Friday, May 27, 2016

Langit Biru Bagian 2



“Hahahaha… sini ayo Kido kemarilah..”

“Tunggu kak, jangan tinggalkan aku sendirian.”

“Sini kido, ayo sini cepat.”

“Tunggu!! Jangan tinggalkan aku sendiri, aku mohon..”

Bhaahhhh……. Aku terbangun dari tidurku, sepertinya aku benar benar bermimpi aneh sore itu. Aku melihat jam dan ternyata sudah hampir pukul 6, aku beranjak dari tempat tidur, tapi sepertinya aku melupakan sesuatu atau seperti ada yang hilang. Aku tidak memperdulikannya mungkin hanya perasaan dan imajinasiku saja. Aku langsung pergi ke kamar mandi. Ibuku sudah mempersiapkan makanan dimeja makan, setelah ganti baju aku langsung pergi kemeja makan untuk menyantap makan malam..

“Gimana harimu Kido?” Tanya Ibuku. Aku tersenyum

“Semuanya baik baik saja bu, dan aku juga sudah mendapatkan teman baru.” Ucapku dengan gembira. Tapi..!! seperti ada yang hilang disini. Siapa?

‘deg’ benar juga. Kak Ve..!!

“Bu kak Ve dimana? Kok ga ikut makan.” Tanyaku. Ibuku langsung diam.
 

“Bu..!!” Tanyaku sekali lagi.

“Kakakmu pergi tadi sore.” Jelas ibuku. Aku masih tidak mengerti.

“Maksudnya? Pergi kemana?” tanyaku sekali lagi.

“Dia pergi ke luar negeri karena ada tugas penelitian dikampusnya dan karena kakakmu merupakan mahasiswi teladan dikampusnya, jadi dia sendiri yang pergi.” Jelas ibuku. Aku… Aku tidak percaya. Mungkinkah salah satu alasan kenapa kita pindah adalah agar kak Ve lebih dekat dengan kampusnya. Dan juga mungkin untuk memudahkannya berkomunikasi dengan pihak pihak kampus. Aku juga mulai merasa aneh kenapa kak Ve sepertinya jarang sekali ngampus, mungkin karena alasan itu dia jadi jarang pergi kekampus, untuk mengistirahatkan tubuhnya dan mempersiapkan segalanya untuk pergi ke luar negeri.
“Jadi… kak Ve benar benar sudah pergi?” Tanyaku dengan sedikit lesu. Memang sih dia itu sebagai kakak sangat menyebalkan, ngatur ngatur, apa apa harus minta ijin dulu sama dia. Dan lagi pula aku selalu meminta pendapatnya jika aku akan melakukan sesuatu atau apapun itu. Mungkin dia bagaikan ibu kedua dirumah ini. Yahh mau bagaimana lagi, orang cerewet itu sudah pergi, dan aku tau itu tidak akan selamanya. Jadi, aku putuskan untuk menunggunya.

“Iya Kido.”

“Berapa lama?” Tanyaku lagi.

“Katanya sekitar 2 semester.” 2 semester? Itu artinya sekitar 1 tahun aku tidak bertemu dengannya. Membayangkan bagaimana aku hidup kesepian tanpa kehadirannya membuat aku jadi sedikit khawatir. Baiklah aku harus belajar untuk bisa mandiri dan tidak tergantung pada kakakku.

Setelah selesai makan aku kembali ke kamarku, aku lihat hpku menyala. Sepertinya ada yang mengirim pesan padaku. Aku coba cek dan ternyata sebuah pesan dari Shani sekitar 10 menit yang lalu.

“Hai..” tulisnya di pesan singkat itu.

“Ya ada apa?” Balasku. Tidak lama kemudian dia membalas pesanku.

“Boleh aku telpon?” Tanyanya. Aku mengerutkan keningku. Ada apa sebenarnya.

“Yah boleh saja.” Balasku. Tidak lama kemudian dia menelponku. Aku langsung mengangkatnya

“Ada apa?” Tanyaku.

“Maaf sebelumnya menelponmu jam segini.” Ucapna

“Tidak apa apa. Ada apa sebenarnya?” Tanyaku sekali lagi

“Bisa kerumahku sekarang?” Pintanya yang membuat aku sedikit kaget

“Hmm..” Aku sedikit gugup
 

“Ada apa?” lanjutku

“Ayolah kesini saja ya.. aku tunggu didepan gerbang rumahku ya.. dahh.” Ucapnya lalu menutup telponnya. Aneh sekali, ada apa dia menelponku dan menyuruhku untuk datang kerumahnya jam segini? Yahh, terpaksa aku harus kesana. Aku berganti pakaian dan langsung segera pergi kerumahnya. Ibuku sempat bertanya kemana aku mau pergi dan aku bilang mau kerumah teman sebentar saja, semoga.

Aku terus berjalan, memang sih aku tidak tau persis dimana rumahnya, tapi dia bilang akan menungguku didepan gerbang rumahnya. Jadi jika aku terus berjalan aku pasti akan bertemu dengannya. Dan ternyata benar, dari jauh aku melihat seseorang melambaikan tangannya. Dan kupikir itu Shani, aku berlari sedikit dan ternyata memang benar itu Shani.

“Maaf merepotkanmu.” Ucapnya. Aku hanya tersenyum

“Tidak apa apa, sekalian juga biar aku tau daerah sini.” Balasku. Dia tersenyum
 

“Ohh iya ada apa?”

“Anter aku yuk.” Ajaknya. Aku semakin bingung.

“Kemana?” Tanyaku.

“Ga tau.” Ucapnya. Apa maksudnya?

“Dihh kok ga tau.” Ucapku. Dia masih terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“Soalnya aku disuruh sama mamah untuk membeli beberapa makanan kecil karena katanya nanti malam akan ada tamu datang.” Jelasnya.

“Ohh begitu.. tapi masalahnya aku juga kurang paham dan kurang tau daerah sini, kenapa ga telpon Wahyu aja gitu. Dia kan penduduk lama disini.” Usulku.

“Ngga.. aku ga mau ngerepotin dia.” Katanya.

“Hmm.. masa nyuruh aku bisa. Emang kamu pikir ini ngga merepotkanku.” Ucapku sambil sedikit menggodanya. Dia menunjukan wajah murungnya, aku lalu tersenyum puas.
 

“Maaf maaf aku hanya bercanda.. hahahaha.” Aku tertawa puas melihatnya berekspresi seperti itu, dan dia hanya cemberut, mungkin kali ini dia kesal dengan sikapku. Yahh.. tidak berapa lama kami pun pergi untuk mencari sesuatu yang diinginkan dengan ketidaktauan kami mengenai apa apa saja yang ada didaerah ini dan dimana kami harus mendapatkan makanan kecil malam malam begini. Dengan rasa yang tidak pernah menyerah dan asa yang masih bersemangat akhirnya kami menemukan sebuah pedagang kue basah yang lumayan jauh jaraknya dengan rumahnya. Dia membeli banyak sekali, aku memperhatikannya dari belakang ternyata dia cantik juga. Apa ini? Kenapa perasaanku jadi tidak karuan begini? Ahh entahlah, aku tidak peduli.. tapi serius… dia sangat cantik malam ini. Apa mungkin aku menyukainya? Apa aku benar benar harus mempunyai perasaan ini? Benar benar menggalaukan. Sepertinya dia telah selesai bertransaksi dan mulai mengajakku untuk pulang. Yahh jujur.. aku menikmati malam itu… peristiwa yang mungkin tidak akan terjadi 2 kali dalam seumur hidup. Aku mengantarnya pulang dengan selamat, lalu akupun juga pulang kerumahku.

Setelah sampai aku mencoba untuk membuka pintu rumahku dan ternyata tidak dikunci, mungkin ibuku sedang menungguku diruang tengah. Aku berjalan pelan dan ternyata benar ibuku sedang menungguku disana namun sepertinya dia sudah tertidur disofa. Aku berbalik untuk mengunci pintu dan menyelimuti ibuku agar hangat dengan selimut yang ada dikamarnya. Lalu aku pergi kekamar untuk beristirahat. Hari yang benar benar absurd menurutku. Aku memejamkan mataku namun hpku berdering menandakan adanya pesan singkat yang masuk. Dan itu dari Shani.

“Kido, makasih ya udah nganterin.” Ucapnya di pesan singkat itu. Aku tersenyum lalu membalasnya “Sama-sama.”

Setelah membalas pesan singkat dari Shani lalu akupun bersiap untuk tidur, untuk mengistirahatkan tubuhku dan juga pikiranku.
.
.
.
Esok paginya aku bersiap untuk berangkat sekolah, diluar sudah ada yang memanggil namaku. Mungkin saja itu Wahyu dan Shani, karena kemarin sore kami sudah janjian ingin berangkat bersama. Setelah sarapan dan berpamitan pada Ibuku, aku berangkat bersama dengan kedua sahabat baruku itu. Dijalan kami membahas banyak hal, yang penting dan juga yang tidak pentignya. Entah kenapa aku seperti merasa nyaman berada didekat Shani. Apa ini hanya perasaanku saja? Atau memang aku jatuh hati padanya. Setiap kali aku melihatnya, senyumnya dan tertawanya membuatku merasa sejuk melihatnya. Aduuhh cantiknya..

Kami sudah sampai disekolah, Shani berkata padaku dan Wahyu kalau dia mau duluan masuk kelas, sementara kami pergi kekantin terlebih dulu untuk membeli beberapa cemilan dan air putih. Dikantin masih terasa sangat sepi, hanya beberapa warung yang sudah buka. Aku mendengar kegaduhan dari suatu sudut kantin, entah apa yang mereka bicarakan tapi aku hanya bisa mendengarnya samar-samar.

“Dia tidak pantas berada disekolah ini.”

“Orang seperti itu seharusnya dikeluarkan saja.”

“Aku benar benar benci padanya.”

Aku hanya mengkerutkan keningku, siapa yang mereka maksud? Aku benar-benar bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Lupakan saja, bukan urusanku juga. Yaa semoga saja tidak ada hubungannya denganku. Setelah membeli beberapa makanan dan minuman, aku dan Wahyu langsung pergi kekelas.

Dikelas aku masih terus memikirkan yang dibicarakan oleh siswa-siswa lelaki dikantin. Siapa dan kenapa mereka begitu membencinya?

Tidak terasa bel pulang telah berbunyi, aku membereskan buku pelajaran dan bersiap untuk pulang. Terlihat Shani sedang menunggu kami diluar kelas.

“Ehh Kid, kau ada rencana ikutan club ngga?” Tanya Wahyu yang juga sedang membereskan buku pelajarannya.

“Club? Memangnya ada club apa aja?” Tanyaku yang memang masih belum tau.

“Banyak sih, kalo aku ikutan club sepakbola. Kau suka sepakbola kan? Kalo suka lebih baik ikutan club sepakbola aja.” Tanya dan tawarnya.

“Yaa.. aku sedikit suka sih tapi kalo harus ikutan kayaknya ngga deh.” Jawabku.

“Lahh kenapa?” Tanyanya lagi.

“Entahlah, aku hanya tidak ingin saja.” Jelasku, dia terlihat kecewa

“Haahh dasar..” Keluhnya

“Hei kalian!! Sedang apa sih, cepetan.. mau pulang bareng ngga?” Tanya Shani

“Ahh iya Shan tentu saja.” Ucap Wahyu

Kami akhirnya pulang bersama. Dijalan, kami melihat seorang anak perempuan yang seperti sedang bingung mencari sesuatu. Wahyu lalu berinisiatif menghampirinya, sementara aku dan Shani mengikutinya dari belakang.

“Permisi dek, sepertinya kamu sedang bingung. Ada yang bisa kami bantu?” Tanya Wahyu.

“Iya nih kak aku bingung. Tadi aku kan kesini sama temen aku, terus aku lihat penjual bunga itu.” Katanya sambil menunjuk pedagang bunga yang sedang melayani pembelinya. “Lalu aku ingin membeli beberapa, dan sudah kukatakan pada temanku untuk menungguku disini tapi setelah aku kembali dia hilang entah kemana.” Jelasnya yang membuatku semakin penasaran.

“Hilang?” Tanya Wahyu “Kok bisa.” Lanjutnya

“Mungkin temanmu sedang pergi ke toilet atau semacamnya.” Ucap Shani

“Begitu ya.. yaa mungkin sih, tapi masa ke toilet sudah 30 menitan belum kembali juga?” Herannya. 30 menit? Apa saja yang dilakukan anak smp ditoilet 30 menit? Aku rasa teman gadis itu bukan pergi ke toilet, lalu kemana? Apa mungkin pacarnya menjemputnya dan tanpa pamit dia pergi begitu saja meninggalkan temannya ini. Yaahh mungkin..

“Benarkah dia sudah hilang selama itu?” Tanya Wahyu heran. Shani juga kelihatannya bingung.

“Ohh iya ngomong-ngomong siapa namamu?” Tanyaku.

“Namaku Rena.” Jawabnya.

“Kelas berapa?” Sambung Wahyu.

“Aku kelas 3 SMP.” Jawabnya lagi.

“Benarkah?” Tanya Wahyu.

“Iya.. kakak bisa melihat seragamku.” Ucapnya. Iya memang benar dia masih SMP, tapi fisiknya begitu tinggi, aku saja kalah mungkin. Tinggiku sekitar 168 cm, dia mungkin 170 keatas.

“Aku tidak percaya ini, kau makan apa selama ini?” Tanya Wahyu. Dia hanya tersenyum dan sedikit menahan tawanya.

“Ohh iya mengenai temanmu itu bagaimana? Apa kamu akan mencarinya?” Tanyaku. Wahyu terlihat sedikit marah padaku.

“Oyy Kido!! Dia belum menjawab pertanyaanku, jadi simpan dulu pertanyaanmu itu.” Ucap Wahyu.

“Tapi mengenai pertanyaanmu itu tidak penting sama sekali, kau lihat. Dia kehilangan temannya. Pertanyaan seperti itu bisa ditanyakan lain kali kan?” Ucapku yang juga sedikit terbawa emosi. Terlihat Shani mulai menenangkan situasi.

“Sudah hentikan kalian berdua.” Ucap Shani. Rena seperti melihat sesuatu.

“Ahh itu temanku.” Ucapnya dengan gembira. Temannya? Dimana? Aku, Shani dan Wahyu menengok kearah perempuan yang memakai seragam yang sama dengan Rena berlari kearah kami.

“Hei Rena.. maaf membuatmu khawatir.” Ucapnya.

“Iya nih kamu kemana aja tau.. aku cariin.” Ucap Rena. “Ohh iya perkenalkan mereka…” Rena terlihat bingung.

“Aku Kido.” Kenalku pada nya dan temannya.

“Wahyu.” Ucap Wahyu

“Shani.” Ucap Shani sambil tersenyum.

“Dan kau?” Tanyaku pada teman Rena.

“Namaku Bella, aku satu kelas sama Rena.” Terangnya. Bella.. dia wanita yang cukup cantik, tidak kalah cantiknya dengan Rena. Dia memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari Rena, meskipun begitu dia juga hampir sepantaran denganku.

“Ohh iya ngomong-ngomong kamu menghilang kemana? Rena sempat mengkhawatirkanmu.” Tanya Shani.

“Ohh aku tadi diajak jalan dulu sama pria berjaket tudung hitam.” Jelasnya.

“Berjaket?” Tanya Wahyu.

“Tudung?” Heranku. Shani juga melihatnya dengan tatapan yang heran.

“Iya.. dia itu baik banget, nih aku dibeliin es krim.” Ucapnya sambil memamerkan sebuah es krim corneto yang dia dapatkan dari pria aneh itu.

“Apa dia pacarmu?” Tanyaku. Bella sedikit menggelengkan kepala yang artinya bukan.

