Saturday, October 1, 2016

Langit Biru Bagian 13

Pagi hari yang cerah menyapa hari senin ini. Yang menandakan dimulainya masa sekolah. Aku dan Wahyu berangkat bersama. Namun, perasaan aneh muncul. Seperti ada yang menghilang atau seseorang yang tidak ada. Yah, tentu saja. Biasanya kami berangkat sekolah bertiga bersama Shani juga, namun seperti diketahui. Dia dan Ibunya pindah rumah dan juga sekolah. Perasaan ini justru sangat mengganggu moodku dan mungkin juga mengganggu mood Wahyu juga. Sepanjang jalan kami tidak terlalu sering mengobrol. Kami seperti sibuk dengan pikiran masing-masing sampai tiba disekolah.

“Aku mau langsung ke papan pengumuman Kido.” Ucap Wahyu yang sepertinya berniat untuk tidak pergi kekantin seperti biasa yang kami lakukan setiap pagi.

“Baiklah.” Ucapku, sambil melihatnya berjalan menuju kearah  papan pengumuman yang sudah dikerubungi oleh banyak siswa.

Sudah kuduga memang suasana seperti ini akan terjadi. Benar-benar hal yang tidak kuinginkan. Setelah kepindahan Shani sepertinya hubunganku dengan Wahyu jadi kurang kondusif, mungkin itu salah satu faktor kerenggangan kami. Seperti biasa aku membeli beberapa minuman, kulihat juga Rena dan Bella berada dikantin ini. Benar juga, mereka sempat bercerita kalau mereka akan bersekolah disini. Sepertinya mereka berdua menyadari kehadiranku. Mereka berjalan kearahku.

“Hai Kak Kido.” Sapa Rena sambil tersenyum.

“Hallo kak.” Lanjut Bella.

“Hai.” Ucapku sambil tersenyum.

“Tumben nggak bareng sama Kak Wahyu?” Tanya Rena.

“Ahh iya, tadi berangkat bareng kok, Cuma tadi dia bilang mau lihat papan pengumuman, karena katanya kelas 2 di shuffle. Jadi dia penasaran.” Ucapku.

“Begitu ya. Kakak sendiri ngga penasaran?” Tanya Bella.

“Ya penasaran juga sih, tapi kan banyak orang didepan sana. Mungkin nanti aja nunggu sepi baru deh lihat lihat.” Ucapku. Mereka hanya sedikit mengangguk.

“Kalau begitu kami kekelas dulu ya kak.” Ucap Bella.

“Ahh iya.” Ucapku, lalu mereka berdua berjalan pergi.

Setelah dari kantin aku pergi ke papan pengumuman untuk melihat namaku tertera dikelas mana. Setelah kulihat-lihat namaku ada dikelas 2B IPA, dan ternyata aku dan Wahyu beda kelas, dia berada dikelas 2C IPA. Kalau begini bagaimana aku dan Wahyu bisa dekat lagi. Bahkan kelas pun kita berbeda. Andai saja Shani disini, situasinya pasti tidak akan begini.

Hari ini yang masuk cuma wali kelas untuk perkenalan semua siswa dan juga bobot mata ajar yang akan dihadapi. Setelah itu kami diperbolehkan pulang, aku pergi kekantin untuk membeli beberapa makanan lalu bersantai sejenak disana setelah itu aku langsung pulang.

Tidak seperti biasanya. Sudah beberapa hari ini Wahyu tidak berangkat bersama denganku, bahkan saat bertemupun kami seperti seorang yang tidak saling kenal. Aku mulai sedikit bingung dengan perubahan sikap yang dia tunjukan akhir-akhir ini.

Aku berpikir sebaiknya aku datang menemui Wahyu agar semuanya jelas, kenapa dengan perubahan sikapnya itu. Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung pergi kelapang futsal karena tim sepakbola sekolah mengadakan latihan disana hari ini. Kukira Wahyu juga pasti ada disana. Aku melihatnya, dia sedang memakai sepatu futsalnya. Aku berjalan mendekatinya. Sepertinya Wahyu pun menyadari keberadaanku. Aku melempar botol minuman kearahnya, dan dia dengan sigap menangkapnya.

“Ohh kau rupanya.” Ucapnya dengan sedikit cuek.

“Ada apa? Tidak biasanya kau bersikap sedingin ini padaku?” Tanyaku to the poin.

“Tidak ada apa-apa.” Ucapnya lalu berdiri dan mulai melakukan peregangan.

