“Siapa itu? Tidak mungkin itu Wahyu. Secepat apapun dia.” Gerutuku sambil berjalan mendekati pintu lalu membukanya. Aku tersenyum, seseorang yang aku rindukan juga akhirnya telah datang. Kak Ve!!
“Hai
Kido.” Sapanya.
“Kak
Ve!! Syukurlah kau pulang dengan selamat. Ayo masuk, didalam sudah ada Shani.”
Ucapku.
“Jadi
dia sudah disini. Syukurlah.” Ucapnya. Ha? Apa maksudnya? Cara bicaranya
seperti seseorang yang sudah membuat janji. Kak Ve lalu masuk sambil membawa
kopernya. Sebelum aku menutup pintu, aku seperti melihat seseorang yang sedang
menghadap ke rumah ini.
“Siapa?”
Ucapku lalu menghampirinya. Dia? Kenapa dia ada disini.
“Shinji.
Ada apa?” Tanyaku pada Shinji. Kulihat juga ada seseorang disampingnya. Mungkin
seorang teman.
“Ayo
kita pergi dari sini Shinji.” Ajak pria itu. Siapa dia? Shinji menghembuskan
nafasnya kuat.
“Baiklah.”
Ucap Shinji lalu berjalan pergi.
“Hoi
tunggu!” Teriakku. Tapi dia mengabaikan panggilanku. Kenapa dia ada disini? Apa
maksudnya? Dan siapa orang yang bersamanya itu?
“HOI!!!”
“Eh?”
Aku kaget bukan maen. Seseorang mengagetkanku dari belakang. Siapa sih.
“Sedang
apa kau disini?” Tanya seseorang yang sudah kukenal. Wahyu.
“Kau!!
Mengagetkanku saja.” Ucapku kesal.
“Hahaha..
maaf. Habisnya bengong disini. Ntar diculik baru tau rasa.” Ucapnya.
“Sudahlah
ayo masuk. Shani sudah menunggumu.” Ucapku.
“Benarkah!!
Aku juga sangat rindu padanya.” Ucapnya lalu setengah berlari menuju rumahku.
“Dasar.”
Ucapku sambil memijit keningku.
Didalam rumah kulihat Shani sedang
asyik ngobrol dengan kak Ve sambil duduk dan menikmati minuman yang telah
disediakan. Wahyu yang sedari tadi bersemangat jadi terdiam.
“Kau
kenapa?” Tanyaku padanya.
“Hoi.
Kau tidak memberitahuku kalau ada dua bidadari disini.” Ucapnya. Aku
mengernyitkan keningku.
“Kau
ini bicara apa?” Ucapku yang tidak mengerti dengan kata-katanya. Dia
menggelengkan kepala.
“Apa
mereka sedang mencari selendang mereka yang jatuh kebumi? Pantas saja tadi sore
sedikit hujan. Ternyata langit pun ikut menangis kehilangan dua bidadarinya.”
Ucapnya lagi.
‘Tak’
“Jangan
banyak bicara! Cepat sapa dia. Lihat dia sudah melihatmu.” Ucapku lalu berjalan
mendekati kak Ve. Hah bidadari? Kalau buat Shani aku setuju. Tapi untuk kak Ve?
Aku rasa ia cocoknya dipanggil malaikat hitam.
“Ha-hai
Shani.” Ucap Wahyu tergagap. Shani tersenyum. Mamposs pingsan pingsan lu
disenyumin bidadari. Batinku.
“Hai
Wahyu. Gimana kabarmu?” Balas Shani.
“Ahh
baik kok. Hehehe.” Ucap Wahyu.
“Ohh
jadi dia yang bernama Wahyu.” Bisik kak Ve ketelingaku. Aku hanya mengangguk.
“Wahyu.
Perkenalkan ini kakakku.” Ucapku pada Wahyu. Kak Ve lalu berdiri dan
mengulurkan tangannya.
“Jessica
Veranda.” Ucap Kak Ve.
“Wahyu.”
Ucap Wahyu sambil menjabat tangan Kak Ve.
“Silahkan
duduk. Ini reuni kalian kan? Ayo jangan malu malu santai aja.” Ucap kak Ve.
“Iya
kak.” Ucap Wahyu lalu duduk disebelah Shani.
“Kau
mau kemana?” Tanyaku pada kak Ve. Dia hanya meregangkan badannya.
“Aku
mau tidur. Capek banget hari ini.” Ucapnya lalu berjalan gontai.
“Baiklah.
Selamat istirahat.” Ucapku.
“Oi
Kido!!” Panggil Wahyu.
“Hah?
Apa?” Tanyaku.
“Kau
beruntung sekali punya kakak super cantik kayak dia.” Ucapnya.
“Ha?
Yah kau benar dia memang cantik. Tapi setelah kau tau sifat aslinya. Sungguh
tidak cocok buatku.” Ucapku.