“Kau kenal dia?” Tanya Wahyu. Bella kembali menggelengkan kepalanya.

“Lalu siapa pria itu.” Renungku.

Siapa pria berjaket yang mengajaknya pergi dan mentraktir es krim? Benar benar membuatku bingung. Apa tujuannya dan kenapa dia melakukan itu? Padahal dia tidak kenal sama sekali dengan Bella. Aahhhhh kejadian hari ini benar benar membuatku sakit kepala... Mungkin sebaiknya aku tidak terlalu memikirkannya, lagi pula ini bukan urusanku dan juga aku baru kenal dengan mereka berdua. Yahh aku berharap mereka baik baik saja.

Sunday, May 15, 2016

Langit Biru Bagian 1


Namaku Kido, aku baru saja pindah rumah bersama Ibu dan kakakku. Dan artinya juga aku harus pindah sekolah. Aku baru kelas 1 SMA.. yah… padahal aku baru saja menjadi murid baru disekolah lamaku, disana aku juga baru mendapat teman baru, namun Ibuku memutuskan untuk pindah rumah dengan beberapa alas an yang tidak perlu aku tau.

Pagi yang cerah akhirnya telah menyapa. Aku bersiap untuk berangkat ke sekolah baruku. Aku berjalan ke meja makan untuk sarapan bersama Ibu dan Kakakku. Kakakku seorang mahasiswi di salah satu universitas, dia baru memulai semester 3 dikampusnya. Katanya banyak sekali yang suka pada kakakku dikampusnya, tapi anehnya sampai saat ini dia bilang kalau dia belum punya pacar. Anehkan? Namanya Jessica Veranda.

“Mau kaka kantar kesekolah?” Ucap Kakakku. Aku terus melanjutkan makanku.

“Tidak usah.” Kataku sambil masih mengunyah makanan.

“Kido… tidak apa-apa. Sekarang kamu diantar dulu saja sama kakakmu, lagi pula inikan hari pertamamu 
sekolah, banyak yang harus diurus di sekolahmu.” Ucap Ibuku. Hadeehh padahal aku hanya mau berangkat sendiri, soal urusan kepindahanku kan bisa dilakukan sendiri, tapi kalo Ibuku yang memintanya, kemungkinan menolakku jadi menurun.

“Iya bu.” Ucapku datar. Kakakku hanya tersenyum melihatku yang tidak berdaya didepan Ibu. Aku berfikir memangnya dia tidak sibuk dengan kuliahnya apa? Dasar menyebalkan!

Disekolah. Setelah aku dan kakakku sudah mengurus semua berkas berkas kepindahanku diruang kepsek dia pamit pulang.

“Kakak pulang dulu yah, jangan nakal!” Ucapnya sambil megacak acak rambutku. Menyebalkan!!

“Ihh yaudah sana pulang, apa mau aku anter? Kakak kan belum punya pacar.” Godaku. Dia malah mencubit pipiku. Sakit sekali..!!

“Hmm.. dasar ya.. udah berani sama kakak sendiri rupanya.” Ucapnya sambil tersenyum. Aku masih memegang pipiku yang kesakitan karena dicubit oleh kakak yang menyebalkan ini.
 

“Yasudah kakak pamit. Jaga dirimu.” Ucap Kakakku lalu pergi. Aku hanya sedikit tersenyum sambil mengangguk padanya, aku terus memperhatikannya sampai bayangan tubunya hilang. Lalu kepala sekolah keluar dari ruangannya dan mengantarkanku kekelas baruku.

“Hallo namaku Kido, anu… aku harap kalian bisa menjadi teman yang baik.. terimakasih.” Ucapku yang lumayan sedikit gugup ketika harus memperkenalkan diri didepan kelas dengan orang orang yang bahkan aku belum kenal sama sekali.

“Baiklah Kido silahkan kamu cari tempat duduk yang kosong.” Ucap guru didepan. Aku terus melihat sekitar sepertinya semua kursi sudah penuh tapi… ada seseorang yang melambaikan tangannya menunjukan bahwa kursi disebelahnya kosong, mungkin itulah tafsiranku atas apa yang dia lakukan. Aku berjalan mendekatinya dan duduk dikursi yang kosong itu.

