Hari minggu adalah hari yang sangat dirindukan oleh
setiap mahasiswa di seluruh universitas di Indonesia. Hari yang tepat untuk
hangout dan bersantai ria dengan teman,
sahabat dan juga keluarga. Melepas penat karena banyaknya tugas kampus
yang memang menjadi makanan sehari-hari di setiap universitas.
Namun berbeda dengan seorang mahasiswa yang satu ini.
Entah memang sifatnya, atau karena kebiasaannya. Bahkan dihari liburpun, dia
masih terus belajar dan mengerjakan tugas yang mungkin masih lama
dikumpulkannya.
Namanya Raja Darmawan. Berpostur sedang, sedikit gemuk,
berkacamata. Orang-orang kampus menyebutnya dengan sebutan cyborg. Sedikit
banyak alasan kenapa dia mendapat julukan seperti itu karena hidupnya tidak
lebih dari sekedar membaca buku, mengerjakan tugas dan semua yang berhubungan
dengan mata kuliahnya. Dan itu dilakukannya setiap hari. Dia tidak pernah
melakukan hangout ataupun hal-hal lain yang menyenangkan bersama teman
sebayanya.
Meski begitu dia memiliki seorang sahabat yang bisa
dibilang sudah sangat dekat sejak mereka kecil. Namanya David. Orangnya berbeda
sekali dengan Raja. Dia berpostur sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
Raja, badan yang sedikit atletis, mempunyai pacar bernama Gracia. Rajin berolahraga
terutama sepak bola dan basket. Meski dibilang Raja memiliki sifat yang menutup
diri, tapi David tidak pernah berfikir untuk menjauhinya.
“Sampai kapan lo mengutak atik buku itu Raja?” Tanya
David yang sedang tiduran di kamar Raja.
“Sebentar lagi.” Balas Raja sambil fokus ke buku sains
yang terus dibacanya sepanjang waktu.
Suara ketukan pintu kamar yang terdengar dan perlahan
pintu itu terbuka. Terlihat seseorang dibalik pintu, seorang wanita paruh baya
membawa nampan yang berisi minuman dan juga cemilan. Dia adalah ibunya Raja.
“David kamu pasti lapar kan. Nih, tante bawakan kamu
cemilan dan juga jus.” Ucap Wanita itu sambil menyodorkan segelas jus dan
sepiring cemilan.
“Maaf merepotkan Tan, tapi terimakasih.” Ucapnya dengan
sopan.
“Tidak apa-apa. Tante justru yang harusnya berterimakasih
karena sudah mau nemenin Raja disini.” Ucap Wanita itu dengan senyum.
“Oh kalau itu tidak masalah Tan.” Ucap David.
“Kalau begitu Tante tinggal dulu ya. Raja, jangan lupa
dimakan cemilan nya.” Ucap Ibunya Raja kemudian berjalan pergi.
David langsung melahap cemilan yang sudah disediakan,
sementara Raja? Dirinya masih fokus dengan tumpukan buku yang ada dimeja
belajarnya. Waktu terus berjalan, David tertidur pulas karena kekenyangan dan
Raja masih dengan aktivitasnya. Terus terus dan terus sampai waktu menunjukan
pukul 6 sore.
“David.” Ucap Raja yang berusaha membangunkan sahabatnya
itu.
“Hmm? Lo udah selesai?” Tanya David yang masih dalam
setengah sadar.
“Iya.” Ucap Raja.
“Begitu.” Ucap David sambil menguap dan meregangkan
badannya.
“Mau langsung pulang?” Tanya Raja.
“Tentu.” Ucapnya.
“Lagi-lagi aku merepotkanmu. Maaf David.” Sesal Raja.
“Sudahlah, jangan dipikirkan. gue kesini itu karena
memang gue mau melakukannya. Lu jangan bicara macam-macam.” Jelas David.
Setelah berpamitan pada Raja dan Ibunya, David langsung
bergegas pulang karena waktu sudah sore. Dia memang sering menemani Raja
mengerjakan tugas atau Cuma membaca buku dirumahnya. Baginya Raja adalah
sahabat yang sangat penting dan berharga.