“Tidak mungkin tidak ada apa-apa. Ceritakan padaku.” Ucapku, dia kemudian diam sejenak lalu melirikku.

“Baiklah aku menyerah. Kau tau, ini tentang Shani.” Ucapnya, aku mulai memperhatikannya.

“Ada apa dengannya?” Tanyaku.

“Kalau aku perhatikan, sepertinya dia itu menyukaimu Kido.” Ucapnya. Aku kaget mendengarnya, kenapa Wahyu berfkiran seperti itu.

“Heh jangan bercanda, darimana kau tau kalau Shani suka padaku?” Tanyaku.

“Dia mengatakannya padaku.” Ucapnya. Aku terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ada apa ini? Rencanaku adalah membuat Wahyu dan Shani lebih dekat, tapi…

“Ketika kau dan Ibumu berangkat keluar negeri. Dia menelponku. Kau tau, sebelumnya aku sangat senang ketika tau kalau yang menelpon itu Shani. Jantungku tidak bisa berdetak dengan tenang. Segala pikiran liar mulai muncul dikepalaku, dia akan menyatakan perasaannya padaku merupakan salah satu pikiran liar saat itu. Tapi dia mengatakannya, Memang sih, dia tidak mengatakannya secara langsung. Tapi rasa antusias dan semangatnya itu ketika mendengar namamu benar-benar membuat aku berfikir kalau Shani memang menyukaimu.” Ucapnya, kulihat dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya. Aku benar-benar merasa tidak enak padanya.

“Tapi Wahyu. Itu kan menurut pemikiranmu. Belum tentu juga Shani itu benar-benar menyukaiku.” Ucapku

“Entahlah, aku juga tidak tau.” Ucapnya dengan sedikit murung.

“Ternyata kau cemburu padaku. Oohh aku tau, ternyata penyebab kenapa kau bersikap sedingin ini padaku adalah karena kau mengira kalau Shani benar-benar menyukaiku? Hahaha” Lanjutku.

“Berisik!! Tidak mungkin..” Elaknya.

“Kau tau, seperti kata pepatah. Sebelum janur kuning melengkung maka dia masih bisa didapatkan.” Ucapku

“Apa maksud perkataanmu? Mencoba menghiburku? Itu tidak akan berhasil.” Ucapnya.

“Jangan begitu. Kau masih menyukainya kan? Kau masih memiliki perasaan itu kan? Kenapa menyerah sekarang. Atau mungkin sekarang kau lebih memilih gadis smp yang pernah kau ceritakan padaku.” Ucapku. Dia terlihat kesal.

“Tentu saja aku masih menyukainya. Dan siapa gadis smp yang pernah aku ceritakan? Seingatku aku tidak pernah menceritakan apapun padamu.” Ucapnya mengelak.

“Hah!! Kau benar-benar sudah lupa? Baiklah terserah.” Ucapku.

“Ohh iya, sudah lama aku ingin bertanya hal ini padamu Kido.” Ucapnya. Aku sedikit memiringkan kepalaku.

“Apa?” Tanyaku.

“Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya pada Shani, Kido? Apa kau selama ini menyukai Shani?” Tanyanya. Pertanyaannya membuatku seakan membisu. Takut kalau nantinya aku salah jawab dan membuat hubungan kami jadi makin renggang.

“Tidak apa-apa. Ceritakan saja padaku. Aku siap menerima jawaban apapun.” Ucapnya. Aku malah tidak yakin kalau Wahyu siap menerima jawabannya. Sejujurnya aku juga bingung dengan perasaanku sendiri.

“Aku…. Tidak tau.” Ucapku. Dia terlihat sedikit kesal.

“Yang benar saja. Jawab dengan jujur, dan dengan hatimu juga. Kau pasti menyukainya kan Kido?” Tanyanya sekali lagi.

“Entahlah, aku juga tidak tau.” Ucapku. Dia lalu memegang kerahku dengan keras.

“Jangan bercanda!! Tegaslah dengan perasaanmu sendiri. Jika memang suka katakan iya, jika tidak katakan tidak. Jangan jadi cowo yang lembek.” Ucapnya dengan kesal lalu melepaskan kerahku. Kulihat kita sudah menjadi tontonan disini, semuanya memperhatikan kami.

“Tapi, aku benar-benar tidak tau.” Ucapku. Kulihat Wahyu sepertinya sangat kesal padaku. Dia lalu mendekat ketelingaku.