“Yo.. Murid baru.. perkenalkan namaku Wahyu.” Ucapnya sambil menjabat tanganku.
 
“Kido.” Aku hanya melihat sekilas kalau dia ini tipe orang yang suka bergaul ramah dan rapih, mungkin itulah kesan pertamaku saat melihat penampilan Wahyu, dan untuk sifat atau mungkin kebiasaannya akan ada waktunya.

‘Kriiingg’

Bel pelajaran telah selesai. Bertepatan dengan waktu istirahat. Dan tidak ada yang aku lakukan, aku hanya diam dikelas karena suasana disini masih terasa sangat asing bagiku, namun..

“Heii Kido Kido, kita ke kantin yuk, katanya disana banyak wanita cantik, kita harus segera kesana agar bisa berkenalan dengan mereka ayo cepat.” Ajaknya dengan antusias, aku sedikit malas namun semangatnya membuatku kehilangan rasa malas sebelumnya yang melandaku. Aku mengiyakan ajakannya dan pergi kekantin agar dia bisa berkenalan dengan wanita cantik yang ada disana. Dikantin……

“Yang mana yang mau kau ajak berkenalan Wahyu?” Tanyaku sambil melihat lihat sekitar kantin. Memang sih banyak sekali  wanita yang cantik dikantin ini tapi ketika aku melihat Wahyu, pandangannya hanya lurus menatap satu wanita. Aku mengikuti arah pandangnya dan ternyata dia sedang memperhatikan seorang Wanita yang sangat cantik disana.

“Kau melihatnya juga kan Kido?” Tanyanya, aku hanya mengangguk dan tanpa disadari aku juga ikut terpesona dengan kecantikan yang dipancarkan wanita itu.

“Lalu.. kau akan kesana dan berkenalan dengannya?” Tanyaku yang membuyarkan lamunannya.

“Entahlah, aku tidak terlalu berani.” Ucapnya. Memang sih kalau dipikir pikir berkenalan dengan wanita secantik itu harus memiliki keberanian yang kuat dan mungkin juga harus memiliki modal yang bagus. Yaa contohnya saja harus memiliki wajah tampan dan semacamnya.

“Jadi?” Tanyaku agar mendapat penjelasan lebih karena kita sudah berdiri disini terlalu lama, takutnya menjadi pusat perhatian dari siswa maupun siswi lain.

“Kita kembali saja kekelas, mungkin aku harus bertanya dulu pada beberapa temannya atau mungkin teman sekelas kita tau dia kelas apa.” Usulnya. Aku menyetujuinya dan kami pun kembali ke kelas.

Tidak terasa bel pulang sudah berbunyi. Aku dan Wahyu pulang bersama, kebetulan arah rumah kami satu arah jadi kami memustuskan untuk pulang bersama berjalan kaki.

“Jadi bagaimana? Sudah mendapatkan info tentang wanita itu?” Tanyaku membuka percakapan. Dia terlihat sedikit murung dan mungkin itu sudah mewakili jawaban yang aku butuhkan.

“Jangan patah semangat, masih ada hari esok dan seterusnya, jadi jangan lesu gitu.” Ucapku menyemangatinya.

“Yah baiklah."

Dijalan kami berdua melihat gadis itu tepat didepan kami sedang berjalan, apa mungkin rumahnya juga searah dengan kami? Entahlah.

“I-itukan.” Ucapnya terbata bata.

“Yasudah cepet samperin, mumpung sendirian.” Ucapku. Dia terlihat masih ragu.

“Baiklah, mungkin kalau berdua akan membuatmu merasa lebih tenang.” Tawarku.

“Tentu saja, ayo.” Ucapnya dengan semangat, kami berdua berjalan sedikit lebih cepat agar bisa menyusulnya. Lalu…

“EKhm..” Ucap Wahyu yang membuka percakapan kita. Aku hanya diam dan memperhatikan tingkahnya.

