David mengirim pesan ke Raja kalau nanti istirahat makan
siang ketemuan ditempat biasa, yaitu diwarung pinggir jalan dekat bangunan tua
yang tempatnya tidak terlalu jauh dari kampus.
Pas jam istirahat makan siang, David sedang menunggu Raja
di warung tempat biasa mereka untuk makan. Disamping tempatnya cukup strategis,
juga terbilang tidak terlalu ramai. Karena David tau kalau temannya ini tidak
terlalu menyukai tempat yang ramai. Jadi sejak dulu mereka sering makan siang
ditempat ini.
Didekat warung ini juga terdapat pohon berukuran cukup
besar. Entahlah apa namanya. Namun pohon ini membuat suasana disini terasa sangat
nikmat dan nyaman. Ada 3 kursi panjang yang dibuat disekitar pohon ini. 1
diantaranya menggunakan meja juga. Mungkin sekedar untuk menikmati suasananya.
David sedang duduk santai disalah satu kursi itu.
Hubungannya dengan Gracia bisa dibilang cukup langgeng. Masalah kecil dan besar
bisa dilewati kedua sejoli ini dengan baik. Mereka berpacaran sekitar 1,5 tahun
yang lalu. Waktu yang cukup lama bagi sebuah pasangan remaja di zaman yang
sering ganti ganti pacar ini.
Sedang memikirkan kekasihnya, fokusnya kini teralih pada seseorang yang ikut duduk disampingnya.
“Kenapa lama sekali?” Tanya David. Raja yang baru tiba
dengan tergesa gesa tidak langsung menjawab pertanyaan David. Dia harus
menenangkan pikiran dan juga tubuhnya. David menatap aneh pada Raja. Dia
berfikir baru kali ini dia melihat Raja bisa berkeringat seperti itu.
“Ada apa? Lo diganggu si Austin lagi?” tanya David dengan
sedikit khawatir.
“Bukan itu.” Ucap Raja sambil terengap engap.
“Beri aku sedikit waktu untuk bernafas.” Pinta Raja.
“Ohh maaf.” Ucap David
David memberikan waktu beberapa menit untuk Raja
menenangkan tubuh dan pikirannya sebelum dia menceritakan kenapa dia bisa
berkeringat seperti itu.
“Jadi. Kenapa?” Tanya David yang sangat penasaran.
“Lihat.” Ucap Raja sambil menyodorkan handphone miliknya.
David kemudian mengambil handphone itu dan membaca pesan yang ditujukan Raja.
“Ohh.” Ucap David. Ternyata yang mengirim pesan ke Raja
adalah nomornya Nadhifa. Tentu saja Raja begitu kaget menerima pesan itu,
karena dia tidak tau kalau David sudah bertukar kontak dengan Nadhifa untuk
Raja juga.
“Kenapa responmu seperti itu? Kau tidak lihat ada nomor
baru yang mengirimkan pesan aneh padaku?” Tanya Raja yang keheranan.
“Gue lihat.” Ucap David.
“Lalu?” Tanya Raja yang masih bingung dengan sikap David
itu.
“Ini nggak aneh.” Ucap David.
“Maksudnya?” Tanya Raja lagi.
“Gimana ngejelasinnya ya.” Ucap David bingung.
“Ada apa? Kau menyembunyikan sesuatu?” Tanya Raja.
“Bukan itu. Lo inget makalah yang lo temuin di deket
parkiran?” Tanya David.
“Tentu. Kau mengembalikan makalah itu kan?” Tanya Raja.
“Iya, gue udah ngembaliin makalahnya. Tapi hal yang
paling penting terjadi setelah itu.” Ucap David.
“Apa?” Tanya Raja.
“Gue minta tukeran kontak dengan Nadhifa. Kontak gue dan
lo udah dikasih ke dia. Begitu juga sebaliknya.” Ucap David.
“Jadi yang mengirim pesan itu?” Ucap Raja.
“Ya itu pasti dia.” Ucap David.
“Kok bisa? Kan yang mengembalikan makalah itu kamu?