“Jika kau terus seperti ini, Shani akan menjadi milikku. Apa kau siap dengan kenyataan itu nantinya?” Ucapnya lalu mulai berlari kearah lapangan. Aku hanya menatap punggungnya, lalu beberapa saat kemudian aku langsung pulang. Mendengar apa yang dikatakan Wahyu, ternyata benar juga. Aku harus tegas dengan perasaanku sendiri. Aku memang menyukainya. Aku Suka padanya. Aku menyukai Shani.

Setelah kami berbicara banyak hari itu, aku kira Wahyu akan sedikit berubah sikapnya. Tapi tetap saja, saat dia bertemu denganku selalu saja menganggapku tidak ada.

“Yo Wahyu.” Salamku pada Wahyu yang berjalan didepanku.

“Haa.” Ucapnya lalu berjalan melewatiku.

“Dasar!! Kenapa dengan sikapnya itu? Membuatku jengkel saja.” Gerutuku.

“Ahh Kak Kido!” Teriak seseorang.

“Hah?” Aku menoleh ke sumber suara, ternyata Rena yang memanggilku, dia sedang berjalan kemari.

“Rena ada apa?” Tanyaku.

“Bisa minta waktu sebentar?” Pintanya.

“Heh? Ada apa memangnya?” Tanyaku lagi.

“Itu.. tolong ajari aku beberapa soal fisika. Ada banyak soal yang tidak kumengerti. Maukan?” Pintanya lagi. Aku sedikit terkejut. Kenapa malah meminta bantuanku, sedangkan yang lebih pintar di pelajaran fisika ada banyak. Tapi jahat rasanya kalau aku menolak seorang gadis yang sedang meminta tolong.

“Baiklah, jika aku bisa bantu menjawabnya akan aku bantu. Tapi jika tidak aku minta maaf hihihi.” Ucapku.

“Tidak apa-apa, kita kerjakan soalnya di perpustakaan saat jam istirahat kedua ya kak gimana?” Tanyanya.

“Baiklah, aku akan kesana saat jam istirahat kedua.” Ucapku.

“Syukurlah. Kalau begitu sampai ketemu disana ya kak.” Ucapnya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Dia lalu mulai berjalan pergi.

Bel istirahat kedua telah dibunyikan, aku bergegas ke perpustakaan untuk membantu Rena mengajarkan beberapa soal fisika yang bahkan aku sendiri tidak terlalu paham. Aku sudah tiba diperpustakaannya, kulihat Rena sudah duduk menunggu sambil menulis sesuatu, mungkin dia sedang berlatih sendiri mengerjakan soalnya disalah satu meja disana pikirku. Aku lalu menghampirinya.

“Yo.. maaf membuatmu menunggu.” Ucapku. Dia lalu menoleh ke arahku.

“Ehh tidak juga, mungkin aku yang terlalu cepat datang kesini.” Ucapnya.

“Baiklah, langsung saja. Yang mana soal yang tidak kau mengerti?” Ucapku lalu memperhatikan buku paket Fisika yang dibawanya.

“Yang ini kak. Aku masih bingung soal yang ini.” Ucapnya.

“Ohh yang ini, coba biar kulihat sebentar.” Ucapku.

Selama jam istirahat kedua, aku menghabiskan waktuku dengan mengajari Rena beberapa soal Fisika yang tidak dia mengerti. Ya meski tidak semua soal bisa aku jelaskan padanya karena memang aku sendiri sudah lupa atau mungkin tidak mengerti, paling tidak aku bisa sedikit membantunya.

“Terimakasih ya kak, sudah membantuku mengerjakan soal-soal ini.” Ucapnya.

“Ya tidak masalah.” Ucapku.

“Kalau begitu aku kekelas dulu ya. Dah kak.” Ucapnya lalu berjalan pergi.

Bel pulang sekolah berbunyi, sepertinya Wahyu tidak menungguku untuk pulang bersama dengannya lagi. Situasi yang memuakkan. Kalau harus jauh dengan sahabatku sendiri hanya karena opininya yang terlalu dipaksakan, aku jadi tidak terlalu antusias. Saat pulang aku mendengar sedikit kehebohan dilapangan basket sekolah, aku perhatikan banyak orang yang sedang memperhatikan seseorang disana. Aku coba meluruskan pandanganku. Dan ternyata seseorang yang sangat tidak ingin aku temui ada disekolah ini. Sial!!

2 comments: