Raja dan Nadhifa semakin hari semakin dekat, mereka
sering jalan bareng, nonton, makan, bahkan tiap hari liburpun Raja ataupun
Nadhifa bergantian main ke rumah masing-masing. Kini senyuman dan kebahagiaan
yang hanya bisa dibuat oleh Ayahnya Raja dan juga David telah berhasil turun ke
Nadhifa.
Tanpa sadar Nadhifa sudah jatuh hati pada Raja. Austin
beberapa kali sempat menyatakan perasaannya pada Nadhifa tapi berulang kali
juga Nadhifa menolaknya. Namun, ada rasa sedikit kegelisahan di hati Nadhifa.
Jujur saja, dia sebenarnya masih memiliki rasa sama Austin, bisa dibilang
mungkin lebih besar perasaannya pada Austin dibandingkan dengan Raja. Dan tentu
saja hal itu menjadikan sedikit konflik didalam hatinya. Yansen sebagai sahabat
dekatnya mendukung penuh keputusan Nadhifa apapun itu. Malam hari mereka sedang
jalan-jalan di mall, karena Nadhifa meminta Raja untuk menemaninya berbelanja.
“Jadi, selanjutnya kemana kita?” Tanya Raja sambil memegang
erat tangan Nadhifa.
“Makan yuk, laper nih.” Ajak Nadhifa.
“Hee? Disini?” Tanya Raja.
“Iya. Memangnya kenapa?” Tanya Nadhifa.
“Kamu tau, aku kan tidak terlalu suka dengan menu makanan
di mall.” Ucap Raja. Nadhifa memasang ekspresi cemberut.
“Yahhh.” Keluh Nadhifa.
“Kalau memang kamu mau makan disini, yaudah ayuk. Tapi
aku Cuma nemenin doang yah. Ga selera soalnya.” Ucap Raja.
“Ga enak dong Raja!!” Ucap Nadhifa.
“Ya terus?” Tanya Raja. Dari jauh, Raja melihat orang
yang mirip dengan David sedang berjalan mendekatinya.
“Kenapa?” Tanya Nadhifa sambil melihat kearah Raja lihat.
“Dia.” Ucap Raja pelan.
“Lohh itu kan David? Kok bisa?” Ucap Nadhifa yang
bertanya-tanya. Mereka bertiga berpapasan.
“Kau orang yang di pemakaman itu.” Ucap Surya.
“Ya. Sedang apa kau disini?” Ucap Raja sinis.
“Jangan bicara dengan nada tidak suka begitu.” Ucap
Surya.
“Ada apa?” Tanya Raja. Nadhifa menatap lekat orang itu.
“Sebelumnya perkenalkan. Aku Surya, adik kandungnya
David.” Ucap Surya.
“Siapa peduli. Cepatlah katakan, apa maumu?” Tanya Raja.
“Jangan disini. Bagaimana kalau diluar.” Ajak Surya.
“Tentu.” Ucap Raja.
Kebetulan didekat mall itu ada sebuah taman kecil yang
terdapat satu bangku panjang kosong yang sekitarnya dihiasi rumput dan juga
pepohonan yang tidak terlalu tinggi.
“Ada apa? Cepat katakan.” Tanya Raja to the point.
“Aku hanya ingin mengenal lebih jauh tentang kakakku.”
Ucap Surya.
“Apa maksudmu?” Tanya Raja yang masih sulit mencerna
kata-kata Surya.
“Aku tau dari Ayah kalau kau adalah sahabat terdekatnya.
Sangat dekat. Tolong ceritakan padaku tentang kehidupan kakakku sebelum dia
meninggal.” Pinta Surya.
“Dasar!! Sebelumnya kau tau dari mana kalau aku ada
ditempat ini?” Tanya Raja.
“Sebelum kesini tentunya aku berkunjung kerumahmu. Tapi
kau tidak ada disana dan ibumu memberitahuku kalau kau sedang berada disini.”
Ucap Surya.
“Begitu.” Ucap Raja.
“Jadi? Mau menceritakannya padaku?” Tanya Surya yang
masih berharap.
“Kau.. setelah kau tau mengenai kakakmu. Apa yang akan
kau lakukan selanjutnya?” Tanya Raja.
