Sunday, June 11, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 13 (Last)


Malam hari sebelum hari dimana Surya akan kembali pulang ke Jepang esok pagi, di pemakaman yang sangat sepi Surya duduk bersila dan memanjatkan beberapa doa untuk kakaknya.

“Ada apa kau memanggilku kesini?” Tanya Raja yang baru saja tiba. Perlahan Surya mulai berdiri.

“Sebelumnya maaf. Karena menyuruhmu untuk datang ke tempat ini malam hari.” Ucap Surya.

“Tidak apa.” Balas Raja.

“Kau tau, disamping rasa kecewa dan sedih ketika tau bahwa kakakku sudah lebih dulu meninggalkanku. Aku benar-benar senang.” Ucap Surya. Raja tidak berkata apapun saat itu. Dia hanya fokus mendengarkan.

“Karena aku bisa bertemu ayah kandungku. Dan menceritakan banyak hal dengannya.” Ucap Surya yang sedikit berkaca-kaca.

“Aku tau Ayahku yang di Jepang juga memberlakukanku dengan baik. Tapi tetap saja, aku sangat senang berada disini. Mungkin kalau David masih hidup, bisa saja ini menjadi hari yang sangat menyenangkan dan tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.” Ucap Surya sambil memandang pusara makamnya David.

“Aku juga. Dulu sebenarnya aku orang yang tidak bisa diandalkan. Meski sekarang juga begitu sih. Tapi aku sangat tidak percaya diri, dengan penampilanku, dengan sifatku. Bahkan aku sangat canggung bila dekat dengan seorang wanita.” Ucap Raja juga melihat pusara makam David.

“Tapi.” Lanjutnya. “Berkatnya, sekarang aku mulai menyadari perubahanku secara bertahap.” Ucap Raja sambil tersenyum.

“Aku hanya ingin berterimakasih. Maaf karena waktu pertama bertemu aku membuat kalian berfikir kalau kakakku masih hidup.” Ucap Surya sedikit tersenyum.

“Memang benar. Kau benar-benar membuat kami kaget waktu itu.” Balas Raja. Surya sedikit tertawa Raja pun demikian.

“Apa kau berencana akan kembali kesini suatu hari nanti?” Tanya Raja.

“Aku harap begitu.” Ucap Surya.

“Aku sangat menantikannya.” Ucap Raja. Surya hanya mengangguk.

“Kalau begitu. Aku pamit pulang. Sudah sangat malam dan hawanya mulai ngga enak.” Ucap Surya.

“Tentu aku juga mau pulang. Kau pikir aku akan betah lama-lama ditempat ini.” Ucap Raja.

Mereka berdua meninggalkan area pemakaman dan pulang kembali kerumah mereka masing masing dengan selamat. Sebelum terlelap tidur, Raja mendengar hpnya berbunyi, dia melihat ternyata Nadhifa yang menelponnya. Bergegas dia langsung menekan tombol angkat.

“Iya Nadhifa?” Tanya Raja.

“Besok bisa ketemuan di cafe biasa kita makan?” Tanya Nadhifa dengan nada sedikit tidak seperti biasanya.

“Tentu. Memangnya ada apa?” Tanya Raja penasaran.

“Nanti saja disana aku ceritanya. Makasih ya. Udah malam, cepetan tidur gih. Selamat malam. Mimpi indah.” Ucap Nadhifa lalu menutup telponnya.

“Malam.” Balas Raja.

Raja mulai mematikan lampu kamarnya dan berbaring dikasur empuk miliknya. Dia mulai berfikir ada yang aneh dengan orang yang dia sukai itu. Nadhifa. Memang selama ini Raja belum mengungkapkan perasaannya ke Nadhifa tapi Raja berfikir mungkin itu tidak perlu dilakukan toh mereka sudah sangat dekat.

Tapi bagaimanapun perasaan itu harus segera dia ungkapkan kepada Nadhifa, mungkin besok waktu yang tepat untuk melakukannya. Batin Raja lalu mulai memejamkan matanya.

Hari yang cerah menyapa pagi ini. Karena ada jadwal dikampus yang mengharuskannya datang pagi. Sebelum berangkat Raja melihat ponselnya dan ada satu sms masuk, setelah dibuka ternyata dari Nadhifa.