Raja mulai membereskan buku-buku yang sedikit berantakan
dimeja belajarnya. Seorang gadis datang dengan wajah sedikit ditekuk pertanda
hari buruk sedang terjadi padanya. Raja menoleh dan seperti sudah bisa menebak
apa yang sudah terjadi dengan adiknya itu.
“Ada masalah lagi dengan kekasihmu?” Tanya Raja sambil
membereskan buku-bukunya. Dia tidak mengatakan apa-apa, kekesalannya terlihat
sekali diwajahnya.
“Kenapa tidak diputusin aja.” Saran Raja.
“Ihh apaan sih. Baru juga seminggu aku pacaran sama Dion,
masa putus gitu aja.” Elak Adiknya Raja.
“Dion?” Raja menaikan satu alisnya. Sepertinya ada hal
yang janggal pikir Raja.
“Bukankah nama pacarmu itu Hendrik?” Tanya Raja sambil
menatapnya. Adiknya mengalihkan pandangan.
“Aku sama Hendrik udah putus seminggu yang lalu.” Ucapnya
mengakui. Raja hanya menghembuskan nafas, mencopot kacamatanya lalu
menyimpannya ditempat yang seharusnya.
“Seminggu yang lalu? Apa harinya sama saat kau mendapat
pacar baru?” Tanya Raja penuh selidik.
Adiknya Raja terlihat gugup.
“Ya.. emm.. hanya beda beberapa jam.” Ucapnya sambil
menunduk. Raja mengusap wajahnya yang ada sedikit keringat. Berjalan mendekati
adiknya. Perlahan sang adik sedikit berjalan mundur. Tentunya dia sangat tau
betapa menyeramkannya Raja kalau sudah marah. Dia menyesali perbuatannya yang
berterus terang pada Raja kalau dia punya pacar baru lagi.
“Yuri. Kita makan.” Ucap Raja menepuk pundak dan sambil
berbisik ketelinga Yuriva. Perlahan langkah kaki Raja sudah terdengar jauh.
Yuriva menghembuskan nafas lega. Detak jantungnya benar-benar
cepat saat itu. Meski penampilan Raja terlihat cupu tapi kalau masalah tentang
adiknya, dia akan bersikap layaknya seorang gladiator.
“Kak Raja benar-benar menakutkan. Aku harus jaga bicaraku
kalau dengannya.” Oceh Yuriva.
Zahra Yuriva. Itulah nama adik dari Raja. Dia baru
menginjak kelas 3 SMA. Pergaulan anak SMA zaman sekarang sangat
mengkhawatirkan, itulah kenapa Raja biasanya sedikit keras terhadap adiknya.
Dia tidak ingin kalau adiknya mengambil langkah yang salah soal pergaulan. Tapi
kadang teman-teman Yuri tidak mengetahui watak sebenarnya Raja. Sekilas mereka
melihat Raja adalah orang yang cupu, kutu buku, tidak pernah bergaul dengan
siapapun. Tapi jelas mereka salah. Raja tidak secupu yang mereka kira.
*
Keesokan paginya, Raja dan David berangkat bersama ke
kampus menggunakan mobil milik David. Setibanya disana, Raja melihat kertas
yang berserakan di dekat tong sampah. Raja memungutnya dan menyusun
kertas-kertas itu.
“Makalah?” Ucap Raja, David yang baru turun dari mobil langsung
menghampiri Raja
“Kertas apa?” Tanya David.
“Sepertinya tugas makalah.” Jawab Raja.
“Heh, ya ampun. Teledor banget orangnya. Siapa namanya?”
Tanya David.
“Disini tertulis, Nadhifa Salsabilla.” Ucap Raja lalu
melirik ke arah David, seakan menanyakan apakah dia kenal dengan nama itu.
“Entahlah. Gue baru denger namanya.” Jawab David.
“Kau kembalikan padanya.” Ucap Raja sambil memberikan
makalah itu pada David.
“Apa? Nggak!! Yang nemuinnya kan elu. Kenapa gue yang
harus balikin nih makalah?” Ucap David menolak keras.
“Ayolah. Kamu pikir gadis secantik ini mau menerima
pertolongan Cyborg kayak aku?” Tanya balik Raja.
“Hei. Jangan bicara sembarangan kayak gitu. Lu bukan
cyborg, lu cuman.....” Ucapan David tertahan sebentar “Terlalu rajin. Paham?”
“Terserah.” Ucap Raja.
“Yaudah sini mana makalahnya.” Tawar David.
“Nih. Sastra Indonesia.” Ucap Raja.
“Astaga. Jauhnya.” Keluh David.
“Jangan lupa dibalikin.” Ucap Raja.
“Oke oke. Ehh tapi kalo orangnya cantik. Gue punya
rencana buat lu.” Ucap David.
“Rencana apa?” Tanya Raja penuh selidik.
“Pokoknya ada. Denger. Sebenernya lu itu ganteng. Gue
akuin itu. Cuman kacamata sama sifat lu yang terlalu baik dan terlalu rajin
ngebuat orang lain berfikiran lu itu cyborg, bahkan cupu.” Ucap David.
“Udah cepetan sana sih. Keburu mereka masuk ntar” Ucap
Raja memaksa David untuk segera pergi. Raja juga memirkannya. Banyak sekali
mahasiswa yang berfikiran seperti apa yang diucapkan David barusan. Tapi
menurut Raja. Menjalani hidup yang menurutnya sendiri benar itu sudah lebih dari
cukup. Dia tidak peduli tanggapan negatif dari orang-orang disekitarnya. Kadang
di kelasnya pun Raja selalu sendirian. Tidak ada yang mau berteman dengannya.
Bahkan berinteraksipun Raja sama sekali tidak pernah. Satu-satunya orang yang
bisa diajak berinteraksi dengannya dikampus hanyalah David seorang. Meski
mereka berbeda fakultas tapi David selalu bisa meluangkan waktu istirahatnya
untuk menemani Raja makan dan mengobrol.
Di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya tepatnya didepan
kelas jurusan Sastra Indonesia. Terlihat 2 orang sedang resah memikirkan
sesuatu.
“Lo kenapa sih? Dari tadi sibuk sendiri? Ada yang
ketinggalan?” Tanya Yansen.
“Iya kayaknya, lo liat tugas makalah gue ga?” Tanya
Nadhifa yang menghiraukan pertanyaan sebelumnya dari Yansen.
“Mana gue tau. Kan tadi dirumah udah dimasukin ke tas
lo.” Ucap Yansen.
“Iya, gue juga mikirnya gitu. Tapi liat deh. Ga ada di
tas gue.” Ucap Nadhifa sambil menyodorkan tasnya. Yansen pun juga memeriksanya.
Dan ternyata memang tugas itu lenyap.
“Coba lo inget-inget lagi deh, siapa tau jatuh atau ketinggalan
dimana gitu.” Usul Yansen yang juga ikut panik.
“Ga tau. Gue bener bener lupa.” Ucap Nadhifa dengan
pasrah.
“Ahh elu. Terus gimana dong? Lo tau kan dosen ini ga
kenal toleransi?” Ucap Yansen yang juga ikut pasrah. Mau bagaimana lagi, tugas
yang seharusnya memang dikumpulkan hari ini harus lenyap tanpa bekas begitu
saja. Apalagi Dosennya dikenal dengan tanpan toleransi pada mahasiswanya. Tidak
peduli alasan apa yang dibuat, tetap saja dimata dosen itu dia salah.
“Ahh bete!! Gue jadi mau pulang.” Sesal Nadse
“Jangan gitu dong. Kalo lo pulang bakalan bete nih.”
Pinta Yansen.
Ditengah kerisauan kedua wanita cantik itu. Sesosok pria
berbadan tegap dan gagah datang menghampiri mereka. Ya, itu adalah David.
