Thursday, April 13, 2017

Dareka no Tame Ni Bagian 6



Yuriva, Raja dan Anin sudah menaiki kincir angin terlebih dulu. Kini Gracia dan David juga sudah menaiki kincir angin nya. Persoalan yang dibahas mereka berdua sebelumnya tentang Anin dan Raja. David justru mendapat ide yang bagus buat Raja.

“Indahnya.” Ucap Gracia sambil melihat sekeliling. Sementara David hanya terdiam menunduk. Menyadari hal itu tentunya Gracia tau apa yang terjadi padanya.

“Ohh iya kamu takut ketinggian kan?” Tanya Gracia.

“Jangan dibahas.” Ucap David dengan wajah sedikit pucat.

“Hihi, maaf David.” Ucap Gracia.

“Hmm.” Ucap David yang masih menunduk.

“Jadi bagaimana pendapatmu tentang rencanaku soal Raja dan Anin?” Tanya Gracia.

“Entahlah, aku tidak bisa berfikir jernih jika begini.” Ucap David sambil memegang kepalanya.

“Ya ampun, kamu benar-benar takut ketinggian.” Ucap Gracia.

Sementara itu di kincir angin Raja, Yuriva dan Anin.
“Lihat kak!! Indahnya.” Ucap Yuriva sambil menunjukan gemerlap cahaya lampu pada Anin dengan gembira.

“Kamu benar. Indah sekali.” Ucap Anin yang juga ikut terpesona dengan gemerlap lampu lampu rumah yang terlihat indah jika dilihat dari atas.

“Kak Raja!! Jangan diam saja, lihat tuh. Indah tau.” Ucap Yuriva pada Raja.

“Ya. Aku lihat.” Ucap Raja.

“Ihh nyebelin.” Kesal Yuriva. Anin melirik Raja yang sedari tadi memandang kearah yang sama dengan mereka tapi bersikap sangat biasa saja.

“Kenapa? Menatapku begitu?” Tanya Raja yang masih belum merubah posisinya.

“Ahh tidak. Maaf kalau aku lancang.” Ucap Anin kemudian kembali menatap keluar.

Setelah menikmati wahana itu, mereka berencana untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk memanjakan para gadis gadis.
“Dia kenapa?” Tanya Raja yang melihat David duduk sambil memegang kepalanya.

“Kebiasaan lama.” Ucap Gracia.

“Ohh.. benar juga, David takut ketinggian.” Ucap Raja.

“Benarkah? Aku baru tau.” Ucap Yuriva.

“Dasar lo Raja. Ngga usah menyebutnya juga kan.” Ucap David yang juga merasa mual.


“Maaf. Hahaha.” Ucap Raja sambil tertawa. Mereka semua pun juga ikut tertawa dengan tingkah yang menggelikan dari seorang David.

Setelah beristirahat beberapa menit untuk menenangkan hati dan pikiran David yang sedang kacau karena phobianya. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju mall yang juga tidak terlalu jauh dari tempat sebelumnya mereka singgah.

Dengan tambahan orang baru yaitu Anin yang masih malu malu untuk berbicara, namun mereka semua terlihat sangat bahagia.

Sesampainya disana para kaum hawa langsung bergegas ketempat tempat yang mereka inginkan. Sedangkan David ijin buru buru pergi ke toilet. Raja menunggunya dimobil yang sudah terparkir dengan rapi. Tidak lama kemudian David kembali.

“Ayo kita susul mereka.” Ucap David.

“Ya.” Ucap Raja lalu mereka bergegas menyusul para gadis itu yang sangat gembira ketika sudah sampai disini.

Sialnya. Mereka menemani para gadis berbelanja sekitar 2 jam lebih, semua tempat sepertinya sudah dijelajahi di mall ini. Tapi entah kenapa mereka berdua merasa berputar putar seperti berada disebuah labirin. Raja dan David juga sedang menenteng beberapa barang belanjaan para gadis itu. Yah lumayan menguras tenaga. Tapi mereka senang.

“Hei cukup.” Keluh David.

“He? Kenapa? Kamu capek?” Tanya Gracia.

“Ayolah ini sudah banyak. Mau beli apa lagi?” Tanya David sambil menunjukan barang yang dia bawa.

“Aku menyerah. Sudah tidak kuat.” Keluh Raja sambil bersender ditembok.

“Yasudah kita pulang saja.” Ucap Anin.

“Nah. Aku sangat setuju dengan ide itu. Lagi pula ini sudah malam.” Ucap David.

“Aku juga setuju.” Ucap Raja. Gracia menghembuskan nafas lalu tersenyum.

“Yasudah kalo gitu. Kita pulang sekarang.” Ucap Gracia.

“Baiklah.” Ucap Yuriva.

Malam yang menyenangkan bagi mereka berlima. Rencana untuk membuat Yuriva tidak terlalu tertekan dengan masalahnya kali ini berjalan dengan sukses. Seperti yang diharapkan, Yuriva benar-benar sangat bahagia malam itu. Dan itulah yang diharapkan Raja.

