Friday, June 17, 2016

Langit Biru Bagian 3

6 bulan sudah berlalu ketika aku, ibu dan kakakku pindah ketempat ini. Aku menjalani hari-hari seperti biasa selama 6 bulan ini, kami bertiga masih bersahabat sampai sekarang. Bahkan kami bertiga juga sering berkumpul dengan Rena dan Bella, teman baru kami. Dan jujur, aku sebenarnya suka sama Shani, aku terpesona dengan kecantikannya, sifat baiknya, rasa pedulinya dan mungkin ini agak sedikit aneh, tapi aku suka dengan cara dia menatap lalu tersenyum dan berbicara padaku, entah dia memiliki rasa yang sama denganku atau tidak. Tidak ada yang tahu dengan hal itu, namun aku berharap perasaan yang sama darinya.

“Kido!! Kamu tidak akan kesini dan akan tetap disana? Jangan mentang mentang ini hari libur kamu malas malasan dikamar.” Teriak ibuku. Ya, memang benar sekarang adalah hari libur bagi anak sekolah, karena Ulangan Semester sudah kami laksanakan dan saatnya kami para siswa untuk menikmati libur kami.

Aku hanya melakukan aktifitas tidur-mandi-makan-tidur-mandi-makan selama seminggu ini. Aku bahkan tidak pernah keluar rumah selama seminggu ini, karena aku terlalu malas untuk pergi keluar.

“Iya bu, aku kesana.” Teriakku dengan nada sedikit malas. Iya memang hari libur itu tidak boleh dilakukan hanya dengan bermalas malasan saja dikamar, tapi juga harus melakukan kegiatan lain juga kan? Tapi rasa malasnya itu selalu datang pada waktu yang sangat tidak tepat.

“Kido!!.” Teriak kembali ibuku, tapi dengan nada sedikit rendah.

“Iya buu aku kesana.” Ucapku sambil turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar dan menuju dapur untuk mengambil air minum. Disana aku benar benar kaget, sekaget kagetnya. Ternyata ada Shani bersama ibuku. Sejak kapan dia kesini? Benar benar mengejutkanku.

“Ternyata kamu bisa malas juga ya Kido.” Ucap Shani sambil tersenyum. Aku hanya diam mematung, apalagi melihat senyumannya yang seindah itu di pagi hari.

“Sha-Shani?” Ucapku sambil menunjukkan ekspresi kaget dan tidak percaya. Karena tumben dia pagi pagi sudah ada disini. Dia hanya tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya bersama ibuku.

“Sudahlah jangan banyak Tanya, cepetan mandi sana.” Suruh ibuku, aku mengangguk lalu pergi ke kamar mandi.

Aku mandi dengan cepat lalu ganti pakaian dan langsung menuju ruang tengah, kupikir Shani masih ada dirumahku, dan aku masih penasaran dengannya. Apa yang membuat dia datang kemari?

“Ternyata kamu suka acara tentang gosip gosip seperti ini.” Ucapku sambil berjalan menuju kearah Shani yang duduk manis sofa ruang tengah sambil menonton TV.

“Sedikit, hanya ingin tau saja.” Ucapnya lalu bergeser sedikit. Akupun duduk disampingnya.

“Kau tau, sebenarnya acara acara seperti ini mempunyai tingkat kebohongan sekitar 70%. Maksudku tidak semua yang diceritakan benar benar sesuai dengan kenyataannya.” Ucapku. Dia lalu melirikku.

“Sepertinya kamu tau banyak, jangan jangan….”

“Tunggu dulu, bukan berarti aku selalu menonton acara seperti ini. Aku hanya mendengarkan ibuku yang mengobrol mengenai gosip gosip seperti ini dengan teman temannya.” Aku memotong perkataannya sebelum dia berfikiran yang sangat tidak rasional buatku.

“Baiklah-baiklah, aku percaya.” Ucapnya lalu tersenyum. Aku menghembuskan nafasku.

“Ohh iya, kenapa kamu ada disini? Maksudku, tumben berkunjung kerumahku dihari libur?” Tanyaku, dia lalu membalikkan posisi duduknya yang tadinya menghadap ke TV sekarang tepat berhadapan denganku. Dan kalian tau? Itu sangat membuatku gugup. Bahkan aku takut kalau detakkan jantungku akan terdengar olehnya saking kerasnya kupikir.

“Aku hanya ingin berkunjung kesini, main kesini. Kamu tau? Aku benar benar bosan selama liburan kali ini.” Ucapnya.

“Bosan? Bukankah kalian sekeluarga pergi ke luar negeri untuk jalan jalan? Ko bisa bosan?” Tanyaku. Dia sedikit mendengus

“Iya emang, tapi aku juga ngga tau. Selama disana entah kenapa pikiranku selalu berada disini, aku benar benar bosan, selalu ingin cepet pulang.” Jelasnya. Aku memiringkan kepala.

“Kau kangen denganku ya?” Tanyaku dengan nada sedikit menggodanya. Kulihat pipinya berubah merah, dia seperti malu… seperti… ahh mungkin hanya ekspektasiku saja.

“Nggaakk!!” Elaknya lalu cemberut.. Uuuuu lucunya pikirku.

“Terus?” tanyaku lagi. Dia diam sejenak. Aku memperhatikan wajahnya, sikapnya, benar benar membuatku terpesona.

“Pokoknya aku nggak betah aja disana.” Jelasnya. Kulihat pipinya masih merah. Aku hanya memperhatikannya, berusaha untuk tidak menyudutkannya dengan pertanyaan pertanyaan yang akan menimbulkan kerenggangan hubunganku dengannya. Jadi aku tidak bertanya kembali padanya, meski banyak sekali pertanyaan yang timbul dipikiranku dan berharap Shani mau menjawab semuanya.

“Ohh baiklah.” Ucapku. Suasana disanapun serasa hening sejenak.

“Kau tau. Adikku akan datang berkunjung kerumahku besok bersama Ayahku.” Ucapnya dengan penuh semangat. Aku hanya mengangguk tanda mengerti. Shani tinggal bersama ibu dan kakek neneknya dirumah, dan sang Adik lebih memilih ikut bersama ayahnya, maklum dia juga seorang laki-laki.

Orang tua Shani telah berpisah semenjak Shani berumur 15 Tahun, sudah 3 tahun Ayah dan Ibunya Shani berpisah. Dan itu juga telah memisahkan Shani dengan adiknya, maka dari itu dia sangat senang ketika mendengar kabar bahwa sang Ayah dan adiknya besok akan datang. Sungguh pertemuan yang sangat diinginkannya semenjak 3 tahun yang lalu.

“Benarkah? Itu bagus.” Ucapku ikut gembira.

“Iya.” Ucapnya. Dia hanya menunduk, dan itu membuatku bingung harus bicara dengannya dengan ekspresi seperti apa. Aku benar benar mati gaya. Aku dan Shani saling diam, hanya suara dari TV lah yang membuat suasana menjadi agak tidak setegang yang aku pikirkan.

“Kido.” Ucapnya.

“Ada apa?” Tanyaku.

“Maaf.” Ucapnya yang membuatku benar benar bingung.”

“Kenapa kau meminta maaf?” Tanyaku yang penasaran. Aku mulai sedikit bingung dengan sikapnya.

“Aku… Aku..” Ucapnya tergagap. Aku hanya memperhatikannya.

“Aku apa?” Tanyaku.

“Lusa aku akan pindah.” Ucapnya. Dan ucapannya benar benar membuatku bingung. Apa maksudnya? Pindah? Jangan bilang kalau Shani juga akan meniggalkanku seperti yang kak Ve lakukan.