Friday, October 28, 2016

Langit Biru Bagian 17


“Siapa itu? Tidak mungkin itu Wahyu. Secepat apapun dia.” Gerutuku sambil berjalan mendekati pintu lalu membukanya. Aku tersenyum, seseorang yang aku rindukan juga akhirnya telah datang. Kak Ve!!

“Hai Kido.” Sapanya.

“Kak Ve!! Syukurlah kau pulang dengan selamat. Ayo masuk, didalam sudah ada Shani.” Ucapku.

“Jadi dia sudah disini. Syukurlah.” Ucapnya. Ha? Apa maksudnya? Cara bicaranya seperti seseorang yang sudah membuat janji. Kak Ve lalu masuk sambil membawa kopernya. Sebelum aku menutup pintu, aku seperti melihat seseorang yang sedang menghadap ke rumah ini.

“Siapa?” Ucapku lalu menghampirinya. Dia? Kenapa dia ada disini.

“Shinji. Ada apa?” Tanyaku pada Shinji. Kulihat juga ada seseorang disampingnya. Mungkin seorang teman.

“Ayo kita pergi dari sini Shinji.” Ajak pria itu. Siapa dia? Shinji menghembuskan nafasnya kuat.

“Baiklah.” Ucap Shinji lalu berjalan pergi.

“Hoi tunggu!” Teriakku. Tapi dia mengabaikan panggilanku. Kenapa dia ada disini? Apa maksudnya? Dan siapa orang yang bersamanya itu?

“HOI!!!”

“Eh?” Aku kaget bukan maen. Seseorang mengagetkanku dari belakang. Siapa sih.

“Sedang apa kau disini?” Tanya seseorang yang sudah kukenal. Wahyu.

“Kau!! Mengagetkanku saja.” Ucapku kesal.

“Hahaha.. maaf. Habisnya bengong disini. Ntar diculik baru tau rasa.” Ucapnya.

“Sudahlah ayo masuk. Shani sudah menunggumu.” Ucapku.

“Benarkah!! Aku juga sangat rindu padanya.” Ucapnya lalu setengah berlari menuju rumahku.

“Dasar.” Ucapku sambil memijit keningku.

Didalam rumah kulihat Shani sedang asyik ngobrol dengan kak Ve sambil duduk dan menikmati minuman yang telah disediakan. Wahyu yang sedari tadi bersemangat jadi terdiam.

“Kau kenapa?” Tanyaku padanya.

“Hoi. Kau tidak memberitahuku kalau ada dua bidadari disini.” Ucapnya. Aku mengernyitkan keningku.

“Kau ini bicara apa?” Ucapku yang tidak mengerti dengan kata-katanya. Dia menggelengkan kepala.

“Apa mereka sedang mencari selendang mereka yang jatuh kebumi? Pantas saja tadi sore sedikit hujan. Ternyata langit pun ikut menangis kehilangan dua bidadarinya.” Ucapnya lagi.

‘Tak’

“Jangan banyak bicara! Cepat sapa dia. Lihat dia sudah melihatmu.” Ucapku lalu berjalan mendekati kak Ve. Hah bidadari? Kalau buat Shani aku setuju. Tapi untuk kak Ve? Aku rasa ia cocoknya dipanggil malaikat hitam.

“Ha-hai Shani.” Ucap Wahyu tergagap. Shani tersenyum. Mamposs pingsan pingsan lu disenyumin bidadari. Batinku.

“Hai Wahyu. Gimana kabarmu?” Balas Shani.

“Ahh baik kok. Hehehe.” Ucap Wahyu.

“Ohh jadi dia yang bernama Wahyu.” Bisik kak Ve ketelingaku. Aku hanya mengangguk.

“Wahyu. Perkenalkan ini kakakku.” Ucapku pada Wahyu. Kak Ve lalu berdiri dan mengulurkan tangannya.

“Jessica Veranda.” Ucap Kak Ve.

“Wahyu.” Ucap Wahyu sambil menjabat tangan Kak Ve.

“Silahkan duduk. Ini reuni kalian kan? Ayo jangan malu malu santai aja.” Ucap kak Ve.

“Iya kak.” Ucap Wahyu lalu duduk disebelah Shani.

“Kau mau kemana?” Tanyaku pada kak Ve. Dia hanya meregangkan badannya.

“Aku mau tidur. Capek banget hari ini.” Ucapnya lalu berjalan gontai.

“Baiklah. Selamat istirahat.” Ucapku.

“Oi Kido!!” Panggil Wahyu.

“Hah? Apa?” Tanyaku.

“Kau beruntung sekali punya kakak super cantik kayak dia.” Ucapnya.

“Ha? Yah kau benar dia memang cantik. Tapi setelah kau tau sifat aslinya. Sungguh tidak cocok buatku.” Ucapku.

“Tidak juga. kak Ve orang nya baik kok. Dia terbuka dan pandai berbicara.” Timpal Shani.

“Aku setuju. Tapi tetap saja Kak Ve dan aku itu tidak cocok.” Ucapku.

“Kau aneh. Ohh iya Shani. Kapan kau kembali? Masih lama kan?” Tanya Wahyu. Aku ikut mendengarkan.

“Minggu depan.” Ucap Shani.

“Yossh. Kalau begitu besok datanglah kesekolah. Ada class meeting dan pertandingan final tiap cabang olahraga. Kau mau datang dan mendukungku?” Tanya Wahyu dengan penuh harap.

“Tentu saja. Aku sangat senang.” Ucap Shani. Aku tersenyum.

“Yossh.. aku akan semakin bersemangat!!” Ucap Wahyu.

Kami bertiga menghabiskan waktu malam kami dengan mengobrol hal-hal yang menyenangkan. Bahkan kami sampai tidak mengenal waktu.

“Ehh sudah jam 12 malam. Aku harus segera pulang.” Ucap Shani lalu berdiri.

“Biar aku antar.” Tawarku.

“Tidak usah. Biar aku saja, lagi pula ini sudah malam sekali. Dan rumahku juga searah dengannya.” Ucap Wahyu juga lalu berdiri. Perasaan apa ini?

“Ohh baiklah. Hati-hati.” Ucapku datar. Aku mengantar mereka kedepan pintu.

“Ya. Kami pulang dulu Kido.” Ucap Wahyu. Shani melambaikan tangannya.

“Besok kita akan bertemu lagi.” Ucap Shani. Perasaanku tidak enak. Aku harap mereka baik-baik saja.

“Ya.” Ucapku. Mereka mulai berjalan pergi. Aku terus memperhatikan mereka sampai bayangan mereka menghilang.

Aku kembali masuk kerumah lalu mengunci pintunya. Berjalan dengan langkah gontai dan masuk kekamar lalu merebahkan tubuhku di ranjang dan tidur dengan rasa yang tidak menyenangkan.

Disekolah, seperti yang dijanjikan. Shani datang untuk mendukung Wahyu. Kulihat dari pagi Wahyu juga terasa sangat bersemangat tidak seperti biasanya.

“Kau terlihat senang sekali. Ada apa?” Tanyaku, meskipun aku tau kalau alasannya karena ada Shani

“Tidak ada. Aku hanya bersemangat saja.” Ucapnya.

“Begitu. Dimana Shani? Dia datang kan?” Tanyaku.

“Tentu saja.” Ucapnya mantap.

“Kalau begitu dimana dia sekarang?” Tanyaku.

“Ohh dia sedang membeli beberapa minuman.” Ucapnya.

“Maaf lama.” Ucap Shani yang baru datang.

“Ya, tidak apa apa.” Ucap Wahyu. Aku lihat Okta dan Jagger sedang melihat kearah kami. Saling berbicara satu sama lain, lalu berjalan kearah kami.

“Shanii!!” Teriak Okta. Shani langsung menengok, dia terkejut.

“Okta..!!” Ucap Shani. Mereka langsung berpelukan, mengobati rasa rindu mereka karena sudah lama tidak bertemu.

“Bagaimana kabarmu? Sehat?” Tanya Okta.

“Iya, aku sehat. Kalau kamu?” Tanya balik Shani.

“Selalu sehat.” Ucap Okta.

“Cihh kenapa kau selalu merusak pemandangan disini.” Ucap Jagger sambil melirik Wahyu.

“Apa maksudmu?” Tanya Wahyu kesal.

“Oi, kumohon hentikan. Kenapa kalian setiap kali bertemu selalu seperti ini.” Ucapku menenangkan. Wahyu dan Jagger memalingkan wajah mereka.

“Sudahlah biarkan mereka. Kita kekantin yuk, aku traktik.” Ajak Okta.

“Wahh yang bener? Ayo.” Ucap Shani dengan antusias.

“Oyy apa hanya Shani saja yang di traktir?” Tanya Jagger.

“Tentu saja, dia kan jarang berada disini.” Ucap Okta lalu pergi bersama Shani meninggalkan kami.

“Yang benar saja.” Ucapku.

“Oy kalian jangan lupa dukung aku. Sebentar lagi final futsal akan dimulai.” Ucap Wahyu.

“Tidak mau. Kau dukung sendiri saja dirimu.” Ucap Jagger lalu pergi.

“Apa!!” Ucap Wahyu dengan emosi, aku menahannya.

“Sudahlah.” Ucapku sambil menahan Wahyu yang mau mengejar Jagger.

“Brengsek.” Ucap Wahyu.

“Tenangkan dirimu Wahyu.” Ucapku menenangkan.

1 comment: