Dibawah hujan deras, Raja terus memacu motornya dengan
kecepatan tinggi. Berharap segala sesuatu yang dia dengar dari ibunya hanyalah
sebuah kebohongan, dia terus menerus berdoa dan menangis sepanjang jalan.
Ditengah jalan terlihat banyak orang yang berkumpul,
sepertinya ada sebuah kecelakaan. Raja memperlambat laju motornya sambil
melihat sekitar. Mobil!! Itu adalah mobil David dan Gracia. Mereka terlibat
kecelakaan, seperti yang dikatakan ibunya Raja. Raja kemudian bergegas turun
dari motor dan bertanya pada warga setempat mengenai temannya.
“Permisi. Korban kecelakaannya bagaimana?” Tanya Raja.
“Ohh mereka sudah dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun
salah satu korban benar-benar mengalami kondisi yang buruk.” Ucap salah seorang
warga laki laki.
“Keadaannya sudah benar-benar kritis. Semoga mereka
membawa kedua korban tepat waktu ke rumah sakit.” Ucap seorang warga yang lain.
“Terimakasih.” Ucap Raja kemudian bergegas mengendarai
motornya ke rumah sakit terdekat.
Sementara itu dirumah sakit, Kedua orang tua Gracia, dan
ayahnya David sedang berdoa untuk kesembuhan mereka. Ibunya Gracia masih sangat
histeris dan belum berhenti menangis. Anin yang baru datang kemudian langsung
memeluk ibunya Gracia.
“Bagaimana keadaanya Tan?” Tanya Anin yang juga ikut
bersedih.
“Ibu tidak tau, saat ini dokter sedang menanganinya.”
Ucap Ibunya Gracia yang memeluk Anin dengan erat. Ayahnya Gracia yang sedih
juga menenangkan istrinya agar tetap percaya kalau anaknya akan baik-baik saja.
Dokter yang dari dalam ruangan kemudian keluar yang
langsung diserbu pertanyaan mengenai bagaimana keadaan mereka berdua.
“Dok, Gracia bagaimana? Dia baik baik saja kan?” Tanya
Ibunya Gracia yang begitu penasaran dengan keadaan anaknya saat ini.
“Sulit mengatakan kalau Gracia baik-baik saja. Saat ini
dia mengalami kerusakan pada saraf kakinya yang menyebabkan kelumpuhan
sementara.” Ucap Dokter.
“Lalu bagaimana dengan keadaan anak saya?” Tanya Ayahnya
David.
“Dia mengalami pendarahan diotak yang sangat banyak,
lukanya pun terbilang cukup parah.” Ucap Dokter.
“Apa maksudmu? Bagaimana keadaan David? Apa dia selamat?”
Tanya Ayahnya David dengan sedikit emosi.
“Untuk David.... dia sudah tidak ada.” Ucap Dokter, Ayah
David benar-benar tidak percaya, secepat itukah David pergi? Ayahnya David
benar-benar tidak bisa menahan rasa sedihnya. Dia menutup mata sambil terduduk.
Seseorang yang selalu bersama dengannya kini sudah pergi meninggalkannya untuk
selamanya.
“Yang sabar ya pak. Tetap berdoa untuk kebahagiaan
David.” Ucap Dokter kemudian pergi.
“Ya, makasih dok.” Ucap Ayahnya David yang masih diposisi
yang sama.
“Saya turut berduka atas meninggalnya David.” Ucap
Ayahnya Gracia.
“Ya.” Ucap Ayahnya David.
“David orang yang baik. Raja pasti sangat terpukul
mendengar berita ini.” Ucap Ayahnya Gracia.
“Bagaimana dengan Raja? Apa dia tau hal ini?” Tanya
Ayahnya David.
“Dia mungkin sedang dalam perjalanan menuju kemari.” Ucap
Ayahnya Gracia.
“Raja.” Ucap Anin yang mengkhawatirkan Raja. Keluarga
Gracia, David dan Raja memang sangat dekat. Selain karena mereka bertiga juga
sangat dekat dan menganggap semuanya adalah bagian dari keluarga. Ayahnya David
kemudian menghubungi Ibunya Raja mengenai kondisi yang dialami David saat ini.
Setelah mengirim pesan, Ayahnya David kemudian pergi mengurus tentang jenazah
David ke pihak rumah sakit.
“Tante.” Ucap Anin lalu memeluk erat Ibunya Gracia.
“Tante juga khawatir dengan Gracia. Tante takut, dia
tidak bisa menerima kenyataan ini.” Ucap Ibunya Gracia.
“Anin akan terus berusaha memberinya semangat.” Ucap Anin
yang masih berada dalam dekapan Ibunya Gracia.
“Terimakasih sayang.” Ucap Ibunya Gracia. Melihat itu,
Ayahnya Gracia jadi sedikit tersenyum. Cukup sedih juga mendengar orang yang
disayangi dan dicintai oleh putrinya kini telah tiada. Apalagi David merupakan
orang yang baik, sangat baik.
Menerima pesan dari Ayahnya David mengenai kondisi
terakhir yang dialami David tentu membuat Ibunya Raja sangat terkejut dan
sedih. Yuriva juga berada disana disamping Ibunya, memeluknya dengan erat
sambil meneteskan air mata. Tidak percaya kalau David akan meninggalkan mereka
secepat ini.
“Bu.” Ucap Yuriva yang sangat sedih sambil memeluk
Ibunya.
“Iya?” Tanya Ibunya.
“Apa Kak Raja baik-baik saja?” Tanya Yuriva. Ibunya
terdiam sejenak, mengingat Raja dan David begitu dekat sejak lama telah saling
berbagi kebahagiaan maupun duka.
“Ibu juga tidak tau. Yang jelas, saat ini kita harus
terus berada disampingnya. Karena ini adalah masa yang sangat sulit untuk
dilalui oleh kakakmu.” Ucap Ibunya Raja.
Sementara itu Raja dengan basah kuyup telah tiba dirumah
sakit. Setelah memarkirkan motornya dia langsung berlari kedalam rumah sakit
dan bertanya mengenai korban kecelakaan itu. Setelah mendapatkan informasi,
Raja lanjut berlari keruangan yang dimaksud.
Melihat Raja yang basah kuyup dan hanya berdiri mematung
membuat Anin merasa kasihan padanya. Dia belum bertanya mengenai kondisi David.
Dia terlihat sangat lelah dan sedang mengambil nafas karena kecapean berlari.
Beberapa saat kemudian dia berjalan mendekati Ayahnya David yang memang sudah
menunggu kedatangan Raja disana.
“Bagaimana keadaannya om?” Tanya Raja. Ayahnya David
terdiam sejenak sambil berusaha menahan air matanya keluar. Beliau tidak tega
melihat sahabat terdekatnya akan sangat kehilangan sosok David. Tapi
bagaimanapun juga Raja harus tau yang sebenarnya. Ayahnya David kemudian mendekati
Raja.
“Yang sabar yah.” Ucap Ayahnya David. Mendengar kata kata
itu membuat Raja sangat shock, apa maksudnya dan memangnya kenapa dengan David?
Dia baik baik saja kan? Lukanya bisa disembuhkan kan? Mungkin itulah harapan
yang ada dibenak Raja saat ini.
“Apa maksudnya?” Tanya Raja lirih.
“David sudah tiada. Lukanya sangat parah dan mustahil
untuk disembuhkan.” Ucap Ayahnya David. Seakan tidak percaya, Raja menatap
tajam Ayahnya David.
“Apa yang barusan om katakan? Kenapa bicara seperti itu
sama anak om sendiri!!?” Ucap Raja dengan penuh emosi.
“Semuanya benar Raja. David sudah pergi meninggalkan kita
selamanya.” Ucap Ayahnya David
“Tidak mungkin. Om pasti bercanda kan? Sebenarnya dia
baik baik saja kan?” Isak Raja.
“David!! Oi David!! Sadarlah! Aku menunggumu disini.”
Teriak Raja. Ayahnya David kemudian memukul Raja hingga duduk tersungkur.
Ayahnya David benar-benar tidak bisa menahan kesedihannya. Setelah memukul Raja
agar dia sadar, beliau kemudian berjalan pergi meninggalkannya.
“David.. David..” Ucap Raja pelan sambil duduk memeluk
lututnya. Anin kasihan melihatnya, dia kemudian berjalan mendekati Raja. Sambil
berjongkok dia kemudian mengelus pundak Raja. Memberinya semangat, karena hanya
itulah yang dia bisa lakukan saat ini.
Sesuatu pasti akan hilang dari pandangan dan jangkauan
kita, karena didunia ini tidak ada hal yang abadi kecuali Tuhan. Saat seseorang
merasa dekat dan nyaman dengan orang lain, kemudian dia dipisahkan oleh takdir
yang memang tidak bisa dirubah. Tentunya orang itu harus bisa menerimanya.
Karena itu merupakan sesuatu yang mutlak yang tidak bisa kita tawar sebelumnya.
Esok hari di pemakaman. Semua teman David datang saat
itu, bahkan Nadhifa, Yansen dan Austin pun hadir di upacara pemakaman itu.
Setelah semua orang pergi, Raja masih terduduk menatap makam sahabat
terbaiknya. Anin dan Yuriva juga masih berada disana, khawatir dengan keadaan
Raja.
“Ayo, Nadhifa.” Ajak Austin. Nadhifa tidak mengindahkan
perkataan Austin, dia terus memperhatikan seseorang yang sedari tadi duduk
sambil menatap lekat ke arah makam David.
“Ada apa dengannya?” Tanya Yansen yang juga bingung
dengan sikap Nadhifa akhir-akhir ini.
“Entahlah.” Ucap Austin yang kemudian melihat kearah
Nadhifa lihat.
‘Raja.’ Ucap Austin didalam hati dengan kesal.
Sudah sekitar 1 minggu setelah kepergian David, Raja
memang selalu masuk kuliah. Tapi, dirinya kini sangat kekurangan fokus, tidak
semangat dan bahkan ketika Austin dan kawannya memukuli Raja karena kesal telah
menyita perhatian Nadhifa, Raja tidak melawan sama sekali.
Yuriva dan Ibunya berusaha agar Raja tidak terus larut
dalam kesedihan. Nadhifa bahkan hampir setiap hari datang kerumah Raja hanya
untuk menyemangatinya kembali, kini Nadhifa sepertinya merasa sangat iba pada
Raja. Tidak tega dia melihat orang seperti Raja menjalani hidupnya penuh
kesedihan.
Raja benar-benar tenggelam dalam kesedihan. Hidupnya kini
dinilai sudah tidak berharga lagi, dia bahkan sempat berfikir untuk mengakhiri
hidupnya sendiri. Namun urung dilakukan karena Nadhifa bersikeras terus
mendukung dan menyemangatinya.
Hari libur di pagi hari, Nadhifa berencana berkunjung
kembali kerumah Raja untuk mengetahui bagaimana perkembangannya sambil
mengajaknya sedikit jalan-jalan.
‘tok tok tok’
Begitulah suara ketukan pintu rumah Raja. Seorang gadis
cantik membukakan pintu dari dalam kemudian menyapanya sambil tersenyum dan
menyuruhnya untuk masuk kedalam. Mereka kini sedang duduk diruang tamu.
“Bagaimana keadaannya Yuri?” Tanya Nadhifa.
“Sama sekali tidak ada perkembangan.” Ucap Yuriva murung.
“Begitu. Tapi kita tidak boleh menyerah, masih ada banyak
cara agar hasrat untuk hidupnya dia kembali seperti semula.” Ucap Nadhifa
optimis. Yuriva tersenyum mendengar ucapan Nadhifa, sangat senang mendengarnya.
Ternyata ada juga seorang Gadis yang begitu perhatian pada kakaknya.
“Terimakasih.” Ucap Yuriva. Nadhifa terdiam sejenak.
“Terimakasih karena sudah sangat perhatian pada kakakku.
Jujur Yuri sendiri tidak tau bagaimana jadinya jika kak Nadhifa tidak pernah
datang kesini untuk memberinya semangat. Mungkin....” Ucapan Yuriva dipotong
oleh Nadhifa.