‘Jam 2 siang yah. Jangan lupa.’ Tulisnya di pesan singkat itu.

Raja sedikit tersenyum dan kembali memasukan hpnya kedalam saku celana depannya. Masuk mobil kemudian berangkat menuju kampusnya.

Setelah selesai UAS dan sedikit mengerjakan tugas. Raja langsung berangkat menuju cafe yang biasa mereka kunjungi. Meskipun waktu belum menunjukan pukul 2 tepat tapi Raja berfikir lebih baik menunggu daripada ditunggu oleh Nadhifa.

Sesampainya disana, setelah memarkirkan mobilnya. Raja masuk ke cafe itu dan mendapati ternyata Nadhifa sudah lebih dulu berada disana. Raja berjalan cepat kearah meja tempat Nadhifa berada.

Suasana didalam cafe itu cukup nyaman karena diputar juga lagu-lagu hits masa kini disana.

“Hai, sudah lama?” Tanya Raja langsung mengambil posisi duduk yang berhadapan.

“Hai, nggak juga kok.” Balas Nadhifa.

“Begitu ya.” Ucap Raja. Nadhifa melihat Raja dengan lekat. Merasa sangat diperhatikan membuat Raja sedikit canggung dan grogi.

“Nadhifa?” Tanya Raja yang membuyarkan lamunan Nadhifa.

“Ahh maaf.” Ucap Nadhifa salah tingkah.

“Ada apa? Apa ada yang menempel di wajahku?” Tanya Raja sambil meraba-raba wajahnya sendiri.

“Bukan apa-apa.” Ucap Nadhifa.

“Begitu. Ohh iya, katanya mau ada yang kamu bicarakan disini? Tentang apa?” Tanya Raja. Nadhifa sedikit terdiam, seperti bingung memulainya dari mana.

“Itu..” Ucap Nadhifa terbata-bata.

“Itu apa?” Tanya Raja.

“Maaf.” Ucap Nadhifa sambil sedikit menunduk. Mendengar perkataan maaf dari Nadhifa tentu saja membuat Raja menerka-nerka hal yang tidak baik nantinya yang akan dibicarakan.

“Kenapa kamu minta maaf?” Tanya Raja yang memasang wajah penuh keseriusan.

“Maaf sebelumnya karena aku baru bilang sekarang.” Ucap Nadhifa. Raja masih diam untuk mendengar penjelasan Nadhifa.

“Ayah dan Ibuku menyuruhku untuk tinggal bersama mereka di Jepang.” Ucap Nadhifa dengan berat. Raja masih mencerna kata-kata Nadhifa barusan. Jepang?

“Apa maksudnya?” Tanya Raja lirih.

“Ayah dan Ibuku bilang sangat khawatir denganku karena berada disini sendirian. Jadinya mereka menyuruh aku untuk menyusul mereka dan tinggal disana agar aku berada dalam pengawasan mereka.” Jelas Nadhifa. Membuat Raja sedikit terdiam dan termenung.

“Kapan?” Tanya Raja.

“Besok.” Ucap Nadhifa.

“Jadi kamu benar-benar akan pergi?” Tanya Raja. Nadhifa sedikit mengangguk. Raja menghembuskan nafasnya kencang kemudian memegang kedua tangan Nadhifa.

“Tidak apa. Aku tidak marah. Hanya mengenalmu saja membuat hidupku berubah drastis. Semuanya adalah keputusanmu. Aku tidak ada hak untuk melarangmu menemui kedua orang tuamu.” Ucap Raja. Nadhifa hanya terdiam sambil melihat Raja dengan tatapan berkaca-kaca.

“Terimakasih ya.” Ucap Raja lirih. Nadhifa menggenggam erat tangan Raja.

“Terimakasih sudah menemani aku disaat saat yang sulit ketika David tiada. Terimakasih karena sudah sering datang kerumahku hanya untuk menghiburku. Terimakasih karena kamu, hatiku yang kosong akhirnya sudah terisi penuh oleh kehadiranmu.” Ucap Raja yang membuat Nadhifa hanya terdiam mendengar penuturan Raja.

“Nad aku juga mau bilang sesuatu sama kamu.” Lanjut Raja. Nadhifa merasa jantungnya berdetak cukup kencang mendengar hal itu. Hal yang ditakutinya.

