Sunday, April 16, 2017

Dareka No Tame Ni Bagian 7



Dibawah hujan deras, Raja terus memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Berharap segala sesuatu yang dia dengar dari ibunya hanyalah sebuah kebohongan, dia terus menerus berdoa dan menangis sepanjang jalan.

Ditengah jalan terlihat banyak orang yang berkumpul, sepertinya ada sebuah kecelakaan. Raja memperlambat laju motornya sambil melihat sekitar. Mobil!! Itu adalah mobil David dan Gracia. Mereka terlibat kecelakaan, seperti yang dikatakan ibunya Raja. Raja kemudian bergegas turun dari motor dan bertanya pada warga setempat mengenai temannya.

“Permisi. Korban kecelakaannya bagaimana?” Tanya Raja.

“Ohh mereka sudah dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun salah satu korban benar-benar mengalami kondisi yang buruk.” Ucap salah seorang warga laki laki.

“Keadaannya sudah benar-benar kritis. Semoga mereka membawa kedua korban tepat waktu ke rumah sakit.” Ucap seorang warga yang lain.

“Terimakasih.” Ucap Raja kemudian bergegas mengendarai motornya ke rumah sakit terdekat.

Sementara itu dirumah sakit, Kedua orang tua Gracia, dan ayahnya David sedang berdoa untuk kesembuhan mereka. Ibunya Gracia masih sangat histeris dan belum berhenti menangis. Anin yang baru datang kemudian langsung memeluk ibunya Gracia.

“Bagaimana keadaanya Tan?” Tanya Anin yang juga ikut bersedih.

“Ibu tidak tau, saat ini dokter sedang menanganinya.” Ucap Ibunya Gracia yang memeluk Anin dengan erat. Ayahnya Gracia yang sedih juga menenangkan istrinya agar tetap percaya kalau anaknya akan baik-baik saja.

Dokter yang dari dalam ruangan kemudian keluar yang langsung diserbu pertanyaan mengenai bagaimana keadaan mereka berdua.

“Dok, Gracia bagaimana? Dia baik baik saja kan?” Tanya Ibunya Gracia yang begitu penasaran dengan keadaan anaknya saat ini.

“Sulit mengatakan kalau Gracia baik-baik saja. Saat ini dia mengalami kerusakan pada saraf kakinya yang menyebabkan kelumpuhan sementara.” Ucap Dokter.

“Lalu bagaimana dengan keadaan anak saya?” Tanya Ayahnya David.

“Dia mengalami pendarahan diotak yang sangat banyak, lukanya pun terbilang cukup parah.” Ucap Dokter.

“Apa maksudmu? Bagaimana keadaan David? Apa dia selamat?” Tanya Ayahnya David dengan sedikit emosi.

“Untuk David.... dia sudah tidak ada.” Ucap Dokter, Ayah David benar-benar tidak percaya, secepat itukah David pergi? Ayahnya David benar-benar tidak bisa menahan rasa sedihnya. Dia menutup mata sambil terduduk. Seseorang yang selalu bersama dengannya kini sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

“Yang sabar ya pak. Tetap berdoa untuk kebahagiaan David.” Ucap Dokter kemudian pergi.

“Ya, makasih dok.” Ucap Ayahnya David yang masih diposisi yang sama.

“Saya turut berduka atas meninggalnya David.” Ucap Ayahnya Gracia.

“Ya.” Ucap Ayahnya David.

“David orang yang baik. Raja pasti sangat terpukul mendengar berita ini.” Ucap Ayahnya Gracia.

“Bagaimana dengan Raja? Apa dia tau hal ini?” Tanya Ayahnya David.

“Dia mungkin sedang dalam perjalanan menuju kemari.” Ucap Ayahnya Gracia.

“Raja.” Ucap Anin yang mengkhawatirkan Raja. Keluarga Gracia, David dan Raja memang sangat dekat. Selain karena mereka bertiga juga sangat dekat dan menganggap semuanya adalah bagian dari keluarga. Ayahnya David kemudian menghubungi Ibunya Raja mengenai kondisi yang dialami David saat ini. Setelah mengirim pesan, Ayahnya David kemudian pergi mengurus tentang jenazah David ke pihak rumah sakit.

“Tante.” Ucap Anin lalu memeluk erat Ibunya Gracia.

“Tante juga khawatir dengan Gracia. Tante takut, dia tidak bisa menerima kenyataan ini.” Ucap Ibunya Gracia.

“Anin akan terus berusaha memberinya semangat.” Ucap Anin yang masih berada dalam dekapan Ibunya Gracia.

“Terimakasih sayang.” Ucap Ibunya Gracia. Melihat itu, Ayahnya Gracia jadi sedikit tersenyum. Cukup sedih juga mendengar orang yang disayangi dan dicintai oleh putrinya kini telah tiada. Apalagi David merupakan orang yang baik, sangat baik.

Menerima pesan dari Ayahnya David mengenai kondisi terakhir yang dialami David tentu membuat Ibunya Raja sangat terkejut dan sedih. Yuriva juga berada disana disamping Ibunya, memeluknya dengan erat sambil meneteskan air mata. Tidak percaya kalau David akan meninggalkan mereka secepat ini.

“Bu.” Ucap Yuriva yang sangat sedih sambil memeluk Ibunya.

“Iya?” Tanya Ibunya.

“Apa Kak Raja baik-baik saja?” Tanya Yuriva. Ibunya terdiam sejenak, mengingat Raja dan David begitu dekat sejak lama telah saling berbagi kebahagiaan maupun duka.

“Ibu juga tidak tau. Yang jelas, saat ini kita harus terus berada disampingnya. Karena ini adalah masa yang sangat sulit untuk dilalui oleh kakakmu.” Ucap Ibunya Raja.

Sementara itu Raja dengan basah kuyup telah tiba dirumah sakit. Setelah memarkirkan motornya dia langsung berlari kedalam rumah sakit dan bertanya mengenai korban kecelakaan itu. Setelah mendapatkan informasi, Raja lanjut berlari keruangan yang dimaksud.

Melihat Raja yang basah kuyup dan hanya berdiri mematung membuat Anin merasa kasihan padanya. Dia belum bertanya mengenai kondisi David. Dia terlihat sangat lelah dan sedang mengambil nafas karena kecapean berlari. Beberapa saat kemudian dia berjalan mendekati Ayahnya David yang memang sudah menunggu kedatangan Raja disana.

“Bagaimana keadaannya om?” Tanya Raja. Ayahnya David terdiam sejenak sambil berusaha menahan air matanya keluar. Beliau tidak tega melihat sahabat terdekatnya akan sangat kehilangan sosok David. Tapi bagaimanapun juga Raja harus tau yang sebenarnya. Ayahnya David kemudian mendekati Raja.

“Yang sabar yah.” Ucap Ayahnya David. Mendengar kata kata itu membuat Raja sangat shock, apa maksudnya dan memangnya kenapa dengan David? Dia baik baik saja kan? Lukanya bisa disembuhkan kan? Mungkin itulah harapan yang ada dibenak Raja saat ini.

“Apa maksudnya?” Tanya Raja lirih.

“David sudah tiada. Lukanya sangat parah dan mustahil untuk disembuhkan.” Ucap Ayahnya David. Seakan tidak percaya, Raja menatap tajam Ayahnya David.

“Apa yang barusan om katakan? Kenapa bicara seperti itu sama anak om sendiri!!?” Ucap Raja dengan penuh emosi.

“Semuanya benar Raja. David sudah pergi meninggalkan kita selamanya.” Ucap Ayahnya David

“Tidak mungkin. Om pasti bercanda kan? Sebenarnya dia baik baik saja kan?” Isak Raja.

“David!! Oi David!! Sadarlah! Aku menunggumu disini.” Teriak Raja. Ayahnya David kemudian memukul Raja hingga duduk tersungkur. Ayahnya David benar-benar tidak bisa menahan kesedihannya. Setelah memukul Raja agar dia sadar, beliau kemudian berjalan pergi meninggalkannya.