“Tidak
juga. kak Ve orang nya baik kok. Dia terbuka dan pandai berbicara.” Timpal
Shani.
“Aku
setuju. Tapi tetap saja Kak Ve dan aku itu tidak cocok.” Ucapku.
“Kau
aneh. Ohh iya Shani. Kapan kau kembali? Masih lama kan?” Tanya Wahyu. Aku ikut
mendengarkan.
“Minggu
depan.” Ucap Shani.
“Yossh.
Kalau begitu besok datanglah kesekolah. Ada class meeting dan pertandingan
final tiap cabang olahraga. Kau mau datang dan mendukungku?” Tanya Wahyu dengan
penuh harap.
“Tentu
saja. Aku sangat senang.” Ucap Shani. Aku tersenyum.
“Yossh..
aku akan semakin bersemangat!!” Ucap Wahyu.
Kami bertiga menghabiskan waktu
malam kami dengan mengobrol hal-hal yang menyenangkan. Bahkan kami sampai tidak
mengenal waktu.
“Ehh
sudah jam 12 malam. Aku harus segera pulang.” Ucap Shani lalu berdiri.
“Biar
aku antar.” Tawarku.
“Tidak
usah. Biar aku saja, lagi pula ini sudah malam sekali. Dan rumahku juga searah
dengannya.” Ucap Wahyu juga lalu berdiri. Perasaan apa ini?
“Ohh
baiklah. Hati-hati.” Ucapku datar. Aku mengantar mereka kedepan pintu.
“Ya.
Kami pulang dulu Kido.” Ucap Wahyu. Shani melambaikan tangannya.
“Besok
kita akan bertemu lagi.” Ucap Shani. Perasaanku tidak enak. Aku harap mereka
baik-baik saja.
“Ya.”
Ucapku. Mereka mulai berjalan pergi. Aku terus memperhatikan mereka sampai
bayangan mereka menghilang.
Aku kembali masuk kerumah lalu
mengunci pintunya. Berjalan dengan langkah gontai dan masuk kekamar lalu
merebahkan tubuhku di ranjang dan tidur dengan rasa yang tidak menyenangkan.
Disekolah, seperti yang dijanjikan.
Shani datang untuk mendukung Wahyu. Kulihat dari pagi Wahyu juga terasa sangat
bersemangat tidak seperti biasanya.
“Kau
terlihat senang sekali. Ada apa?” Tanyaku, meskipun aku tau kalau alasannya
karena ada Shani
“Tidak
ada. Aku hanya bersemangat saja.” Ucapnya.
“Begitu.
Dimana Shani? Dia datang kan?” Tanyaku.
“Tentu
saja.” Ucapnya mantap.
“Kalau
begitu dimana dia sekarang?” Tanyaku.
“Ohh
dia sedang membeli beberapa minuman.” Ucapnya.
“Maaf
lama.” Ucap Shani yang baru datang.
“Ya,
tidak apa apa.” Ucap Wahyu. Aku lihat Okta dan Jagger sedang melihat kearah
kami. Saling berbicara satu sama lain, lalu berjalan kearah kami.
“Shanii!!”
Teriak Okta. Shani langsung menengok, dia terkejut.
“Okta..!!”
Ucap Shani. Mereka langsung berpelukan, mengobati rasa rindu mereka karena
sudah lama tidak bertemu.
“Bagaimana
kabarmu? Sehat?” Tanya Okta.
“Iya,
aku sehat. Kalau kamu?” Tanya balik Shani.
“Selalu
sehat.” Ucap Okta.
“Cihh
kenapa kau selalu merusak pemandangan disini.” Ucap Jagger sambil melirik
Wahyu.
“Apa
maksudmu?” Tanya Wahyu kesal.
“Oi,
kumohon hentikan. Kenapa kalian setiap kali bertemu selalu seperti ini.” Ucapku
menenangkan. Wahyu dan Jagger memalingkan wajah mereka.
“Sudahlah
biarkan mereka. Kita kekantin yuk, aku traktik.” Ajak Okta.
“Wahh
yang bener? Ayo.” Ucap Shani dengan antusias.
“Oyy
apa hanya Shani saja yang di traktir?” Tanya Jagger.
“Tentu
saja, dia kan jarang berada disini.” Ucap Okta lalu pergi bersama Shani
meninggalkan kami.
“Yang
benar saja.” Ucapku.
“Oy
kalian jangan lupa dukung aku. Sebentar lagi final futsal akan dimulai.” Ucap
Wahyu.
“Tidak
mau. Kau dukung sendiri saja dirimu.” Ucap Jagger lalu pergi.
“Apa!!”
Ucap Wahyu dengan emosi, aku menahannya.
“Sudahlah.”
Ucapku sambil menahan Wahyu yang mau mengejar Jagger.
“Brengsek.”
Ucap Wahyu.
“Tenangkan
dirimu Wahyu.” Ucapku menenangkan.
Good job mam ! ☺
ReplyDelete