“Tidak. Justru aku yang seharusnya bersyukur bisa kenal
dengan Raja.” Ucap Nadhifa.
“Ehh? Kenapa memangnya?” Tanya Yuriva.
“Ternyata yang selalu dikatakan orang orang itu tidak
sepenuhnya benar bahwa dia hanyalah seorang cyborg kampus, tidak memiliki
perasaan dan selalu tidak bisa diandalkan.” Ucap Nadhifa. Yuriva hanya duduk
dengan nyaman sambil mendengarkan.
“Waktu kencan kedua kami, bisa dibilang dia cukup
perhatian dan berani.” Ucap Nadhifa.
“Hee? Apa maksudnya? Jadi kak Raja sudah dua kali kencan
dengan kakak?” Tanya Yuriva yang memang terkejut mendengar pengakuan dari
Nadhifa.
“Yah begitulah.” Ucap Nadhifa sambil tersenyum.
*Flashback
Beberapa hari setelah pergi bersenang senang dengan
David, Gracia, Yuriva dan Anin. Raja sudah mulai melanjutkan niatnya untuk
mengajak Nadhifa kencan lagi. Dan untungnya, Nadhifa menerima ajakan itu.
Dengan satu syarat, jangan memberitahukan siapapun mengenai hal ini termasuk
kepada David.
Mereka berdua akhirnya pergi kencan berdua. Dimalam hari
yang dingin itu mereka memutuskan untuk makan bersama. Bukan disebuah cafe,
tapi di tempat langganan Raja yaitu nasi goreng yang katanya sangat lezat.
“Perjanjiannya kan kalau aku menang, aku berhak memilih
tempat makannya. Jadi kamu ngga marah kan?” Tanya Raja yang masih merasa
sedikit gugup. Mereka sebelumnya memang sempat sedikit beradu argumen mengenai
tempat makan. Namun hal itu diselesaikan dengan bersuit. Hasilnya, Raja lah
pemenangnya.
“Iya iya. Aku kan sportif orangnya.” Ucap Nadhifa.
“Syukurlah.” Ucap Raja lalu melanjutkan makannya.
Kembali! Suasana hening dan canggung kini merasuki
Nadhifa. Dia benar-benar tidak nyaman jika terus berada dalam situasi seperti
itu terus.
“Raja.” Ucap Nadhifa sambil mengunyah yang kemudian
disambut dengan cepat oleh jari telunjuk Raja yang diarahkannya kedepan bibir
Nadhifa.
“Tidak boleh berbicara saat makan.” Ucap Raja. Nadhifa
menggerutu didalam hati, kenapa juga dia mau jalan bersama Raja. Apa sebenarnya
yang dia lakukan malam itu.
Setelah selesai makan, mereka berencana pergi kesebuah
taman. Diperjalanan sambil berjalan.
“Apa kau tidak marah disebut cyborg kampus?” Tanya
Nadhifa membuka percakapan.
“Tidak.” Ucap Raja.
“Kenapa?” Tanya Nadhifa.
“Kenapa apanya?” Tanya balik Raja. Nadhifa mulai kesal.
“Kenapa kau tidak marah?” Tanya Nadhifa. Raja terdiam
sejenak.
“Kenapa juga aku harus marah.” Ucap Raja.
“Ehh? Apa maksudmu?” Tanya Nadhifa.
“David pernah bilang. Biarkan saja orang-orang berbicara
sesuka hatinya tentangmu, yang harus kau lakukan hanyalah menjalani hidup yang
kau percayai.” Ucap Raja. Nadhifa berhenti berjalan. Dia mulai bertanya-tanya,
apa setulus itukah Raja.
“Jadi kau tidak marah sama sekali?” Tanya Nadhifa.
“Tentu saja aku marah. Tapi, mengumbar amarah adalah
sesuatu yang sia sia. Lebih baik melakukan sesuatu yang berguna untuk diriku
sendiri.” Ucap Raja. Nadhifa tertegun, dia sangat kagum pada sifat Raja.
Tampak dari depan. Dua orang berbadan besar dan bermuka
seram sedang menunggu mereka. Raja mempunyai firasat buruk malam itu.
No comments:
Post a Comment