“Ehh ada orang bikin kaget saja.” Ucap gadis itu sambil tersenyum. Waahhh senyumnya itu. Aku bahkan sampai bengong melihat senyumnya yang begitu cantik dan imut itu.

“Anuu.. maaf mengagetkanmu.” Ucap Wahyu.

“Ahh tidak apa apa kok.” Ucap gadis itu. Aku hanya berjalan dibelakang mereka berdua, meski aku seperti obat nyamuk buat mereka biarlah.

“Sendirian aja. Ga takut diculik?” Ucap Wahyu.

“Iya nih, soalnya temen temenku rumahnya beda arah semua jadi aku sendirian deh pulangnya.” Ucap gadis itu. Ohh jadi rumahnya juga lewat sini, aku bahkan baru tau. Tunggu!!

“Wahyu..” ucapku.

“Apa Kido?” Tanyanya.

“Kamu kan sudah sekolah disini lebih lama dari aku, masa kamu baru tahu rumahnya searah sih.” Ucapku yang memang sedikit aneh menurutku, Wahyu merupakan siswa yang lebih lama dariku disekolah itu, dan aku kan baru pindah, wajar saja aku masih belum tau apa apa.

“Ohh itu, soalnya... aku jarang melihatnya.” Ucapnya.

“Itu karena aku juga murid pindahan.” Terang gadis itu. Jadi begitu, sekarang semuanya sudah jelas.

“Jadi kamu juga murid pindahan sama sepertiku?” Tanyaku, dia mengangguk. Pantas saja

“Ngomong ngomong siapa namamu?” Tanya Wahyu.

“Aku Shani.” Ucap gadis itu. Shani? Seperti sudah mendengar namanya, tapi mungkin juga tidak.

“Shani yah.. ahh aku…”

“Wahyu kan?” ucap Shani mendahului Wahyu.

“Kok tau sih.. jangan jangan..” Ucap Wahyu yang tersipu malu.

“Yah kau sudah tau namaku kan?” Tanyaku pada Shani.

“Kido.” Ucapnya. Wahyu kaget kok dia bisa tau namaku, dia mungkin sedang berfikir negative sekarang.

“Tenang dulu Wahyu, aku juga baru kenal dengan Shani kok.” Jelasku.

“Lalu bagaimana bisa dia tau namamu.?” Tanyanya dengan sedikit emosi.

“Kita kan tadi sempat bertegur dengan memanggil nama masing masing. Ya sudah pasti dia juga jadi tau, kau jangan baper dulu makanya.” Jelasku yang membuat dia shock.

“Benar juga… Hahahahaha. Maaf maaf.” Ucapnya. Mendengar perdebatan kami membuat Shani menahan tawanya.

Diperjalanan pulang kami membahas banyak hal layaknya seorang sahabat, meski nyatanya kami bertiga baru saja kenal tapi aku merasa sudah sangat dekat dengan mereka, kami bahkan bertukar nomor telpon. Akhirnya aku sudah berada didepan rumahku, Shani dan Wahyu pamit untuk pulang juga kerumah mereka masing-masing. Setelah aku masuk aku langsung pergi ke kamar dan tiduran di kasur, rasanya seru sekali, baru kali ini aku merasa sangat senang.

Tok tok tok---

“Masuk saja tidak dikunci kok.” Ucapku.

“Kakak masuk ya.” Ucap salah seorang dibalik pintu. Ternyata kak Ve, setelah masuk dia duduk disamping ku yang masih tiduran telungkup.

“Gimana sekolahnya?” Tanya kak Ve

“Yahh seru.. lumayan seru kok.” Ucapku

“Ohh seru yah, udah dapat teman baru?” Tanyanya lagi. Aku mengacungkan jempol ku yang artinya ‘Sudah’. Mataku sudah benar benar berat, aku ngantuk sekali,  namun aku merasa ada seseorang yang mengelus kepalaku, membuat aku semakin merasa ngantuk dan berat dan sebelum aku tertidur aku mendengar sebuah bisikan ‘Jaga dirimu baik baik yah.’