Kenapa kontak aku juga dikasih ke dia?” Tanya Raja.
“Gue berterus terang sama dia. Kalo yang nemuin makalah
nya tuh bukan gue tapi elo. Dan gue Cuma bilang kalo mau berterimakasih ya
bilang aja ke lo secara langsung.” Ucap David.
“Kok ga bilang dulu?” Tanya Raja.
“Nah itu masalahnya. Tadinya rencana gue mau bilang ke
elo soal itu sekarang. Eh tapi dianya keburu ngirim pesan. Ya udah, tinggal
ngejelasin aja.” Ucap David sambil menembalikan Handphonenya Raja
“Terus gimana dong?” Tanya Raja yang terlihat bingung.
“Gimana apanya?” Tanya balik David.
“Disini tertulis kalau dia ngajak aku ketemuan.” Ucap Raja.
“Yaudah terima aja.” Ucap David.
“Terima? Kayaknya ngga deh. Soalnya aku ga terbiasa
berduaan. Apalagi sama cewe.” Ucapnya. David hanya melamun, bukan melamun tanpa
alasan tapi yang dikatakan Raja memang benar. Raja memang jarang atau bisa
dibilang tidak pernah sama sekali ngobrol berduaan dengan seorang gadis.
Tentunya David harus bisa mencari solusi yang tepat agar Raja dan Nadhifa bisa
bertemu dan saling mengenal.
“Oke. Kalo begitu gimana kalo kita double date?” Usul
David.
“Maksudnya?” Tanya Raja.
“Ya kita double date. Jadi nanti disana elu ga akan
berduaan. Gue dan Gracia akan nemenin kalian ngobrol.” Ucap David dengan
semangat.
“Kamu yakin ini akan berhasil?” Tanya Raja dengan
perasaan masih tidak karuan.
“Tentu.” Ucapnya.
“Emang pacarmu mau?” Tanya Raja.
“Nanti gue tanyain. Semoga saja dia ada waktu buat ini.”
Ucap David.
“Kalau ngga gimana?” Tanya Raja lagi.
“Udah tenang aja. Lo berdoa makanya.” Ucap David.
“Masih belum pasti kan? Yaudah aku bilang ngga bisa deh
ya.” Ucap Raja sambil mengetik sesuatu di Handphonenya.
“Ehh jangan.” Tahan David.
“Lo gimana sih. Udah deh tenang aja, kalo misalnya Gracia
ga bisa yaudah gue anter. Biar lo ga berduaan sama dia.” Usul David.
“Bener ya?” Tanya Raja.
“Iya ah. Bawel. Sekarang lo jawab tuh pesan.” Jawab David.
“Jawab apa?” Tanya Raja.
“Ya lo bilang ‘Iya aku mau’.” Ucap David.
“Iya deh.” Ucap Raja sambil mengotak atik Handphonenya.
Sementara itu dikantin dalam kampus, Yansen dan Nadhifa
sedang menyantap makan siang mereka. Yansen memilih makan Bakso, sedangkan
Nadhifa lebih suka Nasi Goreng sebagai santapan makan siangnya.
“Ehh gimana? Lu udah ngirim pesan ke orang yang nemuin
makalah lo?” Tanya Yansen.
“Udah. Dari tadi gue udah ngirim pesan ke dia. Bahkan
ngajak dia ketemuan. Tapi masih belum dibales sampe sekarang.” Ucap Nadhifa.
“Mungkin dia sedang sibuk ngerjain tugas kali.” Ucap
Yansen.
“Ya sih.” Ucap Nadhifa sambil mengecek Handphonenya yang
ternyata ada satu pesan masuk.
“Ehh dia bales.” Ucap Nadhifa.
“Gimana? Mau dia nya?” Tanya Yansen.
“Ya dari pesannya sih gitu.” Ucap Nadhifa lalu meletakkan
lagi Handphonenya.
“Emang lo penasaran sama dia ya?” Tanya Yansen.
“Gimana ya. Sebenernya ngga juga sih. Cuma ya ngga enak
aja. Dia kan udah nemuin makalah gue. Dan rencananya gue mau traktir makan dia,
ya anggap aja sebagai rasa terimakasih gue sama dia.” Ucap Nadhifa.