“David.. David..” Ucap Raja pelan sambil duduk memeluk lututnya. Anin kasihan melihatnya, dia kemudian berjalan mendekati Raja. Sambil berjongkok dia kemudian mengelus pundak Raja. Memberinya semangat, karena hanya itulah yang dia bisa lakukan saat ini.

Sesuatu pasti akan hilang dari pandangan dan jangkauan kita, karena didunia ini tidak ada hal yang abadi kecuali Tuhan. Saat seseorang merasa dekat dan nyaman dengan orang lain, kemudian dia dipisahkan oleh takdir yang memang tidak bisa dirubah. Tentunya orang itu harus bisa menerimanya. Karena itu merupakan sesuatu yang mutlak yang tidak bisa kita tawar sebelumnya.

Esok hari di pemakaman. Semua teman David datang saat itu, bahkan Nadhifa, Yansen dan Austin pun hadir di upacara pemakaman itu. Setelah semua orang pergi, Raja masih terduduk menatap makam sahabat terbaiknya. Anin dan Yuriva juga masih berada disana, khawatir dengan keadaan Raja.

“Ayo, Nadhifa.” Ajak Austin. Nadhifa tidak mengindahkan perkataan Austin, dia terus memperhatikan seseorang yang sedari tadi duduk sambil menatap lekat ke arah makam David.

“Ada apa dengannya?” Tanya Yansen yang juga bingung dengan sikap Nadhifa akhir-akhir ini.

“Entahlah.” Ucap Austin yang kemudian melihat kearah Nadhifa lihat.

‘Raja.’ Ucap Austin didalam hati dengan kesal.

Sudah sekitar 1 minggu setelah kepergian David, Raja memang selalu masuk kuliah. Tapi, dirinya kini sangat kekurangan fokus, tidak semangat dan bahkan ketika Austin dan kawannya memukuli Raja karena kesal telah menyita perhatian Nadhifa, Raja tidak melawan sama sekali.

Yuriva dan Ibunya berusaha agar Raja tidak terus larut dalam kesedihan. Nadhifa bahkan hampir setiap hari datang kerumah Raja hanya untuk menyemangatinya kembali, kini Nadhifa sepertinya merasa sangat iba pada Raja. Tidak tega dia melihat orang seperti Raja menjalani hidupnya penuh kesedihan.

Raja benar-benar tenggelam dalam kesedihan. Hidupnya kini dinilai sudah tidak berharga lagi, dia bahkan sempat berfikir untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun urung dilakukan karena Nadhifa bersikeras terus mendukung dan menyemangatinya.

Hari libur di pagi hari, Nadhifa berencana berkunjung kembali kerumah Raja untuk mengetahui bagaimana perkembangannya sambil mengajaknya sedikit jalan-jalan.

‘tok tok tok’

Begitulah suara ketukan pintu rumah Raja. Seorang gadis cantik membukakan pintu dari dalam kemudian menyapanya sambil tersenyum dan menyuruhnya untuk masuk kedalam. Mereka kini sedang duduk diruang tamu.

“Bagaimana keadaannya Yuri?” Tanya Nadhifa.

“Sama sekali tidak ada perkembangan.” Ucap Yuriva murung.

“Begitu. Tapi kita tidak boleh menyerah, masih ada banyak cara agar hasrat untuk hidupnya dia kembali seperti semula.” Ucap Nadhifa optimis. Yuriva tersenyum mendengar ucapan Nadhifa, sangat senang mendengarnya. Ternyata ada juga seorang Gadis yang begitu perhatian pada kakaknya.

“Terimakasih.” Ucap Yuriva. Nadhifa terdiam sejenak.

“Terimakasih karena sudah sangat perhatian pada kakakku. Jujur Yuri sendiri tidak tau bagaimana jadinya jika kak Nadhifa tidak pernah datang kesini untuk memberinya semangat. Mungkin....” Ucapan Yuriva dipotong oleh Nadhifa.

