Friday, February 24, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 4



Pertemuan antara Raja dan Nadhifa bisa dibilang tidak terlalu sukses, karena mereka berdua hanya bertemu, saling pandang, makan, pulang. Suatu hal yang sangat membosankan bagi seorang remaja normal tentunya. Itulah yang dipikirkan David saat ini. Beberapa hari kemudian dikampus tepat pada saat jam istirahat siang, David berencana untuk menemui Nadhifa kembali. Menjelaskan tentang sikap dan sifat yang memang selalu ada pada Raja.

“Yang bener?” Tanya Yansen.

“Iya, duh pokoknya kaku banget deh, keliatan banget cupunya.” Ucap Nadhifa.

“Tuh kan apa gue bilang. Orangnya pasti cupu, untung gue ga ikut.” Ucap Yansen dengan ekspresi lega.

“Yahh elo ga ikut gue yang kesiksa. Mati gaya banget gue didepan dia.” Ucap Nadhifa.

“Ciee.” Ledek Yansen.

“Ihh bukan mati gaya karena kekerenan dia bukan. Gue mati gaya karena memang bingung mau bicara apa, mau ngebahas apa sama dia atau apalah. Karena dianya sendiri gitu, diem banget. Irit. Jarang ngomong.” Ucap Nadhifa.

“Emang bayangan lo soal temennya si David itu gimana sih sebelumnya?” Tanya Yansen.

“Yah, gue kira orangnya putih, ganteng, badan atletis, baik, humoris. Gitu deh pokoknya.” Ucap Nadhifa.

“Dan fakta dilapangan mengatakan?” Tanya Yansen.

“Jauh banget.” Ucap Nadhifa. Mereka kemudian tertawa bersama, dari tadi David mendengar percakapan mereka dibalik pintu kelas. Mendengar hal itu dia benar-benar sangat marah dan menyesal. Marah karena sahabat terdekatnya dijadikan bahan ledekan, menyesal karena sudah memperkenalkan Nadhifa ke Raja. Dengan cepat David meninggalkan fakultas ilmu pengetahuan dan budaya, kemudian menuju warung tempat biasa dia mengobrol dengan Raja.

Dari jauh terlihat Raja sudah berada disana sedang duduk sambil membaca buku. Dengan kejadian tadi yang masih terngiang jelas dikepala David. Dia berencana untuk tidak mendekatkan Raja dengan Nadhifa lagi. David berfikir seseorang seperti Nadhifa yang mengedepankan penampilan fisik tidak akan membuat Raja bahagia nantinya.

“Sedang apa?” Tanya David yang sudah berada didekat Raja.

“David. Lihat. Aku akhirnya menemukan buku tentang bagaimana untuk bisa lebih dekat dan mencari perhatian seorang gadis.” Ucap Raja dengan semangat. Didalam hati, David sebenarnya ikut senang karena akhirnya Raja memiliki ketertarikan ke hal lain selain mata kuliahnya. Tapi disisi lain dia berharap Raja menemukan seorang wanita yang benar-benar menerimanya apa adanya.

“Ohh bagus. Lo dapat itu darimana?” Tanya David kemudian duduk disebelah Raja.

“Tadi tidak sengaja aku menemukannya di perpustakaan. Setelah dibaca beberapa halaman, aku putuskan untuk meminjamnya. Karena kupikir ini akan berguna saat kencan kedua aku dengan Nadhifa nantinya.” Ucap Raja dengan antusias. Mendengar itu David kaget, dia tidak berfikir kalau Raja bisa sebegitu cepatnya tertarik pada seorang wanita.

“Lo serius?” Tanya David.

“Iya, aku serius.” Ucap Raja mantap.

“Tapi lo kan baru bertemu dengannya kemarin malam? Dan biasanya lo ga terlalu tertarik dengan cewe. Kenapa sekarang?” Tanya David.

“Ya, entahlah. Sepertinya aku mulai menyukainya.” Ucap Raja sambil tersenyum. David hanya terdiam dan berfikir bagaimana caranya untuk menjauhkan mereka berdua.

“Kau kenapa? Sepertinya tidak senang aku menyukainya. Apa kamu juga suka pada Nadhifa?” Tanya Raja.

“Tidak. Bukan itu, masalahnya....” Ucap David yang ragu.

“Ada apa?” Tanya Raja. David memikirkannya. Tidak mungkin dia berterus terang kalau Nadhifa secara sembunyi sembunyi meremehkannya. Jika David memberitahukan hal itu, peluang Raja percaya pada seorang wanita akan semakin kecil. Dan dia akan semakin menutup diri dari wanita.

“Ahh tidak.” Ucap David. Raja menatapnya dengan tatapan penuh curiga.

“Ada hal yang kau sembunyikan kan?” Tanya Raja penuh selidik.

“Tidak. Lo hanya berprasangka buruk aja.” Sangkal David.

“Ohh iya. Kau dan pacarmu bisa datang ke rumahku nanti sore?” Tanya Raja.

“Ada apa?” Tanya David.

“Adikku masuk ke lubang yang sama lagi.” Keluh Raja.

“Apa? Berapa dalam?” Ucap David kaget.

“Bukan!! Maksudku tentang kisah asmaranya.” Ucap Raja.

“Astaga. Lo bikin gue jantungan aja.” Ucap David sambil menghembuskan nafasnya.

“Kemarin malam dia diputuskan pacarnya. Kemudian sampai saat ini, dia hanya mengurung dirinya dikamar. Aku dan ibu sudah melakukan berbagai cara, tapi tetap saja dia tidak mau keluar.” Ucap Raja

“Begitu. Oke, nanti sore gue dan Gre akan kerumah lu.” Ucap David.

“Aku tunggu David.” Ucap Raja.

“Iya.” Ucap David. Tentu saja, melihat kekhawatiran Raja pada adiknya sendiri semakin membuat David yakin untuk menjauhkan Nadhifa dari kehidupan Raja. Dia benar-benar tidak tega melihat Raja akan disakiti oleh Nadhifa nantinya.

Cuaca sore hari ini sedikit mendung. Sebelum pergi kerumah Raja. David pergi terlebih dulu kerumah Shania Gracia untuk menjemputnya dan berangkat bersama ke rumah Raja.

‘tok tok tok’

Sambil menunggu seseorang membukakan pintu, David hanya terus memperhatikan penampilannya, sekali-kali dia merapikan baju yang dikenakannya agar terlihat lebih tampan didepan kekasihnya. Beberapa saat kemudian seseorang membukakan pintu, senyum David semakin mengembang mengetahui kalau yang membukakan pintu dan saat ini tepat berada didepannya adalah sosok pujaan hatinya.

“Terlihat anggun seperti biasanya.” Puji David yang hanya dibalas senyum oleh Gracia.

Shania Gracia, sesosok gadis cantik berpostur sedang, tidak terlalu gemuk tapi juga tidak kurus, pipi yang terlihat sedikit lebih berisi daripada kebanyakan gadis lainnya membuat penampilan Gracia semakin menarik. Terutama dihadapan sosok yang gagah dan tampan itu. Selain kuliah, dia juga hobi menari. Bahkan kegiatan sehari harinya setelah pulang kuliah selalu disempatkan untuk berlatih menari dengan sebuah komunitas seni yang dia ikuti.

Wind Dancer, adalah nama grup tari yang Shania Gracia ikuti. Grup ini adalah grup tari yang sedikit banyak sudah tampil di beberapa acara dan pertunjukan. Gracia sudah bergabung dengan grup ini sekitar 1 tahun lalu. Dengan semangat dan hobinya yang menari, dia benar benar merasa senang bisa berada di grup ini. Gadis bergigi gingsul ini bahkan punya mimpi tampil di panggung internasional bersama rekan rekannya yang lain.

“Mau berangkat sekarang?” Tanya Gracia.

“Ya, terserah tuan putrinya dong.” Goda David. Gracia hanya tersipu malu mendengarnya.

“Yaudah yuk.” Ucap Gracia.

“Siap!” Ucap David. Tapi sebelum berangkat, David memohon ijin kepada kedua orang tua Gracia karena mengajak anak mereka pergi. David adalah orang yang ramah, sangat ramah terutama pada orang yang lebih tua. Itulah salah satu kenapa Gracia juga suka dan kagum  sama David. Kedua orang tua Gracia juga senang melihat anaknya dekat dengan David. Mereka percaya kalau David bisa menjaga Gracia dengan baik.

Beberapa menit mereka lalui untuk sampai ke rumah Raja menggunakan mobil milik David. Setelah berada didepan pintu, David mengetuk pintunya dan tidak lama kemudian sesosok wanita paruh baya membukakan pintunya.

“David? Dan Shania. Ayo masuk, Raja dan Yuriva ada didalam kok.” Ucap Ibunya Raja.

“Iya tan, makasih.” Balas David. Kemudian masuk kedalam rumah dengan Gracia.

“Raja!! Kemari nak, ada David dan Shania datang.” Ucap Ibunya Raja yang sedikit berteriak.

“Iya bu, sebentar.” Balas Raja yang juga sedikit berteriak.

“Silahkan duduk dulu.” Tawar Ibunya Raja.

“Ahh iya makasih tan.” Ucap David kemudian duduk di sofa yang tersedia diikuti oleh Gracia.

“Semakin cantik aja kamu Shania.” Ucap Ibunya Raja.

“Makasih tan.” Ucap Gracia yang tersipu malu dipuji oleh ibunya Raja.

“Beruntung banget kamu David, bisa punya pendamping seperti Shania. Udah cantik, baik, sopan, jago nari juga ya kan?” Ucap Ibunya Raja.

“Engga jago juga tan. Biasa aja.” Ucap Gracia rendah hati.

“Andai Raja juga nantinya bisa mendapatkan seorang gadis yang seperti kamu, ibu pasti akan sangat senang.” Ucap Ibunya Raja.

“Kalau soal itu saya percaya tan. Raja pasti akan sangat selektif memilih calon pendamping hidupnya nanti.” Ucap David yang tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

“Kamu tolong awasi dia yah.” Ucap Ibunya Raja.

“Iya tan.” Balas David. Raja akhirnya turun dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi.

“Loh, Yuri mana bu?” Tanya Raja.

“Dia masih dikamarnya.” Ucap Ibunya Raja.

“Ohh astaga. Anak itu.” Ucap Raja dengan sedikit kesal..

“Hei, kamu bantuin Raja gih. Aku kurang yakin Raja bisa bicara baik-baik dengan adiknya.” Bisik David pada Gracia.

“Iya. Tunggu sebentar ya.” Balas Gracia dengan berbisik juga.

Didepan pintu kamar Yuriva Raja mengetuk pintu dengan sedikit keras.

“Yuri!! Cepatlah keluar!! Sampai kapan kau bersikap seperti itu?” Bentak Raja. Sementara didalam kamar, Yuriva benar-benar takut akan sifat kakaknya. Dia menyelimuti dirinya dengan selimut.

“Jangan terlalu keras pada adikmu.” Ucap Gracia dari belakang lalu mengetuk pintu dengan pelan.

“Yuri, ini kak Gre. Kamu didalam kan? Boleh kakak masuk?” Ucap Gracia dengan penuh perhatian.

“Kenapa kamu kesini?” Tanya Raja.

“Soal Yuriva biar aku yang menanganinya.” Ucap Gracia

“Apa benar kamu bisa mengurusnya?” Tanya Raja ragu.

“Aku juga seorang perempuan. Percayalah padaku. Kau tunggu saja disana bersama David.” Ucap Gracia meyakinkan. Raja diam sejenak menatap Gracia, merasa ragu kalau Gracia bisa menyelesaikan masalahnya.

“Baiklah. Aku tunggu disana.” Ucap Raja lalu berjalan pergi meninggalkan urusan adiknya kepada Gracia.

“Yuri. Boleh aku masuk? Tidak baik kamu terus terusan terpuruk seperti ini. Jangan terus terusan menatap masa lalu, kamu juga harus bisa melihat kedepan.” Ucap Gracia dibalik pintu. Mendengar perkataan Gracia. Hati Yuriva tergerak dan beranjak dari kasur lalu membukakan pintu kamarnya untuk Gracia.

“Syukurlah kamu mau mendengarkan kata kataku.” Ucap Gracia. Melihat mata Yuriva yang begitu lebam seperti bekas menangis, Gracia merasa sangat iba padanya. Mungkin setiap malam dia terus menangis mengenang hubungannya yang sebelumnya. Tanpa pikir panjang Gracia langsung memeluk erat Yuriva. Memberikan dekapan hangat, memberikan sedikit perhatian yang sangat dia butuhkan saat ini. Saat saat yang sangat krusial bagi seorang wanita. Jika salah dalam menyelesaikan masalahnya, mungkin akan berdampak pada tindakan yang bisa beresiko pada hidupnya sendiri.

Sementara itu diruang tamu Raja masih merasa kesal dengan sikap adiknya yang sangat cengeng. Hal itu sangat terpancar jelas di wajah Raja, dan David juga sudah memprediksinya.

“Udahlah, serahin semuanya sama Gre. Gue yakin dia bisa ngatasin masalah ini.” Ucap David meyakinkan Raja.

“Tapi tetap saja.” Ucap Raja.

“Bukannya lo sendiri yang nyuruh gue untuk ngajak Gre biar bisa kasih solusi yang bagus mengenai masalah adik lo itu.” Ucap David.

“Iya sih. Lagian aku ngga habis pikir. Kenapa juga dia harus menangis hanya untuk seorang laki-laki brengsek yang tukang selingkuh itu.” Ucap Raja sangat kesal.

“Tapi ngga sepenuhnya salah Yuri juga kan? Dia hanya berfikir kalo memang si Dion itu ya terlihat perfect dimatanya. Dan mungkin aja sampai saat ini, Yuri masih menyangkal kalau si Dion itu selingkuh didepan matanya. Dia berharap kalau semua yang dia lihat waktu itu hanyalah sebuah mimpi. Dan dia akan segera terbangun dari mimpi itu.” Ucap David.

“Kalau saja waktu itu aku ada disana.” Ucap Raja kesal.

“Kalau lo ada disana maka si Dion hanya tinggal nama. Udahlah, lo juga sebagai kakak harusnya jangan menggunakan emosi untuk menghadapi masalah kayak gini.” Saran David.

“Maaf. Aku hanya khawatir saja pada Yuri.” Ucap Raja.

“Di usia Yuri memang lagi tinggi tingginya untuk ber asmara ria. Semua orang pernah merasakannya.” Ucap David.

“Tapi aku ngga.” Ucap Raja.

“Ehh? Dasar cyborg.” Ucap David.

Setelah menceritakan kejadian malam itu pada Gracia, Yuriva jadi sedikit lebih tenang. Meski masih menangis, tapi Gracia masih bisa menenangkan hati Yuriva.

“Jadi dia terlihat sedang berjalan dengan wanita lain sambil gandengan dan setelah kamu menghampirinya dan meminta penjelasan, ya jadinya seperti kebanyakan lelaki. Hal hal yang penuh kemunafikan terjadi saat itu. Benarkan?” Tanya Gracia sambil merangkul Yuriva.

“Padahal aku sangat sayang padanya. Tapi dia membalasnya begitu kejam.” Ucap Yuriva terisak.

“Jangan khawatir, laki-laki seperti itu cepat atau lambat pasti akan kena karmanya sendiri.” Ucap Gracia.

“Ditambah aku juga sangat takut sama kak Raja. Kakak tau sendirikan gimana sifatnya kalau sudah marah. Meski belum pernah memukulku sama sekali tapi entah kenapa aku sangat takut melihat dia marah.” Ucap Yuri sambil memeluk erat Gracia.

“Itu artinya Raja sangat sayang padamu. Dia juga sangat mengkhawatirkanmu. Dibalik sifat cyborg nya yang selalu dibicarakan teman teman kampus. Sebenarnya dia adalah penyayang yang baik. Selalu peduli pada adik tercintanya.” Terang Gracia.

Friday, February 17, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 3



Hari sabtu malam. David bergegas ke rumah Raja untuk berangkat bersama ke tempat pertemuan. Baginya mungkin ini adalah hari yang bersejarah bagi temannya, bagaimana tidak. Dia kenal Raja dari Sekolah Dasar sampai sekarang. Dan baru pertama kalinya Raja akan bertemu dengan seorang gadis dimalam dan tempat yang spesial. David mengetuk pintu rumah Raja beberapa kali. Seseorang membukanya dari dalam.

“Dimana pacarmu?” Tanya Raja yang terlihat rapi dengan kemeja ungu bergaris putih satu vertikal kecil dan celana jeans putih.

“Waw. Lo keren banget serius.” Ucap David terkagum. Dia seperti melihat kepribadian lain dari temannya itu.

“Aku tanya dimana pacarmu?” Tanya Raja lagi.

“Ahh soal itu, Gre bilang dia ga bisa ikut soalnya ada urusan penting dengan keluarganya.” Ucap David berterus terang.

“Oh gitu. Terus kamu jadi kan nemenin aku?” Tanya Raja.

“Tentu saja. Gue kan udah janji sebelumnya.” Ucap David. Raja menghembuskan nafas kencang.