“Soal itu. Aku masih memikirkannya.” Jawab Surya.
“Apa maksudmu.” Tanya Raja lagi.
“Aku tidak berencana untuk tinggal lama disini. Lusa aku
akan kembali ke Jepang. Jadi sebelum aku pergi, aku ingin mengetahui siapa
kakakku dan bagaimana sikapnya. Bahkan bumi pun tidak mengijinkan kita untuk
bertemu satu sama lain. Kumohon!” Ucap Surya. Raja sedikit menunduk dan
memikirkannya. Semua keputusannya berada ditangannya sendiri.
“Baiklah. Akan kuceritakan semua yang kutau tentang
David. Aku harap ini bisa menjawab rasa penasaranmu.” Ucap Raja. Surya
tersenyum lebar. Begitu juga dengan Nadhifa.
“Terimakasih.” Ucap Surya sambil sedikit membungkuk.
Raja menceritakan semua yang dia ketahui mengenai David
kepada Surya. Mulai dari awal dia bertemu sampai sebelum dia wafat. Surya
mendengarkan dengan seksama dan sangat antusias bisa mengenal sosok kakaknya
lebih jauh lagi.
“Pokoknya. Dia adalah seorang sahabat yang tidak
tergantikan. Selalu membantuku saat keadaan sulit, dan selalu menemaniku saat
aku merasa kesepian. Sepertinya tidak akan ada orang seperti dia lagi didunia
ini.” Ucap Raja.
“Lalu, mengenai pacar kakakku. Bisa kau ceritakan lebih
detail mengenai Shania Gracia.” Pintanya. Raja menoleh dengan tatapan
bertanya-tanya.
“Kenapa kau ingin tau tentangnya?” Tanya Raja.
“Rencananya sebelum aku pergi, aku ingin menemuinya.”
Ucap Surya.
“Jangan bercanda!!! Kau tau kan perasaan dia sedang tidak
stabil. Kenapa kau ingin menemuinya saat dia sedang berusaha untuk melupakan
sosok wajah kakakmu yang saat ini melekat pada dirimu.” Ucap Raja sambil
berjalan mendekatinya.
“Aku tau!! Justru karena hal itu aku ingin menemuinya.”
Ucap Surya.
“Apa yang kau bicarakan bodoh?” Tanya Raja.
“Aku ingin bertemu dengannya karena ingin menjelaskan
tentang keberadaanku disini. Dan juga agar dia bisa menerima kenyataan bahwa
kakakku memang sudah tiada, Dan yang ada disini sekarang adalah orang yang
berbeda. Aku hanya ingin dia sadar dan bisa menerima keberaadaanku sebagai
Surya, bukan David.” Ucap Surya.
“Kalau soal itu biar aku yang berbicara padanya.!!” Usul
Raja.
“Tidak. Aku akan menemuinya sendiri.” Ucap Surya.
“Jangan melakukan hal yang bodoh!!!” Ucap Raja dengan
sedikit emosi.
“Kalau terus dibiarkan. Dia akan terbebani pikiran yang
berat dan justru akan semakin mengancam jiwanya. Aku akan menjelaskan semuanya
sendiri.” Ucap Surya.
“Kau benar-benar keras kepala.” Ucap Raja.
“Kau pikir aku adiknya siapa?” Tanya Surya sambil
tersenyum. Raja menatap sekilas Surya, sekejap dia melihat sosok David disana.
Sifatnya yang memang sama keras kepalanya dengan sang kakak membuat Raja
berhalusinasi tentang David.
“Kalau begitu besok aku ikut denganmu.” Ucap Raja.
“Ha? Kau tidak perlu....” Ucap Surya.
“Aku hanya akan mengawasimu agar tidak melakukan tindakan
bodoh.” Ucap Raja. Surya sedikit tersenyum.
“Baiklah. Besok, jam 10 pagi.” Ucap Surya.
“Ya.” Balas Raja kemudian berjalan kearah Nadhifa yang
sedang duduk manis dikursi panjang.
“Pulang?” Tanya Raja. Nadhifa hanya mengangguk dan
sedikit tersenyum kemudian berdiri.