“Tidak. Justru aku yang seharusnya bersyukur bisa kenal dengan Raja.” Ucap Nadhifa.

“Ehh? Kenapa memangnya?” Tanya Yuriva.

“Ternyata yang selalu dikatakan orang orang itu tidak sepenuhnya benar bahwa dia hanyalah seorang cyborg kampus, tidak memiliki perasaan dan selalu tidak bisa diandalkan.” Ucap Nadhifa. Yuriva hanya duduk dengan nyaman sambil mendengarkan.

“Waktu kencan kedua kami, bisa dibilang dia cukup perhatian dan berani.” Ucap Nadhifa.

“Hee? Apa maksudnya? Jadi kak Raja sudah dua kali kencan dengan kakak?” Tanya Yuriva yang memang terkejut mendengar pengakuan dari Nadhifa.

“Yah begitulah.” Ucap Nadhifa sambil tersenyum.

*Flashback

Beberapa hari setelah pergi bersenang senang dengan David, Gracia, Yuriva dan Anin. Raja sudah mulai melanjutkan niatnya untuk mengajak Nadhifa kencan lagi. Dan untungnya, Nadhifa menerima ajakan itu. Dengan satu syarat, jangan memberitahukan siapapun mengenai hal ini termasuk kepada David.

Mereka berdua akhirnya pergi kencan berdua. Dimalam hari yang dingin itu mereka memutuskan untuk makan bersama. Bukan disebuah cafe, tapi di tempat langganan Raja yaitu nasi goreng yang katanya sangat lezat.

“Perjanjiannya kan kalau aku menang, aku berhak memilih tempat makannya. Jadi kamu ngga marah kan?” Tanya Raja yang masih merasa sedikit gugup. Mereka sebelumnya memang sempat sedikit beradu argumen mengenai tempat makan. Namun hal itu diselesaikan dengan bersuit. Hasilnya, Raja lah pemenangnya.

“Iya iya. Aku kan sportif orangnya.” Ucap Nadhifa.

“Syukurlah.” Ucap Raja lalu melanjutkan makannya.

Kembali! Suasana hening dan canggung kini merasuki Nadhifa. Dia benar-benar tidak nyaman jika terus berada dalam situasi seperti itu terus.

“Raja.” Ucap Nadhifa sambil mengunyah yang kemudian disambut dengan cepat oleh jari telunjuk Raja yang diarahkannya kedepan bibir Nadhifa.

“Tidak boleh berbicara saat makan.” Ucap Raja. Nadhifa menggerutu didalam hati, kenapa juga dia mau jalan bersama Raja. Apa sebenarnya yang dia lakukan malam itu.

Setelah selesai makan, mereka berencana pergi kesebuah taman. Diperjalanan sambil berjalan.

“Apa kau tidak marah disebut cyborg kampus?” Tanya Nadhifa membuka percakapan.

“Tidak.” Ucap Raja.

“Kenapa?” Tanya Nadhifa.

“Kenapa apanya?” Tanya balik Raja. Nadhifa mulai kesal.

“Kenapa kau tidak marah?” Tanya Nadhifa. Raja terdiam sejenak.

“Kenapa juga aku harus marah.” Ucap Raja.

“Ehh? Apa maksudmu?” Tanya Nadhifa.

“David pernah bilang. Biarkan saja orang-orang berbicara sesuka hatinya tentangmu, yang harus kau lakukan hanyalah menjalani hidup yang kau percayai.” Ucap Raja. Nadhifa berhenti berjalan. Dia mulai bertanya-tanya, apa setulus itukah Raja.

“Jadi kau tidak marah sama sekali?” Tanya Nadhifa.

“Tentu saja aku marah. Tapi, mengumbar amarah adalah sesuatu yang sia sia. Lebih baik melakukan sesuatu yang berguna untuk diriku sendiri.” Ucap Raja. Nadhifa tertegun, dia sangat kagum pada sifat Raja.

Tampak dari depan. Dua orang berbadan besar dan bermuka seram sedang menunggu mereka. Raja mempunyai firasat buruk malam itu.

No comments:

Post a Comment