“Aku suka sama kamu.” Ucap Raja dengan mantap. Nadhifa terdiam sejenak mendengar hal itu. Ternyata benar. Sesuatu yang benar-benar ditakutinya akhirnya terjadi.

Nadhifa tidak bisa membohongi hatinya kalau dia masih memiliki rasa pada Austin. Disamping itu Nadhifa juga tidak mau membuat Raja kecewa terlalu dalam nantinya.

“Maukah kamu jadi pacar aku Nad?” Tanya Raja sambil memegang erat tangan Nadhifa yang sudah meneteskan air matanya

“Maaf Raja.” Ucap Nadhifa membuat Raja melihat kearahnya dengan tatapan yang penuh tanya.

“Kenapa?” Tanya Raja melas.

“Aku masih takut. Jujur aku masih memiliki rasa sama Austin sampai sekarang. Dan aku takut jika kita melakukan suatu hubungan malah akan ngecewain kamu nantinya” Ucap penuturan Nadhifa yang membuat Raja terbengong dan juga sedikit tersenyum

“Begitu.” Ucap Raja.

“Jangan memaksakan hatimu Nad. Yang kulakukan hanyalah sebuah saran dari David dulu. Jadi, mau sama siapapun kamu nantinya. Aku tidak peduli. Asal kamu bahagia, itu sudah sangat cukup buatku.” Ucap Raja.

“Apa kita akan bertemu lagi?” Tanya Nadhifa yang masih meneteskan air mata.

“Aku harap.” Ucap Raja yang melepaskan genggaman tangannya.

Setelah mengobrol sesuatu yang membuat hati Raja sangat rapuh, Raja berencana untuk langsung pulang mengistirahatkan pikiran dan juga hatinya.

“Kalau begitu lebih baik kamu pulang dan beristirahat. Jangan sampai sakit. Salam ya ke Ayah dan Ibumu disana.” Ucap Raja. Nadhifa sedikit mengangguk yang matanya masih berkaca-kaca.

Besok paginya jam 9.30 di bandara, seperti yang sudah dijadwalkan, Nadhifa akan berangkat jam 10. Yansen, Austin, Howard dan Rangga sudah berada disana untuk mengantarnya dan mengucapkan salam perpisahan. Sementara Raja tidak mengetahui soal keberangkatan Nadhifa. Yang dia tahu hanyalah bahwa hari ini Nadhifa akan berangkat ke Jepang.

“Aku bakalan kangen Nad.” Ucap Austin. Nadhifa hanya tersenyum.

“Aku juga.” Ucap Nadhifa.

“Nadd, lu tega sih ninggalin gue.” Ucap Yansen sambil memeluk Nadhifa dengan erat.

“Duhh pengen juga dong dipeluk.” Ucap Rangga pelan. Howard kemudian menyikut Rangga.

“Yansen, jaga diri lo baik-baik yah, janji. Kita bakal ketemu lagi kok.” Ucap Nadhifa. Yansen hanya mengangguk, air matanya sedikit keluar.

“Austin.” Panggil Howard.

“Apa?” Tanya Austin.

“Lu ngga ngucapin apa-apa lagi gitu.” Ucap Howard. Austin hanya mengangkat satu alisnya.

“Yaa mau apa lagi? Bingung gue.” Ucap Austin yang menggaruk kepala meski nggak gatal.

“Ya sebagai salam perpisahan ngelakuin apa kek.” Ucap Rangga yang melirik ke arah lain.

“Lu mau kita ngelakuin apa emang?” Tanya Austin yang juga bingung dengan maksud dari Rangga.

“Yaa kecup hangat mungkin dari bibir ke bibir.” Ucap Rangga asal.

“Lu jadi orang, mesumnya udah kebangetan deh.” Ucap Yansen.

“Ga mungkin lah, ini kan tempat umum.” Timpal Nadhifa.

“Ohh, jadi kalo ini bukan tempat umum kalian mau gitu ngelakuinnya?” Tanya Rangga dengan polosnya. Kemudian disambut sikutan dari Howard.

“Mulut lo lemes banget, pikir dulu kenapa sih.” Omel Howard.

“Tau nih rese banget jadi orang.” Ucap Austin kemudian mencekik Rangga dengan keras.

Mereka semua tertawa dengan tingkah yang dilakukan oleh Austin dan Rangga itu. Namun, didalam hati Nadhifa masih ada sedikit rasa kasihan dan juga simpati atas apa yang dia katakan pada Raja tempo hari. Dia khawatir jika nantinya Raja akan kembali ke masa gelapnya ketika ditinggal pergi oleh sahabat baiknya. Tapi bagaimanapun juga Nadhifa tidak bisa berbuat banyak kali ini. Orang yang dia sukai masih sama, yaitu Austin. Meski sering kali bertengkar, tapi mereka tidak pernah saling marahan sama sekali. Hatinya jelas tidak bisa berbohong. Kalau dibilang ada rasa tentu saja ada rasa suka Nadhifa pada Raja, namun itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan hatinya yang sudah ada Austin yang mengisinya.

Panggilan dari pesawat yang akan ditumpangi oleh Nadhifa terdengar.

“Ehh itu pesawat lu kan?” Tanya Yansen.

“Iya nih, kayaknya waktu kita Cuma nyampe disini aja. Semoga kita bertemu lagi ya.” Ucap Nadhifa.

“Ngga usah khawatir, ntar kita nyusul lo ke Jepang ye kan?” Tanya Rangga sambil melirik ke Howard.

“Kenapa lu liatnya ke gue?” Tanya Howard bingung.

“Lah kan elu juga orang sana. Sabi lah kalo misalnya ajak kita-kita liburan ke Jepang ya ga?” Ucap Rangga sambil melipatkan kedua tangannya didepan dadanya.

“Wahh boleh tuh, seru juga.” Ucap Yansen dengan antusias.

Panggilan dari pesawat yang akan ditumpangi oleh Nadhifa terdengar sekali lagi.

“Kalau begitu, gue pamit ya.” Ucap Nadhifa yang mulai berjalan menuju tempatnya.

“Hati-hati Nad.” Ucap Yansen.

“Dadaahhh.” Ucap Rangga dengan keras sambil melambaikan tangannya diikuti oleh mereka semua.

Di tempat lain Raja berjalan menuju pusara makam David. Rasa sesak dan sakit tentu menjalar pada tubuh Raja saat ini. Bagaimana tidak? Seseorang yang bisa membuatnya sedikit tertarik, seseorang yang membuatnya sedikit berubah, bahkan seseorang yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa akan pergi meninggalkannya.

Raja mengutuk pada dirinya sendiri, jadi seperti ini rasanya sakit hati? Sesuatu yang baru dirasakan Raja selama dia hidup. Sekarang tidak akan ada lagi orang yang menghiburnya dikala dia sedang terpuruk. Tidak akan ada lagi orang yang sangat pengertian padanya. Sesuatu yang dirasa mungkin mati adalah jalan berikutnya.

Raja kemudian duduk disamping pusara makam David sambil sedikit tersenyum.

“Apa kau tahu seperti apa rasanya dikhianati oleh sesuatu yang sangat kau percayai dan kau anggap penting bagi dirimu?” Ucap Raja sendiri.

“Aku, baru saja merasakannya.” Lanjutnya yang tidak dia sadari kalau air matanya sudah menetes keluar.

“Tapi, meski aku akhirnya hanya menjadi sebuah pijakan agar dia bahagia. Aku tidak pernah keberatan sama sekali. Demi seseorang yang aku sayang, aku rela melakukannya. Meski pada akhirnya dia bahagia dengan orang lain.” Ucap Raja lagi.

Tanpa disadari Raja, Yuriva berada dibelakangnya dan mendengar semua keluh kesah sang kakak yang membuatnya juga meneteskan air matanya. Ketika dirumah, Yuriva merasa ada yang salah dengan kakaknya. Makanya dia mengikuti kakaknya dari belakang dan sampailah dia ditempat ini

Dengan cepat Yuriva memeluk Raja dari belakang menyadari ada seseorang yang memeluknya. Raja yakin kalau itu adalah adiknya. Benar. Raja masih memiliki sebuah keluarga kecilnya. Keluarga yang masih membutuhkan perlindungannya, seorang adik yang masih perlu pengawasannya. Hampir saja Raja mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya hanya karena seorang pujaan hatinya.

Kata orang tangisan seorang laki-laki karena dikhianati oleh wanita yang dicintainya merupakan rasa sayang yang sangat tulus dan tidak dibuat-buat. Namun pada kenyataannya banyak wanita yang berpura-pura berpaling dari kenyataan itu. Dan tetap mengikuti intuisi mereka dan mengabaikannya sampai akhirnya dia tersadar kalau dia sudah salah jalan.

Seseorang tidak akan pernah menemukan apa yang ia cari kalau tidak memperhatikan hal-hal sekitar mereka dan hanya fokus pada tujuannya. Karena seyogyanya apa yang ia cari bukan terfokus pada tujuan akhir, namun hal-hal kecil yang membuat dan membantu dia mencapai tujuan itu sendiri.

Dareka No Tame Ni Bagian 12



Raja dan Nadhifa semakin hari semakin dekat, mereka sering jalan bareng, nonton, makan, bahkan tiap hari liburpun Raja ataupun Nadhifa bergantian main ke rumah masing-masing. Kini senyuman dan kebahagiaan yang hanya bisa dibuat oleh Ayahnya Raja dan juga David telah berhasil turun ke Nadhifa.

Tanpa sadar Nadhifa sudah jatuh hati pada Raja. Austin beberapa kali sempat menyatakan perasaannya pada Nadhifa tapi berulang kali juga Nadhifa menolaknya. Namun, ada rasa sedikit kegelisahan di hati Nadhifa. Jujur saja, dia sebenarnya masih memiliki rasa sama Austin, bisa dibilang mungkin lebih besar perasaannya pada Austin dibandingkan dengan Raja. Dan tentu saja hal itu menjadikan sedikit konflik didalam hatinya. Yansen sebagai sahabat dekatnya mendukung penuh keputusan Nadhifa apapun itu. Malam hari mereka sedang jalan-jalan di mall, karena Nadhifa meminta Raja untuk menemaninya berbelanja.

“Jadi, selanjutnya kemana kita?” Tanya Raja sambil memegang erat tangan Nadhifa.

“Makan yuk, laper nih.” Ajak Nadhifa.

“Hee? Disini?” Tanya Raja.

“Iya. Memangnya kenapa?” Tanya Nadhifa.

“Kamu tau, aku kan tidak terlalu suka dengan menu makanan di mall.” Ucap Raja. Nadhifa memasang ekspresi cemberut.

“Yahhh.” Keluh Nadhifa.

“Kalau memang kamu mau makan disini, yaudah ayuk. Tapi aku Cuma nemenin doang yah. Ga selera soalnya.” Ucap Raja.

“Ga enak dong Raja!!” Ucap Nadhifa.

“Ya terus?” Tanya Raja. Dari jauh, Raja melihat orang yang mirip dengan David sedang berjalan mendekatinya.

“Kenapa?” Tanya Nadhifa sambil melihat kearah Raja lihat.

“Dia.” Ucap Raja pelan.

“Lohh itu kan David? Kok bisa?” Ucap Nadhifa yang bertanya-tanya. Mereka bertiga berpapasan.

“Kau orang yang di pemakaman itu.” Ucap Surya.

“Ya. Sedang apa kau disini?” Ucap Raja sinis.

“Jangan bicara dengan nada tidak suka begitu.” Ucap Surya.

“Ada apa?” Tanya Raja. Nadhifa menatap lekat orang itu.

“Sebelumnya perkenalkan. Aku Surya, adik kandungnya David.” Ucap Surya.

“Siapa peduli. Cepatlah katakan, apa maumu?” Tanya Raja.

“Jangan disini. Bagaimana kalau diluar.” Ajak Surya.

“Tentu.” Ucap Raja.

Kebetulan didekat mall itu ada sebuah taman kecil yang terdapat satu bangku panjang kosong yang sekitarnya dihiasi rumput dan juga pepohonan yang tidak terlalu tinggi.

“Ada apa? Cepat katakan.” Tanya Raja to the point.

“Aku hanya ingin mengenal lebih jauh tentang kakakku.” Ucap Surya.

“Apa maksudmu?” Tanya Raja yang masih sulit mencerna kata-kata Surya.

“Aku tau dari Ayah kalau kau adalah sahabat terdekatnya. Sangat dekat. Tolong ceritakan padaku tentang kehidupan kakakku sebelum dia meninggal.” Pinta Surya.

“Dasar!! Sebelumnya kau tau dari mana kalau aku ada ditempat ini?” Tanya Raja.

“Sebelum kesini tentunya aku berkunjung kerumahmu. Tapi kau tidak ada disana dan ibumu memberitahuku kalau kau sedang berada disini.” Ucap Surya.

“Begitu.” Ucap Raja.

“Jadi? Mau menceritakannya padaku?” Tanya Surya yang masih berharap.

“Kau.. setelah kau tau mengenai kakakmu. Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Tanya Raja.

“Soal itu. Aku masih memikirkannya.” Jawab Surya.

“Apa maksudmu.” Tanya Raja lagi.

“Aku tidak berencana untuk tinggal lama disini. Lusa aku akan kembali ke Jepang. Jadi sebelum aku pergi, aku ingin mengetahui siapa kakakku dan bagaimana sikapnya. Bahkan bumi pun tidak mengijinkan kita untuk bertemu satu sama lain. Kumohon!” Ucap Surya. Raja sedikit menunduk dan memikirkannya. Semua keputusannya berada ditangannya sendiri.

“Baiklah. Akan kuceritakan semua yang kutau tentang David. Aku harap ini bisa menjawab rasa penasaranmu.” Ucap Raja. Surya tersenyum lebar. Begitu juga dengan Nadhifa.

“Terimakasih.” Ucap Surya sambil sedikit membungkuk.

Raja menceritakan semua yang dia ketahui mengenai David kepada Surya. Mulai dari awal dia bertemu sampai sebelum dia wafat. Surya mendengarkan dengan seksama dan sangat antusias bisa mengenal sosok kakaknya lebih jauh lagi.

“Pokoknya. Dia adalah seorang sahabat yang tidak tergantikan. Selalu membantuku saat keadaan sulit, dan selalu menemaniku saat aku merasa kesepian. Sepertinya tidak akan ada orang seperti dia lagi didunia ini.” Ucap Raja.

“Lalu, mengenai pacar kakakku. Bisa kau ceritakan lebih detail mengenai Shania Gracia.” Pintanya. Raja menoleh dengan tatapan bertanya-tanya.

“Kenapa kau ingin tau tentangnya?” Tanya Raja.

“Rencananya sebelum aku pergi, aku ingin menemuinya.” Ucap Surya.

“Jangan bercanda!!! Kau tau kan perasaan dia sedang tidak stabil. Kenapa kau ingin menemuinya saat dia sedang berusaha untuk melupakan sosok wajah kakakmu yang saat ini melekat pada dirimu.” Ucap Raja sambil berjalan mendekatinya.

“Aku tau!! Justru karena hal itu aku ingin menemuinya.” Ucap Surya.

“Apa yang kau bicarakan bodoh?” Tanya Raja.

“Aku ingin bertemu dengannya karena ingin menjelaskan tentang keberadaanku disini. Dan juga agar dia bisa menerima kenyataan bahwa kakakku memang sudah tiada, Dan yang ada disini sekarang adalah orang yang berbeda. Aku hanya ingin dia sadar dan bisa menerima keberaadaanku sebagai Surya, bukan David.” Ucap Surya.

“Kalau soal itu biar aku yang berbicara padanya.!!” Usul Raja.

“Tidak. Aku akan menemuinya sendiri.” Ucap Surya.

“Jangan melakukan hal yang bodoh!!!” Ucap Raja dengan sedikit emosi.

“Kalau terus dibiarkan. Dia akan terbebani pikiran yang berat dan justru akan semakin mengancam jiwanya. Aku akan menjelaskan semuanya sendiri.” Ucap Surya.

“Kau benar-benar keras kepala.” Ucap Raja.

“Kau pikir aku adiknya siapa?” Tanya Surya sambil tersenyum. Raja menatap sekilas Surya, sekejap dia melihat sosok David disana. Sifatnya yang memang sama keras kepalanya dengan sang kakak membuat Raja berhalusinasi tentang David.

“Kalau begitu besok aku ikut denganmu.” Ucap Raja.

“Ha? Kau tidak perlu....” Ucap Surya.

“Aku hanya akan mengawasimu agar tidak melakukan tindakan bodoh.” Ucap Raja. Surya sedikit tersenyum.

