil memeluk lututnya lalu membenamkan wajahnya. Surya hanya tersenyum sambil mengusap rambut Gracia dengan lembut.

“Semuanya bukan salahmu.” Ucap Surya. Sekilas Raja dan Gracia merasakan kalau David lah yang mengatakan itu.

“David.” Ucap Raja pelan.

“Semuanya sudah digariskan. Jadi tidak usah merasa bersalah seperti itu.” Ucap Surya. Gracia masih diposisi sama.

“Aku akan kembali ke Jepang besok pagi.” Lanjut Surya. Gracia kemudian mengangkat kepalanya mendengar itu.

“Aku punya permintaan sebelum aku pergi. Bolehkan?” Tanya Surya.

“Te-tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian memegang tangan Gracia dengan kedua tangannya.

“Aku ingin kamu segera mengikhlaskan kepergian kakakku, dan Aku juga ingin kamu mengenalku sebagai Surya bukan David, mau ya?” Tanya Surya, Gracia sedikit mengangguk.

“Jadi ketika nanti aku kembali kesini. Aku ingin mengobrol denganmu sebagai Surya bukan David.” Lanjut Surya. “Janji?” Tanya Surya sambil mendekatkan jari kelingkingnya ke hadapan Gracia. Gracia kemudian melingkarinya dengan jari kelingking miliknya.

“Terimakasih.” Ucap Surya sambil tersenyum. Melihat mereka berdua juga membuat Raja sedikit terharu. Tidak salah jika dia jadi adiknya David.

No comments:

Post a Comment