Wednesday, September 14, 2016

Langit Biru Bagian 9


Dia masih berada ditempatnya, hanya melihatku dengan tatapan yang khasnya itu. Terlalu sulit untuk membaca apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Tapi, meski aku sudah dipukuli olehnya. Aku telah mendapatkan beberapa informasi yang benar-benar aku butuhkan. Yahh, dia memukuliku sambil menceritakan semuanya. Semuanya, yang memang harus aku tahu sebagai adiknya Jessica Veranda.

“Dengar. Aku sudah tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan padanya. Aku hanya bisa berdoa agar dia baik-baik saja dan selalu bahagia.” Ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Aku berdiri dengan tegap lalu tersenyum.

*

“Kido!! Bangun Kido!!” Aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku berulang kali dan aku juga merasakan beberapa sentuhan dipipiku. Sambil berusaha membuka mata, aku berusaha untuk bangun dari tidurku.

“Ehh Ibu. Selamat pagi.” Ucapku pada Ibuku yang ternyata sudah ada didekatku.

“Kau kenapa? Bangun tidur kok mukamu seperti habis di pukuli.” Ucap Ibuku khawatir. Benar juga kemarin malam aku mengalami insiden kecil dengan laki-laki berjaket itu, dan tentunya aku belum bilang pada ibu. Niatnya sih aku tidak akan bilang yang sebenarnya pada Ibu, biarlah aku harap ibu mau percaya dengan segudang alasan yang aku buat nanti.

“Aghh ini ya, anuu.. itu bu, kemarin kan habis makan malam sama teman, pulangnya kita jatuh dari motor. Nah kebetulan sikutnya Wahyu berkali-kali mengenai wajahku. Jadi, beginilah hasilnya. Hehehe.” Ucapku dengan tersenyum agar ibuku tidak terlalu khawatir.

“Ohh begitu, lain kali hati-hati kalo bawa motor.” Ucapnya lagi.

“Iya bu.” Ucapku. Maaf karena sudah berani berbohong pada Ibu.

“Yasudah, sekarang kamu mandi terus sarapan terus siap-siap.” Ucapnya.

“Siap-siap?” Ucapku yang sedikit bingung.

“Kita kan akan pergi ke Amerika untuk menengok kakakmu sekalian liburan juga.” Ucap Ibuku. Kalau aku lihat sepertinya Ibuku sangat senang, dan itu membuat aku juga merasa senang.

“Baiklah, aku akan siap-siap.” Ucapku lalu beranjak dari tempat tidur lalu segera pergi kekamar mandi.

Semua perlengkapan sudah selesai dimasukkan kedalam koper, kali ini aku memakai jaket. Sesuatu yang dulu aku sesali karena tidak membawanya ketika pergi berdua dengan Shani. Ibuku juga sudah siap semuanya. Kami membawa dua koper, yang satu untuk perlengkapan ibuku, dan satunya untukku tentunya. Kami lalu berangkat menuju bandara ibu kota. Singkatnya kami akhirnya berangkat menuju Amerika. Sesuatu yang baru tentunya untukku.

Kami tiba di Amerika, rencananya kami akan pergi ke Nevada, salah satu negara bagian Amerika Serikat. Kita akan ke Las Vegas, ya. Kakakku melakukan tugas perkuliahannya dikota itu. Aku juga tidak tau kenapa harus disana. Kudengar juga bahwa kota itu merupakan kota terbesar dalam hal perjudian, perbelanjaan, restorannya. Yaa seperti ibukota kita. Namun tidak terlalu untuk perjudiannya. Kita tiba di bandara San Francisco, karena memang tidak ada penerbangan langsung ke Las Vegas, dari San Francisco kami lalu menuju Las Vegas.

Badanku terasa pegal-pegal, setelah lebih dari sepuluh jam didalam pesawat. Dan perjalanan masih harus dilanjut ke tempat tujuan, dan kulihat langit ternyata sudah gelap. Itu artinya disini sudah malam hari. Tidak banyak yang aku lakukan didalam taksi, hanya tidur dan sekali-kali melihat handphone lalu tidur lagi.

Mobil yang kami naikki akhirnya berhenti didepan sebuah bangunan yang menjulang tinggi, kupikir mungkin ini penginapan kakakku. Dan kulihat cuaca pagi ini sangat cerah. Aku dan ibuku segera keluar dari mobil, dan ternyata kak Ve sudah menunggu kami. Dia sedang berdiri tepat didekat pintu masuk ke penginapan tersebut.