“Aku gugup nih, ga jadi aja ya.” Urung Raja.

“Ehh ga boleh gitu. Lo udah keren gini masa sifat lo masih kayak gitu. Pede dong. Gue kan udah bilang, lo tuh sebenernya keren dan ganteng. Cuma kacamata sama sifat lo yang harus dihilangin.” Ucap David.

“Kalau aku ga pake kacamata, burem nantinya. Ntar malah salah orang.” Ucap Raja.

“Ahh lo bener juga, lebih bahaya lagi kalau sampe salah orang disana. Yaudah yu, kita go sekarang. Ga enak kalo suruh cewe nunggu lama-lama.” Ajak David. Raja menghembuskan nafasnya lagi. Dia harus yakin dengan apa yang akan dia lakukan saat ini. Karena apapun yang akan terjadi nantinya, sedikit banyak akan mempengaruhi perjalanan Raja dimasa depan.

Sekitar 30 menit perjalanan, mereka akhirnya sudah sampai di sebuah cafe yang lumayan mewah. Mereka mencari-cari Nadhifa tapi tidak juga ketemu. Mereka memutuskan untuk mencari tempat duduk kosong, setelah dapat. Mereka hanya tinggal menunggu Nadhifa tiba. Mereka duduk saling berhadapan.

“Kita beruntung, sepertinya dia belum sampai.” Ucap David.

“Ya.” Ucap Raja sedikit gemetaran. David memperhatikan Raja

“Ohh ayolah. Rileks, jangan gugup begitu.” Ucap David menenangkan. Disana David berpakaian simple, sebuah kaos putih polos yang dibalut kemeja berwarna hitam dan celana jeans silver yang membuatnya terlihat elegan.

Seorang pelayan mendekati mereka berdua.

“Selamat datang mas, mau pesen apa?” Tanya pelayan itu dengan ramah.

“Ahh saya jus mangga.” Ucap David kemudian melirik Raja.

“Ohh itu, aku. Samain aja mas.” Ucap Raja.

“Makanannya?” Tanya pelayan itu dengan sopan lagi.

“Itu dulu aja mas. Nanti saya panggil kalo mau pesen.” Ucap David.

“Baiklah, tunggu sebentar ya mas.” Ucap pelayan itu kemudian berjalan pergi

Beberapa kali Raja terus merapikan kacamata dan kemejanya. Wajahnya terlihat jelas begitu gugup, melihat tingkah temannya itu David malah senyum senyum sendiri. Dia sangat bahagia. David kemudian beranjak dari tempat duduknya.

“Eh mau kemana?” Tanya Raja kaget.

“Pindah meja, sebentar lagi dia pasti datang. Lagi pula meja ini diset hanya untuk dua orang. Gue pindah kesana.” Ucap David sambil menunjuk tempat kosong yang tidak jauh dari tempatnya semula.

“Ehh gausah, biar aku aja yang pindah. Kamu disini.” Tawar Raja.

“Ngaco. Yang punya acaranya kan elo, masa gue yang jadi pemeran utama disini. Udah, sekarang lo tinggal tungguin dia aja. Selow. Lo bilang kedia kalo lo di meja nomor 12.” Ucap David kemudian berjalan ketempat kosong yang diinginkannya. Seperti yang dikatakan David, Raja mengirim pesan ke Nadhifa kalau dia sedang menunggunya di meja nomor 12.

Beberapa saat kemudian sesosok gadis dengan memakai cardigan berwarna merah muda dan celana legging yang membuatnya semakin cantik terlihat sedang mencari-cari sesuatu. Sesuatu yang dia cari akhirnya ketemu. Ya, meja bernomor 12. Itulah yang gadis itu cari, tentunya dengan seseorang yang berada dimeja itu juga.

David memanggil seorang pelayan, dan berbisik mengenai beberapa hal. Raja masih belum menyadari kalau seseorang yang dia tunggu berada didepan nya meski jaraknya lumayan jauh. Tapi David menyadari kalau Nadhifa sudah tiba di cafe itu.

Dengan langkah pelan, Nadhifa berjalan kearah meja nomor 12. Perhatian Raja kini mulai teralih kesosok Nadhifa. Siapa dia? Cantik sekali. Mungkin itulah beberapa pikiran Raja setelah melihat Nadhifa malam itu.
Nadhifa tepat berdiri didepan Raja. Sementara Raja masih memasang wajah bingung, karena dia sendiri tidak tau orang yang didepannya itu siapa. Melihat itu David hanya menutup wajahnya dengan daftar menu yang terletak diatas meja.