“Yakin lo? Kalo misalnya dia orangnya cupu terus jelek
gimana? Masih tetep mau traktir dia makan?” Tanya Yansen sambil menahan
tawanya.
“Ya sebenernya sih ngga ngaruh juga mau dia cupu atau jelek.
Yang jelas dia udah nemuin makalah gue ya mau ga mau gue harus lakuin itu.”
Ucap Nadhifa
“Yaudah deh terserah elo aja. Tapi nanti gue ga ikut
yah.” Ucap Yansen.
“Yah kenapa? Lo temenin gue sih.” Ucap Nadhifa sambil
sedikit memohon.
“Gimana ya. Gue ga mood kalo ketemuan sama cowo yang ga
jelas kayak gitu. Mending ketemuan sama David, dia udah jelas banget. Tinggi,
berotot, ganteng, putih. Perfect deh pokoknya.” Ucap Yansen sambil
senyum-senyum sendiri.
“Sadar woi. Dia terlalu cakep buat lo.” Ledek Nadhifa.
“Kenapa sih. Biarin aja kali, gue ini.” Ucap Yansen.
Di Warung tempat Raja dan David.
“Dia itu orangnya cantik. Putih, postur sedang, pokoknya
cocoklah sama lo.” Ucap David sambil menerangkan sosok Nadhifa ke Raja.
“Kalo gitu ga jadi aja deh ketemuannya.” Ucap Raja sambil
merogoh saku untuk mengambil Handphonenya.
“Ehh jangan.” Ucap David menahan Raja.
“Kenapa lo jadi parno ke cewe gini sih. Pokoknya ini
harus jadi. Denger, ini demi masa depan lo juga. Lo ga bisa terus terusan hidup
kayak gini. Harus ada seseorang yang ngebuat lo jadi serasa berharga hidup
didunia ini. Dan ini satu-satunya jalan untuk mencapai itu.” Ucap David.
“Tapi apa dia mau ketemuan sama aku yang notabenenya
adalah cyborg kampus.” Ucap Raja merendah.
“Tadi pagi kan gue udah bilang. Lu itu bukan cyborg atau
apalah itu. Lo hanya terlalu rajin, paham?” Tegasnya. Raja tidak merespon
kata-kata dari David, dia hanya menunduk. Memikirkan kira-kira dia harus bicara
apa pada Nadhifa jika nanti sudah bertemu. Memikirkan hal-hal yang diluar
kebiasaannya membuat Raja stress.
“Kapan dia ngajak ketemuannya?” Tanya David. Raja yang
sedang melamun langsung terenyak.
“Dia bilang hari sabtu malam.” Ucap Raja.
“Minggu ini?” Tanya David lagi.
“Iya.” Jawab Raja.
“Oke. Lumayan juga kalo gue ngajak Gracia buat kencan
malam itu. Hihihi.” Ucap David kesenangan. Sementara Raja dibuat pusing dan
stress karena ajakan seorang gadis yang hanya ingin mengucapkan rasa
terimakasihnya karena sudah menemukan tugas kuliahnya.
Hari demi hari terus berganti. Raja semakin gugup dan
tidak enak. Sebenarnya Nadhifa beberapa kali mengirim pesan basa basi ke Raja,
hanya sekedar bertanya lagi apa dan hal-hal yang membosankan lainnya. Tapi Raja
sedikit merespon, dia berfikir untuk tidak terlalu larut dalam suasana seperti
itu.
Karena jarang mendapatkan respon dari pesan singkat itu
Nadhifa jadi semakin penasaran dengan pria yang telah menemukan tugas
makalahnya itu. Orang seperti apa yang bisa membuat Nadhifa sebegitu penasaran
ini, tiap malam bahkan Nadhifa selalu berfikir tinggi mengenai pria yang akan
dia temui itu. Bayangannya selalu ke seorang pria gagah, keren, ganteng,
berotot dan maskulin.
No comments:
Post a Comment