“Baiklah. Besok, jam 10 pagi.” Ucap Surya.

“Ya.” Balas Raja kemudian berjalan kearah Nadhifa yang sedang duduk manis dikursi panjang.

“Pulang?” Tanya Raja. Nadhifa hanya mengangguk dan sedikit tersenyum kemudian berdiri.

Didalam mobil saat perjalanan pulang, baik Nadhifa maupun Raja saling membisu. Tidak ada yang memulai percakapan sehingga membuat perasaan canggung keduanya.

“Raja.” Ucap Nadhifa membuka percakapan.

“Ya?” Tanya Raja. Nadhifa seperti ragu untuk mengatakan sesuatu.

“Tidak.” Ucapnya sambil tersenyum. Raja merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Tapi bagaimanapun itu haknya Nadhifa mau berbicara atau tidak.

Esok paginya jam 10 tepat Surya dan Raja sudah berada di rumah sakit ditemani oleh Ayahnya David. Mereka bertemu dengan kedua orang tua Gracia terlebih dulu. Tentu saja mereka sangat terkejut melihat ada orang yang sangat mirip dengan David. Tapi ayahnya David menjelaskan semuanya.

Mereka semua berada diluar ruangan karena hari ini didalam ada pemeriksaan dokter. Tidak lama kemudian Raja melihat Anin yang baru datang. Sepertinya dia datang untuk menjenguk, sama halnya seperti yang lainnya. Anin dengan ekspresi terkejut dan penuh tanya melihat Surya dengan lekat.

“David.” Ucap Anin pelan. Raja tersenyum dan menghampirinya.

“Kau pasti mengira dia David ya kan?” Tanya Raja. Anin menatapnya dan sedikit mengangguk.

“Pertama kali aku melihatnya aku juga sempat mengira hal yang sama denganmu. Tidak, mungkin dengan semua orang yang ditemuinya.” Ucap Raja. Anin terlihat bingung dengan penjelasan Raja.

“Apa maksudnya?” Tanya Anin.

“Dia, saudara kembarnya David.” Ucap Raja terus terang.

“Tidak mungkin.” Ucap Anin.

“Aku tau, sulit untuk menerimanya. Tapi kenyataannya dia memanglah saudaranya.” Ucap Raja meyakinkan.

“Lalu Gracia?” Tanya Anin yang sedikit khawatir.

“Gracia pernah bertemu dengannya sekali. Tentu saja perasaannya campur aduk ketika melihat wajah seseorang yang sangat mirip dengan kekasihnya yang sudah tiada.” Ucap Raja.

“Gracia.” Ucap Anin pelan. Raja hanya tersenyum.

“Tetaplah berada disampingnya.” Ucap Raja lalu berjalan mendekati Surya.

Beberapa saat kemudian Dokter keluar dari ruangan Gracia dan menjelaskan semua kondisinya saat ini pada keluarganya. Dan dengan beberapa terapi pelatihan berjalan Gracia akan bisa menggerakan kakinya seperti biasa, tentu saja itu merupakan kabar gembira yang didapat kedua orang tua Gracia dan juga semua orang disana.

“Apa boleh aku masuk sekarang?” Tanya Surya kepada kedua orang tua Gracia. Mereka hanya membalasnya dengan tersenyum sambil mengangguk.

“Ayo.” Ucap Raja. Surya kemudian melihat Raja dan mengangguk lalu mulai berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.

Terlihat Gracia sedang berbaring. Matanya terbuka dan tentunya menyadari kedatangan mereka berdua kedalam kamarnya. Dengan ekspresi yang tersirat tatapan rindu pada David, Gracia melihat Surya begitu dalam.

“Halo.” Sapa Surya. Gracia tebangun dari lamunannya.

“Iya.” Ucapnya dengan lemas

“Gimana keadaanmu?” Tanya Surya basa basi.

“Aku mungkin sudah sedikit baikan.” Jawab Gracia dengan sedikit lemas.

“Boleh aku duduk didekatmu?” Tanya Surya.

“Tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian mengambil kursi dan meletakannya disamping tempat tidur Gracia. Raja hanya memperhatikan mereka didekat pintu.

“Aku datang kesini hanya ingin bertemu denganmu.” Ucap Surya. Mendengar hal itu membuat detak jantung Gracia berdetak cepat, dia merasakan yang berbicara itu David bukan orang lain.