“Apa yang lo lakuin? Kenapa diam saja.” Ucap pelan David.

“Hai.” Sapa Nadhifa.

“Hai.” Balas Raja dengan gugup.

“Boleh aku duduk?” Tanya Nadhifa sopan.

“Tentu. Silahkan.” Ucap Raja. Nadhifa kemudian mengambil posisi duduk, menyimpan tas di sampingnya. Kini posisi mereka saling berhadapan.

“Raja?” Tanya Nadhifa. Raja mengangguk sedikit.

“Kamu siapa? Ah, Nadhifa Salsabilla?” Ucap Raja menebak. Nadhifa tersenyum, meski kelihatannya dia terpaksa, karena harapan dan benak seorang laki-laki yang berada dibayangannya kini pupus setelah melihat kenyataan bahwa Raja tidak seperti yang dia bayangkan.

Mereka saling menjabat tangan, saling melempar senyum tapi tidak mengatakan apapun. Tidak berani saling memandang, hanya berusaha untuk mengalihkan perhatian sendiri sendiri. Melihat itu David sedikit geram, apa Raja mau begitu saja menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini?

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan datang menghampiri meja no 12.

“Ini pesanannya mas.” Ucap pelayan itu kemudian menaruh 2 jus mangga yang sudah dipesan tadi di depan Raja dan Nadhifa.

“Te-terimakasih.” Ucap Raja gugup. Pelayan itu hanya tersenyum lalu berjalan pergi.

Nadhifa sedikit bertanya-tanya. Apa benar jus mangga ini dipesan khusus untuknya sebelum dia datang? Melihat raut wajah yang ditunjukan Nadhifa, Raja benar-benar bingung harus bersikap seperti apa. Dia sendiri mengetahuinya kalau jus itu adalah pesanan David, sekarang malah disajikan didepan Nadhifa. Bagaimana kalau dia tidak suka Jus Mangga nya. Bisa-bisa dia langsung pergi begitu saja.

“Mas.” Panggil Nadhifa ke salah seorang pelayan. Dengan sigap pelayan itu berjalan mendekatinya.

“Iya mba? Mau pesen apa lagi?” Tanya pelayan itu.

“Aku pesen nasi goreng nya satu. Yang pedes.” Ucap Nadhifa.

“Iya mba.” Ucap pelayan itu sambil menulis pesanan Nadhifa di catatan kecilnya.

“Kamu mau makan apa?” Tanya Nadhifa sambil melihat Raja.

“Ahh itu. Sama, nasi goreng juga deh. Cuma pedesnya sedikit.” Jawab Raja, pelayan itu kemudian menulis lagi.

“Ada lagi?” Tanya pelayan itu.

“Udah mas.” Ucap Nadhifa.

“Mohon ditunggu sebentar.” Ucap pelayan itu kemudian pergi.

Kembali! Suasana hening terjadi di meja no 12. Tidak ada yang membuka percakapan disana, melihat itu. David hanya memegang kepalanya, ternyata membuat Raja jadi lebih bersosialisasi benar-benar sangat sulit. Bahkan untuk memulai interaksi pun dia masih enggan. Pelayan pun datang lalu memberikan pesanan untuk David, yaitu jus mangga.

“Semuanya terserah lo kali ini. Karena ini udah bukan wilayah gue untuk ikut campur.” Ucap David pelan sambil meminum jus mangga.

“Seperti yang diceritakan temanmu.” Ucap Nadhifa membuka percakapan. Raja melihat Nadhifa dengan tatapan bingung.

“Ternyata kamu jarang sekali berbicara pada orang lain selain dia.” Ucap Nadhifa. Raja hanya menunduk. David menceritakan semua tentang Raja pada Nadhifa sebelum hari pertemuan mereka lewat ponsel.

“Maaf.” Ucap Raja. Nadhifa hanya tersenyum.

“Tidak usah dipikirkan. Setiap orang punya hal yang disukai dan tidak disukainya.” Ucap Nadhifa. Raja sedikit tersenyum.

“Dia tersenyum? Heh akhirnya.” Ucap David yang masih fokus dengan kedua sejoli itu.

“Soal tugas makalah aku kemarin. Terimakasih banyak ya, karena kamu. Aku jadi bisa mengumpulkannya tepat waktu.” Ucap Nadhifa.