“Permisi, apa benar ini kelas sastra Indonesia?” Tanya
David dengan ramah. Yansen begitu terpaku dan terpesona dengan aura dan
kegagahan yang dipancarkan oleh David, sementara Nadhifa sedikit
menghiraukannya. Namun ketika matanya tertuju pada kertas kertas yang dibawa
David. Dia langsung dengan cepat merespon.
“Iya benar. Ada apa?” Tanya Nadhifa.
“Ahh ini. Tadi temanku menemukan makalah ini di jalan.
Aku tidak tau siapa pemilik makalah ini. Mungkin kamu mengenalnya?” Jelas David
dengan sopan. Dengan cepat Nadhifa mengambil makalah itu, melihat ada namanya
di cover makalah, lantas dia membuka tiap lembarnya. Dan ternyata semuanya
masih utuh. Perasaan yang sebelumnya begitu tidak karuan dan bete kini sudah
mulai berubah dan berwarna.
“Jadi yang namanya Nadhifa itu yang mana ya? Boleh aku
tau?” Tanya David sambil melihat lihat sekitar.
“Itu aku.” Ucap Nadhifa sambil mengulurkan tangannya.
Mendengar itu David sedikit kaget.
“Ahh astaga jadi ternyata kamu. Maaf aku tidak tau.” Ucap
David dengan sedikit menunduk lalu menjabat tangan Nadhifa.
“Tidak apa. Aku Nadhifa.” Ucap Nadhifa yang masih
menggenggam erat tangan David.
“David.” Ucap David. Lalu mereka melepaskan genggaman
tangan yang sempat membuat mereka saling pandang sejenak.
“Aku Yansen Indiani.” Ucap Yansen dengan begitu semangat
sambil mengulurkan tangan kanannya.
“David.” Ucapnya menjabat tangan Yansen sambil tersenyum.
“Terimakasih sekali lagi karena sudah menemukan makalah
ini. Kalau saja benar-benar hilang. Aku tidak tau harus bagaimana.” Ucap Nadhifa
dengan tulus.
“Tidak. Jika kau memang ingin berterimakasih.
Berterimakasihlah pada temanku. Karena dialah yang sudah menemukan makalahmu,
bukan aku.” Ucap David terus terang.
“Begitu ya. Lalu kenapa dia tidak mengantarnya sendiri
kesini?” Tanya Nadhifa. David sedikit kebingungan ditanya seperti itu. Tidak
mungkin dia bilang kalau Raja tidak mau mengantarkan makalah ini karena Raja
terlalu rendah diri. Selalu saja berfikir negatif terhadap orang disekitarnya.
Namun faktanya sedikit banyak semua orang dikampus ini pasti akan bereaksi hal
yang dipikirkan dan dikhawatirkan Raja.
“Dia bilang kelasnya sudah dimulai. Lagipula jarak dari
sini ke Fakultas Teknik kan lumayan jauh juga. Jadi ya biar aku saja yang
mengantarkan ini.” Ucap David sedikit berbohong.
“jadi temanmu di Fakultas Teknik?” Tanya nadhifa.
“Iya.” Ucap Raja.
“Kalo kamu sendiri di Fakultas mana?” Tanya Yansen dengan
penuh antusias.
“Aku di Ilmu Komputer.” Ucap David.
“Wahh keren.” Puji Yansen.
“Terimakasih. Ehh mau tukeran kontak denganku dan temanku?”
Tanya David. Yansen dan Nadhifa saling bertatapan.
“Ohh boleh?” Tanya Nadhifa.
“Tentu. Siapa tau mau ngucapin terimakasih gitu.” Ucap
David sambil mengotak atik handphone nya.
“Mau banget.” Ucap Yansen dengan semangat sambil merogoh
handphone di tasnya.
Setelah bertukar no hp, David pamit untuk masuk
kekelasnya. Sementara Yansen begitu terpesona dengan kegagahan David.
Sepertinya dia jatuh hati pada pandangan pertama pada David. Namun David
sendiri tidak mempunyai perasaan spesial pada kedua gadis cantik itu. Karena
dihatinya telah terpatri nama seorang Shania Gracia. Seorang gadis impian dan
juga masa depannya.
No comments:
Post a Comment