“Benarkah?” Tanyanya sambil terisak tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

“Iya. Aku ingin bertemu dengan pacar kakakku. Dan menjelaskan bahwa aku bukanlah dia.” Ucap Surya. Gracia terdiam.

“Mungkin kedatanganku ke sini bukan diwaktu yang tepat. Tapi setidaknya aku berhasil menjawab rasa penasaranku mengenai Ayah kandungku dan juga saudara kandungku yang berada disini.” Ucap Surya. Mata Gracia perlahan meneteskan air matanya.

“Aku ingin dikenal sebagai Surya, bukan David. Aku sangat menghormati kakakku meski belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Meski sambil bercanda Ayahku memberitahuku jika ingin bertemu dengan kakakku, cukup lihat cermin dan aku akan melihat kakakku sendiri. Sangat lucu bukan?” Ucap Surya sambil tersenyum.

“Kau tau. Setelah aku mengetahui kepergian kakakku, didalam hatiku aku merasa sangat menyesal. Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu kalau aku memiliki sebuah keluarga disini? Mungkin situasinya akan berbeda jika aku menyadarinya lebih awal. Aku ingin sekali berbagi cerita dengan saudaraku sendiri. Aku suka iri melihat orang lain begitu akrab dengan saudara mereka. Didalam hatiku aku terus merasakan seperti memilikinya. Tapi siapa dan dimana dia aku tidak tau.” Ucap Surya.

“Aku tidak tau ini ada hubungannya atau tidak. Tapi David sempat bercerita padaku kalau dia sangat ingin sekali memiliki seorang adik atau saudara kandung yang mengalir darah keturunan yang sama.” Ucap Raja.

“Benarkah?” Tanya Surya sambil menatap ke arah Raja.

“Aku pikir itu hanya sebuah kiasan, tapi mungkin bisa juga itu sebuah isyarat atau pertanda kalau memang dia memilikinya. Dan sekarang, adik kandungnya sedang berada dihadapanku. Sungguh sebuah realita yang mengejutkan.” Ucap Raja sambil tersenyum.

“Yang paling menyesal adalah aku.” Ucap Gracia sambil berusaha menahan tangisnya.

“Gracia.” Ucap Surya.

“Sebelum kecelakaan itu. Aku bersikap sangat egois padanya, aku hanya merasa kesal karena dia melarangku untuk tidak terlalu mencampuri urusan pribadi Raja. Aku sangat kesal dan marah, aku puasa bicara waktu itu bahkan di mobil sekalipun. Sampai kejadiannya terjadi begitu cepat. Kecelakaan itu..” Ucap Gracia yang terisak sambil memeluk lututnya lalu membenamkan wajahnya. Surya hanya tersenyum sambil mengusap rambut Gracia dengan lembut.

“Semuanya bukan salahmu.” Ucap Surya. Sekilas Raja dan Gracia merasakan kalau David lah yang mengatakan itu.

“David.” Ucap Raja pelan.

“Semuanya sudah digariskan. Jadi tidak usah merasa bersalah seperti itu.” Ucap Surya. Gracia masih diposisi sama.

“Aku akan kembali ke Jepang besok pagi.” Lanjut Surya. Gracia kemudian mengangkat kepalanya mendengar itu.

“Aku punya permintaan sebelum aku pergi. Bolehkan?” Tanya Surya.

“Te-tentu.” Ucap Gracia. Surya kemudian memegang tangan Gracia dengan kedua tangannya.

“Aku ingin kamu segera mengikhlaskan kepergian kakakku, dan Aku juga ingin kamu mengenalku sebagai Surya bukan David, mau ya?” Tanya Surya, Gracia sedikit mengangguk.

“Jadi ketika nanti aku kembali kesini. Aku ingin mengobrol denganmu sebagai Surya bukan David.” Lanjut Surya. “Janji?” Tanya Surya sambil mendekatkan jari kelingkingnya ke hadapan Gracia. Gracia kemudian melingkarinya dengan jari kelingking miliknya.

“Terimakasih.” Ucap Surya sambil tersenyum. Melihat mereka berdua juga membuat Raja sedikit terharu. Tidak salah jika dia jadi adiknya David.