“Sama-sama.” Ucap Raja.

“Aku dengar kamu di fakultas teknik ya?” Tanya Nadhifa.

“Iya, memang. Kenapa?” Tanya Raja

“Hebat. Aku tidak percaya ternyata kamu bisa masuk di fakultas itu.” Ucap Nadhifa. Raja menatap Nadhifa.

“Apa aku terlihat tidak pantas berada disana?” Tanya Raja.

“Eh? Bukan. Bukan itu maksudku. Hanya saja, kau tau. Sangat sulit untuk masuk fakultas teknik di unniversitas kita. Itu artinya kau orang yang jenius, bisa masuk kesana adalah prestasi yang luar biasa.” Puji Nadhifa. Raja tidak mengatakan apapun lagi.

Nadhifa merasa sangat canggung sekali, bagaimana tidak. Harusnya seorang laki-laki lah yang aktif. Tapi kenyataannya, Raja sangat pasif sekali. Nadhifa sangat bingung dengan dirinya sendiri. Harus bersikap seperti apa agar dirinya merasa tidak canggung lagi.

Seorang pelayan datang membawa pesanan kedua orang itu.

“Silahkan.” Ucap Pelayan itu sambil meletakan pesanan Raja dan Nadhifa

“Terimakasih.” Ucap Nadhifa.

Suasana dimalam itu sangat membosankan. Raja dan Nadhifa hanya fokus pada makanan mereka masing masing. Setelah beberapa suap, Nadhifa berencana untuk segera pulang. Tentunya terus menerus dalam suasana yang canggung seperti itu membuatnya jadi merasa tidak enak.

“Emm.. Raja.” Ucap Nadhifa. Raja mengalihkan pandangannya ke arah Nadhifa.

“Aku pamit pulang ya. Udah malem banget soalnya. Takut ibuku khawatir.” Ucap Nadhifa.

“Ohh iya.” Ucap Raja. Nadhifa kemudian berdiri, mengambil tas yang berada disampingnya dan pamit.

“Kapan kapan kita ketemuan lagi ya. Dahh.” Ucap Nadhifa ramah lalu berjalan perlahan.

“Hati-hati dijalannya.” Ucap Raja. Nadhifa berjalan ke kasir dan membayar semua pesanannya, termasuk punya Raja juga. Setelah itu dia berjalan keluar cafe. Melihat itu semua David beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Raja.

“Bagaimana?” Tanya David.

“Ya begitulah.” Ucap Raja sambil kembali menyantap makanannya.

“Ya ampun, susah juga ternyata.” Ucap David pelan. Mau bagaimana lagi, dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar Raja dan Nadhifa bisa saling bertemu dan mengenal satu sama lain. Sekarang niatnya sudah berhasil. Tinggal bagaimana proses itu. Apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka masih menjadi angan yang diharapkan oleh David. David memukul pelan kepala Raja dengan daftar menu yang masih dipegangnya.

“Ada apa?” Tanya Raja polos.

“Lo ini ya.” Pasrah David sambil memijat keningnya sendiri.

“Kenapa sih.” Tanya Raja dengan serius.

“Tau ah. Pikir aja sendiri.” Ucap David.

“Ihh, seriusan. Apa tadi aku melakukan hal yang buruk padanya?” Tanya Raja.

“Menurut lo?” Tanya balik David.

“Nggak.” Jawab Raja.

“Yaudah.” Ucap David. Raja lalu melanjutkan makannya. Merubah tipikal dan sifat dasar seorang manusia memang bukan perkara mudah dilakukan, dan David menyadari hal itu. Dia harus tetap sabar dan terus membimbing Raja agar sedikit demi sedikit kebiasaan buruknya menghilang.

“Ga makan?” Tanya Raja.

“Belum pesen. Lapar juga sih.” Ucap David.

“Yaudah makan aja tuh. Masih banyak sisa dari Nadhifa.” Ucap Raja.

“Apa? Lo pikir gue apaan mau makanan sisa kayak gini.” Ucap David menyangkal.

“Ya daripada pesen lagi dan lama nunggu nya mending yang sudah ada aja dimanfaatin.” Ucap Raja.

“Lo itu ya!” Ucap David dengan kesal, kemudian melirik makanan sisa itu.

“Bener juga sih.” Ucap David lalu menyantap makanan sisa Nadhifa yang bisa dibilang masih tersisa banyak.