Suatu hari dengan cuaca yang mendung, di kampus didepan kelas Fakultas Teknik. Austin, seorang mahasiswa Fakultas Hukum datang dengan wajah kesal. Menghampiri Raja yang mau masuk kekelas lalu mendorongnya hingga ke dinding. Semua mahasiswa disana tentunya kaget melihat kejadian itu.

Austin adalah seorang yang tidak suka dengan Raja. Entah karena apa, namun jika segala sesuatu menyangkut Raja. Dia jadi sangat sensitif dan pemarah. Austin berpostur sama dengan Raja, dia sedikit kurus dan wajah yang lumayan menyeramkan bagi orang yang pertama kali melihatnya.

“Hei brengsek. Jelaskan ke gue kenapa lo bisa deket sama Nadhifa?” Tanya Austin sambil menarik kerah Raja.

“Ap-Apa maksudmu?” Tanya Raja sambil sedikit ketakutan.

“Berisik!! Jangan mengelak!! Gue tau lo lagi deket kan sama Nadhifa? Asal lo tau ya, Nadhifa hanya milik gue seorang. Lo sebagai cyborg ga pantes lah ngedekatin dia. Lo tuh pantesnya sama cyborg lagi.” Ucap Austin dengan keras. Raja hanya menunduk, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Semua mahasiswa disana juga tidak berani ikut campur urusan Austin. Mereka semua tau siapa Austin, dan tidak mungkin mereka ikut campur.

“Maaf.” Ucap Raja pelan. Austin lalu melepaskan kerah Raja yang ditariknya dengan kuat.

“Heh!! Ini adalah peringatan, kalo gue tau lo keliatan jalan lagi sama Nadhifa, abis lo.” Ancam Austin kemudian pergi meninggalkan kelas fakultas Teknik. Raja kemudian terduduk sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri. Mahasiswa lain merasa iba dan kasihan padanya, namun tetap saja tidak ada yang menghiburnya sama sekali.

Pada saat jam istirahat siang ditempat biasa Raja bertemu David. David merasa ada sesuatu yang aneh yang terjadi pada sahabatnya ini. Kebetulan Gracia juga sedang berada disana, dan dia juga menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Raja. David dan Gracia saling pandang, mengisyaratkan sesuatu.

“Ada apa? Ngga seperti biasanya, dan kenapa wajah lu sedikit memar. Kenapa?” Tanya David.

“Tidak ada.” Jawab Raja sambil menunduk. Tentu saja David semakin curiga dan tidak percaya dengan apa yang diucapkan Raja barusan. Dia tau betul sifat Raja, pasti ada sesuatu terjadi.

“Jangan bohong. Gue tau lo bohong. Siapa yang melakukannya? Si Austin lagi? Biar gue kasih pelajaran tu anak.” Ucap David sambil berdiri. Raja cepat cepat mencegahnya melakukan hal bodoh.

“Aku bilang tidak ada apa apa. Jadi kumohon jangan melakukan hal bodoh.” Pinta Raja. David menatap tajam Raja.

“Kalo lo gamau cerita sama gue, biar gue cari tau sendiri masalahnya dari si Austin.” Ucap David.

“David.” Ucap Gracia yang mengisyaratkan untuk berhenti.

“Tapi kalo lo cerita ke gue sekarang apa masalah lo. Gue janji ga bakal ngapa ngapain Austin.” Ucap David. Raja masih dalam posisi yang sama, dia kemudian menghembuskan nafas bersiap bercerita. David kemudian duduk kembali.

“Jadi. Ada apa?”  Tanya David.

“Austin, dia tau kalo aku jalan bareng Nadhifa. Terus tadi dia bilang jangan pernah ngedeketin Nadhifa lagi, kalo ngga. Nanti akan ada akibatnya.” Ucap Raja. David tentunya kaget mendengar hal itu. Bukan karena ucapan Austin, tapi kaget karena Raja jalan bareng Nadhifa. Sesuatu yang bahkan diluar akal sehat kalo soal Raja. Dia kerasukan apa sebenarnya?

“Jalan? Kapan lo jalan bareng sama Nadhifa?” Tanya David.

“Kemarin lusa.” Ucap Raja.

“Waahh benarkah?” Tanya Gracia antusias.

“Iya.” Ucap Raja

“Kok gue ga tau?” Tanya David.

“Habisnya dia bilang Cuma mau jalan berdua. Soalnya waktu kencan pertama dia tau kalo kamu juga ikut.” Ucap Raja. David benar-benar tidak tau harus bilang apa saat itu.

“Ehh gimana menurutmu soal Nadhifa? Dia baik kan?” Tanya Gracia.

“Umm.. yah dia baik. Memangnya kenapa?” Tanya Raja.

“Terus, kalian ngobrol apa aja saat itu?” Tanya Gracia lagi.

“Yah.. obrolan biasa sih, standar aja.” Ucap Raja.

“Humm.. dia bilang apa aja sama kamu?” Tanya Gracia.

“Umm.. anu..” Ucap Raja malu malu.