“Selamat datang.” Ucapnya lalu setengah berlari menuju ibuku dan langsung memeluknya. Aku hanya tersenyum melihat dua bidadari ini melepas rasa rindu mereka.

“Kau sehat-sehat saja disini kan?” Tanya ibuku yang masih memeluk kakakku. Kulihat semua orang disana memperhatikan kami, aku malu. Tapi untuk kesenangan ibuku, aku tidak menghiraukan mereka.

“Tentu, aku sampai tidak bisa tidur. Ingin segera rasanya hari ini terjadi.” Ucap kakakku yang kemudian melepaskan pelukannya. Ibuku terlihat sedikit meneteskan air matanya. Kakakku lalu melirik ke arahku.

“Ada apa?” Tanyaku sedikit ketus. Yang benar saja, aku benar-benar malu kalo ditatap seperti itu oleh kakakku sendiri.

“Sini peluk kakak.” Ucapnya sambil merentangkan tangannya. Aku hanya diam mematung, aku malu mengakui kalau aku itu benar-benar merindukannya. Bagaimanapun juga dia tidak boleh tau titik lemahku.

“Yaampun masih malu-malu seperti biasanya kamu ini.” Ucap kakakku lalu mendekatiku dan memelukku dengan erat. Aku hanya tersenyum lalu membalas pelukannya. Suasana haru disanapun segera selesai, kami memasuki penginapan kakakku. Dia bilang kamarnya berada dikamar nomor 286 dilantai 10 gedung ini.

Setibanya disana aku membereskan beberapa barang yang aku bawa, lalu merebahkan tubuhku dikasur empuk nan nyaman dipenginapan kakakku. Meski serasa aku dan Ibu sudah berangkat sangat lama, tapi ketika kita sampai dinegara ini waktu menunjukan hari yang sama saat keberangkatan kita kesini. Hanya kita berangkat pada pukul tujuh pagi, sekarang disini pukul sepuluh pagi waktu setempat.

“Gimana perjalanannya? Pasti membosankan.” Tanya kakakku.

“Yahh, selama lebih dari sepuluh jam didalam pesawat membuat badanku terasa kaku semua.” Ucapku lalu merenggangkan otot-ototku. Kak Ve hanya tersenyum.

“Ayah juga sudah tiba disini beberapa jam yang lalu.” Ucap kakakku yang tentu saja membuatku kaget. Aku langsung mengambil posisi duduk ditempat tidur itu. Apa benar Ayah juga disini? Setauku Ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya di Jerman, tumben ternyata dia ada waktu luang, pikirku heran.

“Ayah? Kau tidak mengatakan padaku kalau Ayah juga akan kesini.” Ucapku kesal, aku lalu melihat ibuku. Dia hanya tersenyum, seperti dugaanku. Aku seoranglah yang tidak tau kalau Ayah juga akan pergi ke Amerika untuk berlibur bersama kami.

“Tuh kan.. kalian curang tidak memberitahuku hal yang sangat penting ini.” Ucapku. Yang benar saja, aku pikir yang akan berlibur hanya kita bertiga. Tapi nyatanya Ayah juga akan ikut. Sungguh sesuatu yang langka sekali. Kita sekeluarga pergi berlibur bersama, sesuatu hal yang sangat jarang kita lakukan dari dulu. Dan itu ukup membuatku sangat senang.

“Maaf ya, adikku yang suka marah. Anggap saja ini kejutan untukmu.” Ucap kakakku sambil mengacak rambutku.

“Apaan sih.” Ucapku lalu segera menyingkirkan tangan kakakku dari kepalaku.

“Dihh ternyata ngambek beneran.” Ucapnya. Dia itu.. benar benar..

“Bodo!” Ucapku lalu kembali merebahkan badanku dikasur. Dasar!! Mereka semua selalu saja membuatku merasa sangat kesal.

Malam hari di kota Las Vegas ternyata cukup indah juga. Aku bisa melihat kilauan cahaya yang berasal dari gedung atau bangunan-bangunan yang berada disana lewat kaca jendela apartemen kakakku. Sungguh pemandangan yang jarang sekali aku lihat di tanah air tercinta. Emang sih di ibukota pemandangan seperti ini adalah hal yang sering terjadi. Tapi serasa berbeda.

“Hei sedang apa kau. Ayo kita segera pergi, kita akan makan malam disuatu restoran terbaik di Las Vegas. Kau pasti akan menyukainya.” Ucap kakakku yang berada dibalik pintu apartemennya.

“Benarkah. Baiklah.” Ucapku, lalu pergi setelah berganti pakaian. Ibuku sudah menunggu kami dibawah bersama dengan mobil jemputan yang sudah dipesan oleh Ayahku. Kak ve terlihat sangat cantik, dia mengenakan dress yang didominasi oleh warna putih. Terlihat sangat cocok dan pas sekali menempel pada tubuhnya. Sementara aku hanya mengenakan kemeja putih plus jas juga.

Sesampainya disana kami disambut oleh pelayan yang bekerja disitu yang kemudian menunjukan tempat duduk kami, gedung pencakar langit ini juga merupakan salah satu restoran terkenal di Vegas. Setelah masuk disana juga aku sudah bisa melihat Ayah yang sepertinya sedang menunggu kedatangan kami. Kami lalu menghampirinya.

“Ayaahhh..” Ucap kak Ve yang sepertinya membuat ayah sedikit kaget dibuatnya.

“Halo cantik. Kamu terlihat sangat cantik sekali mengenakan ini, benar-benar anak Ayah.” Ucap Ayahku kemudian berdiri lalu memeluknya dengan erat. Aku hanya tersenyum, benar juga. Suasana seperti ini sangat sulit kudapatkan. Begitu juga kak Ve, dan melepas rasa rindunya yang sangat menggeledak itu adalah sesuatu yang memang harus dilakukan. Ayah lalu melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Ibuku, kak Ve langsung duduk ditempat yang sudah dipesan itu.

“Apa kabarmu?” Tanya Ibuku. Ayah lalu memeluk ibuku yang berusaha menahan tangisnya karena saking kangennya dia sama Ayahku.

“Aku selalu baik. Kau juga sepertinya sehat-sehat saja. Syukurlah.” Ucap ayahku. Mereka kemudian selesai berpelukan. Ayah lalu melirik kearahku.

“Anak siapa ini?” Ucap Ayahku sinis. Aku terdiam sejenak, lalu mengerenyitkan dahiku.

“Bercanda. Tentunya ini jagoan Ayah.” Ucapnya lagi lalu memelukku juga. Yang benar saja, masih sempat-sempatnya berbicara seperti itu saat suasana seperti ini. Dasar!! Dia memang Ayahku. Aku hanya tersenyum dan membalas dengan erat pelukannya.

Aku melewati malam di kota Las Vegas itu dengan rasa gembira teramat sangat, bagaimana tidak? Sesuatu yang jarang sekali di keluarga kami akhirnya terjadi juga. Ya, semuanya berkumpul menikmati indahnya malam. Kehangatan seperti inilah yang aku rindukan.

“Ngomong-ngomong ada berapa lantai digedung ini?” Tanyaku pada kak Ve yang telah selesai menyantap makanannya.

“Entahlah, aku baru kesini. Mungkin sekitar 14.” Jawabnya ngasal tapi sepertinya benar.

“Begitu.” Ucapku.

Setelah selesai makan malam, aku pergi kelantai atas. Untuk menikmati indahnya malam dikota besar ini. Namun, aku tidak diizinkan keatap. Dan akhirnya aku pergi kedekat jendela dilantai 14. Aku hanya memperhatikan kilauan kilauan cahaya lampu disetiap gedung, meski suasananya hampir sama dengan tempat penginapan kakakku, tapi aku tetap suka melakukan hal ini.

Disamping itu, aku jadi teringat Shani, kemarin mungkin saat-saat terakhir aku bertemu dengannya. Dan sekarang aku mulai merasa rindu padanya. Dan mungkin Wahyu juga merasakan rasa rindu ini. Apalagi dia yang paling antusias kalau tentang Shani. Memikirkannya saja aku sudah bahagia. Aku harap dia tidak akan melupakanku dan Wahyu.

“Sedang apa kau disini?” Ucap seseorang dibelakangku. Aku membalikkan badanku agar menghadap kepadanya.

“He? Siapa kau? Bisa bahasa Indonesia juga?” Tanyaku pada seseorang itu.

No comments:

Post a Comment