Didalam mobil saat perjalanan pulang, baik Nadhifa maupun
Raja saling membisu. Tidak ada yang memulai percakapan sehingga membuat
perasaan canggung keduanya.
“Raja.” Ucap Nadhifa membuka percakapan.
“Ya?” Tanya Raja. Nadhifa seperti ragu untuk mengatakan
sesuatu.
“Tidak.” Ucapnya sambil tersenyum. Raja merasa ada
sesuatu yang disembunyikan darinya. Tapi bagaimanapun itu haknya Nadhifa mau
berbicara atau tidak.
Esok paginya jam 10 tepat Surya dan Raja sudah berada di
rumah sakit ditemani oleh Ayahnya David. Mereka bertemu dengan kedua orang tua
Gracia terlebih dulu. Tentu saja mereka sangat terkejut melihat ada orang yang
sangat mirip dengan David. Tapi ayahnya David menjelaskan semuanya.
Mereka semua berada diluar ruangan karena hari ini
didalam ada pemeriksaan dokter. Tidak lama kemudian Raja melihat Anin yang baru
datang. Sepertinya dia datang untuk menjenguk, sama halnya seperti yang
lainnya. Anin dengan ekspresi terkejut dan penuh tanya melihat Surya dengan
lekat.
“David.” Ucap Anin pelan. Raja tersenyum dan
menghampirinya.
“Kau pasti mengira dia David ya kan?” Tanya Raja. Anin
menatapnya dan sedikit mengangguk.
“Pertama kali aku melihatnya aku juga sempat mengira hal
yang sama denganmu. Tidak, mungkin dengan semua orang yang ditemuinya.” Ucap
Raja. Anin terlihat bingung dengan penjelasan Raja.
“Apa maksudnya?” Tanya Anin.
“Dia, saudara kembarnya David.” Ucap Raja terus terang.
“Tidak mungkin.” Ucap Anin.
“Aku tau, sulit untuk menerimanya. Tapi kenyataannya dia
memanglah saudaranya.” Ucap Raja meyakinkan.
“Lalu Gracia?” Tanya Anin yang sedikit khawatir.
“Gracia pernah bertemu dengannya sekali. Tentu saja
perasaannya campur aduk ketika melihat wajah seseorang yang sangat mirip dengan
kekasihnya yang sudah tiada.” Ucap Raja.
“Gracia.” Ucap Anin pelan. Raja hanya tersenyum.
“Tetaplah berada disampingnya.” Ucap Raja lalu berjalan
mendekati Surya.
Beberapa saat kemudian Dokter keluar dari ruangan Gracia
dan menjelaskan semua kondisinya saat ini pada keluarganya. Dan dengan beberapa
terapi pelatihan berjalan Gracia akan bisa menggerakan kakinya seperti biasa,
tentu saja itu merupakan kabar gembira yang didapat kedua orang tua Gracia dan
juga semua orang disana.
“Apa boleh aku masuk sekarang?” Tanya Surya kepada kedua
orang tua Gracia. Mereka hanya membalasnya dengan tersenyum sambil mengangguk.
“Ayo.” Ucap Raja. Surya kemudian melihat Raja dan
mengangguk lalu mulai berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.
Terlihat Gracia sedang berbaring. Matanya terbuka dan
tentunya menyadari kedatangan mereka berdua kedalam kamarnya. Dengan ekspresi
yang tersirat tatapan rindu pada David, Gracia melihat Surya begitu dalam.
“Halo.” Sapa Surya. Gracia tebangun dari lamunannya.
“Iya.” Ucapnya dengan lemas
“Gimana keadaanmu?” Tanya Surya basa basi.
“Aku mungkin sudah sedikit baikan.” Jawab Gracia dengan
sedikit lemas.
“Boleh aku duduk didekatmu?” Tanya Surya.
“Tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian mengambil kursi dan
meletakannya disamping tempat tidur Gracia. Raja hanya memperhatikan mereka
didekat pintu.
“Aku datang kesini hanya ingin bertemu denganmu.” Ucap Surya.
Mendengar hal itu membuat detak jantung Gracia berdetak cepat, dia merasakan
yang berbicara itu David bukan orang lain.
“Benarkah?” Tanyanya sambil terisak tanpa melihat wajah
lawan bicaranya.
“Iya. Aku ingin bertemu dengan pacar kakakku. Dan menjelaskan
bahwa aku bukanlah dia.” Ucap Surya. Gracia terdiam.
“Mungkin kedatanganku ke sini bukan diwaktu yang tepat.
Tapi setidaknya aku berhasil menjawab rasa penasaranku mengenai Ayah kandungku
dan juga saudara kandungku yang berada disini.” Ucap Surya. Mata Gracia
perlahan meneteskan air matanya.
“Aku ingin dikenal sebagai Surya, bukan David. Aku sangat
menghormati kakakku meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Meski
sambil bercanda Ayahku memberitahuku jika ingin bertemu dengan kakakku, cukup
lihat cermin dan aku akan melihat kakakku sendiri. Sangat lucu bukan?” Ucap
Surya sambil tersenyum.
“Kau tau. Setelah aku mengetahui kepergian kakakku,
didalam hatiku aku merasa sangat menyesal. Kenapa aku tidak menyadarinya dari
dulu kalau aku memiliki sebuah keluarga disini? Mungkin situasinya akan berbeda
jika aku menyadarinya lebih awal. Aku ingin sekali berbagi cerita dengan
saudaraku sendiri. Aku suka iri melihat orang lain begitu akrab dengan saudara
mereka. Didalam hatiku aku terus merasakan seperti memilikinya. Tapi siapa dan
dimana dia aku tidak tau.” Ucap Surya.
“Aku tidak tau ini ada hubungannya atau tidak. Tapi David
sempat bercerita padaku kalau dia sangat ingin sekali memiliki seorang adik
atau saudara kandung yang mengalir darah keturunan yang sama.” Ucap Raja.
“Benarkah?” Tanya Surya sambil menatap ke arah Raja.
“Aku pikir itu hanya sebuah kiasan, tapi mungkin bisa
juga itu sebuah isyarat atau pertanda kalau memang dia memilikinya. Dan
sekarang, adik kandungnya sedang berada dihadapanku. Sungguh sebuah realita
yang mengejutkan.” Ucap Raja sambil tersenyum.
“Yang paling menyesal adalah aku.” Ucap Gracia sambil
berusaha menahan tangisnya.
“Gracia.” Ucap Surya.
“Sebelum kecelakaan itu. Aku bersikap sangat egois
padanya, aku hanya merasa kesal karena dia melarangku untuk tidak terlalu
mencampuri urusan pribadi Raja. Aku sangat kesal dan marah, aku puasa bicara
waktu itu bahkan di mobil sekalipun. Sampai kejadiannya terjadi begitu cepat.
Kecelakaan itu..” Ucap Gracia yang terisak sambil memeluk lututnya lalu
membenamkan wajahnya. Surya hanya tersenyum sambil mengusap rambut Gracia
dengan lembut.
“Semuanya bukan salahmu.” Ucap Surya. Sekilas Raja dan
Gracia merasakan kalau David lah yang mengatakan itu.
“David.” Ucap Raja pelan.
“Semuanya sudah digariskan. Jadi tidak usah merasa
bersalah seperti itu.” Ucap Surya. Gracia masih diposisi sama.
“Aku akan kembali ke Jepang besok pagi.” Lanjut Surya.
Gracia kemudian mengangkat kepalanya mendengar itu.
“Aku punya permintaan sebelum aku pergi. Bolehkan?” Tanya
Surya.
“Te-tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian memegang tangan
Gracia dengan kedua tangannya.
“Aku ingin kamu segera mengikhlaskan kepergian kakakku,
dan Aku juga ingin kamu mengenalku sebagai Surya bukan David, mau ya?” Tanya
Surya, Gracia sedikit mengangguk.
“Jadi ketika nanti aku kembali kesini. Aku ingin
mengobrol denganmu sebagai Surya bukan David.” Lanjut Surya. “Janji?” Tanya
Surya sambil mendekatkan jari kelingkingnya ke hadapan Gracia. Gracia kemudian
melingkarinya dengan jari kelingking miliknya.
“Terimakasih.” Ucap Surya sambil tersenyum. Melihat
mereka berdua juga membuat Raja sedikit terharu. Tidak salah jika dia jadi
adiknya David.
No comments:
Post a Comment