“Hentikanlah Gre. Tidak usah terlalu ikut campur urusannya Raja. Dia punya privasinya sendiri.” Ucap David. Gre hanya memasang muka cemberut.

“Maafkan aku Gre.” Ucap Raja.

“Sudahlah tidak usah perdulikan, wanita memang selalu begitu.” Ucap David.

“Ihh jahat banget tau ga!!” Ucap Gracia kemudian melangkah pergi dengan kesal.

“Hei David, apa tidak apa apa?” Tanya Raja yang mulai merasa bersalah.

“Sudah gue bilang kan, semua wanita itu sama saja. Hanya saja mungkin dia sedikit berbeda.” Ucap David.

“Kamu tidak mengejarnya?” Tanya Raja.

“Biarlah, nanti gue akan coba jelasin pelan pelan ke dia. Sekarang gue mau tanya serius sama lo. Lo beneran serius sama Nadhifa?” Tanya David dengan serius.

“Ya, begitulah.” Ucap Raja. Dengan begitu, David mengurungkan niatnya untuk berusaha menjauhi Raja dengan Nadhifa. David tau Raja tidak pernah melakukan hal hal seperti ini sebelumnya, jadi dia berpikir untuk mendukungnya dan memberinya masukan yang diperlukan nantinya. Meski ada rasa sedikit kekhawatiran dari David mengenai Nadhifa, tapi dia menyerahkan semua keputusan pada sahabatnya itu

“Baiklah, kalo begitu sudah diputuskan.” Ucap David.

“He? Mengenai apa?” Tanya Raja.

“Gue akan bantu lo biar deket sama Nadhifa.” Ucap David.

“Tapi.. Austin bilang padaku agar aku menjauhinya.” Ucap Raja.

“Heh. Masalah si Austin biar gue yang urus. Sekarang lo fokus aja ke Nadhifa oke?” Ucap David meyakinkan.

“I-ya. Tapi...” Ucap Raja masih ragu.

“Berisik!! Ngga ada tapi-tapian, kali ini lo harus gentle. Austin adalah saingan lo untuk mendapatkan Nadhifa. Dan lo harus ngelakuin cara apapun agar lo menang dari Austin. Ngerti!!” Ucap David.

“I-iya.” Ucap Raja.

Hujan deras akhirnya mengguyur kota Jakarta. Raja masih diam dikampus menunggu hujannya reda, sementara David pamit pulang dulu karena masalahnya dengan Gracia masih belum selesai, dan dia berencana untuk mengantarnya pulang lalu membicarakannya dengan baik-baik.
“Sendirian aja?” Tanya seseorang yang kini berdiri didekatnya.

“Ehh? Nadhifa.” Ucap Raja kaget.

“Kenapa belum pulang?” Tanya Nadhifa.

“Hujannya awet.” Ucap Raja.

“Pake motor emangnya?” Tanya Nadhifa.

“Iya.” Ucap Raja. Suasana canggung tercipta sore itu. Sahabat Nadhifa yaitu Yansen melihat mereka berdua dari jauh.

“Dia kenapa ya? Kok akhir akhir ini sering banget nyapa tuh anak cupu. Apa jangan jangan dia mulai suka? Ahh ga mungkin. Dibandingkan dengan si cupu, Austin lebih baik kemana mana.” Gerutu Yansen.

“Kamu sendiri kenapa belum pulang? Bukannya naik mobil?” Tanya Raja.

“Aku lagi nunggu nih.” Ucap Nadhifa.

“Siapa?” Tanya Raja. Tidak lama kemudian sesosok lelaki yang tidak asing bagi Raja muncul dan mendekati mereka berdua.

“Nahh ini.” Ucap Nadhifa.

“Ada apa?” Tanya Austin.

“Ngga ada apa-apa. Yuk, pulang.” Ajak Nadhifa.

“Yuk.” Ucap Austin kemudian mereka berjalan keparkiran diikuti Yansen dari belakang.

“Huhh.. Hampir saja.” Ucap Raja sambil menghembuskan nafas.

Sudah satu jam lebih Raja menunggu hujan reda, namun sepertinya tidak ada tanda tanda hujan akan sedikit mereda saat ini. Dari jauh terlihat Anin juga sepertinya sedang menunggu sesuatu. Dia terlihat seperti sedang gelisah. Tidak lama kemudian sebuah mobil mendekatinya, Anin bergegas masuk dan mobil itu kemudian perlahan melaju. Handphone Raja berdering, tanda ada yang menelponnya. Ternyata ibunya yang menelpon, mungkin sedikit khawatir karena Raja masih belum pulang sampai saat ini. Raja kemudian menekan tombol terima dan mendekatkan handphone ke telinganya.

“Iya mah?” Tanya Raja. Sesuatu terjadi, ibunya Raja sambil menangis mengatakan sesuatu yang membuat hati Raja benar benar terguncang. Air mata Raja disadari atau tidak mulai menetes. Tanpa memperdulikan hujan yang cukup deras, Raja nekat mengendarai motornya dengan lumayan kencang ke suatu tempat sambil terus berdoa.

No comments:

Post a Comment